Ditengah malam disaat orang rumah terlelap nyenyak diatas bantal berselimut hangat, pria setengah abad itu masih sibuk berkutat dengan bertumpuk berkas di ruang kerjanya. Cklek. Bunyi pintu dibuka tak pelak dari pendengarannya meski wajah tegas nan serius itu enggan menoleh. “Aku buatkan kopi.” Giordanz hanya menggerakkan kepala kebawah sebagai balasan. “Kamu bisa keluar.” masih tanpa berpaling sedikitpun. Di tempatnya Ratu masih terpaku. Ia diam bukan karena tuli atas usiran halus suaminya. “Mau sampai kapan kamu gak anggap aku Mas?” air mukanya sendu. “Sudah enam belas tahun kamu mendiamkan aku. Apa yang masih kurang Mas?” sebulir bening jatuh membasahi pipi. Sambil terus menatap Giordanz yang tak kunjung memperhatikannya. Bahkan ia sangsi suaminya itu menganggapnya ada di ruangan