“Kau ingin bicara?” tanyaku setelah lama berdiam diri “Saya tidak tahu harus mulai dari mana?” “Aku lapar, mau temani aku makan dulu?” Alex mengangguk. Kami berjalan beriringan, beberapa meter di depan sana ada sebuah restaurant jepang yang masih buka. Restaurant yang memiliki enam meja itu hanya terisi setengah, mungkin karena sebentar lagi restaurant akan tutup. “Sebentar lagi kami akan tutup. Apa makanannya mau dibungkus?” tanya seorang pelayan pada kami. “Oh, boleh. Terima kasih,” ucapku sembari mengembalikan buku menu. Pelayan itu pergi menyiapkan pesanan kami. Aku menatap Alex yang terlihat bimbang. Pria itu tidak banyak bicara bahkan lebih sering melamun. “Sepertinya bapak butuh hiburan.” Alex menatapku dan tersenyum tipis. Aku bisa melihat gerak-geriknya yang tidak nyaman
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari