9. TUNGGULAH AKU

1490 Kata
Sejoli itu saling pandang lalu saling menunduk untuk menghindari pandangan satu sama lain. Gina memegang cangkir kopi panasnya dengan kedua tangan dan sesekali memutarnya. Akhirnya, pasangan itu bertemu di sebuah cafe di pinggiran kota, jauh dari jangkauan orang-orang yang mungkin mengenal mereka. "Tidak pernah ada penghinaan yang begitu dalam dan menyakitkan sekaligus mengecewakan aku sepanjang hidupku. Kau menipuku, membodohiku terutama memanfaatkan aku karena kau tahu aku begitu mencintaimu," ucap gadis itu sendu memulai percakapan yang sedari tadi hening. Dia menjauhkan pandangan matanya dari pria di hadapannya. "Tidak masalah jika kau menikah dengannya entah karena alasan apapun. Sumpah, aku tidak akan pernah menahanmu untuk berada di sisiku jika kau akhirnya memilihnya. Aku tidak ingin kau merasa terpaksa atau kasihan atau merasa harus membalas cintaku," lanjutnya membuat pria yang hampir menjadi mantan kekasihnya itu menggeleng ingin membantah beberapa kata yang baru saja menyapa gendang telinganya namun lidahnya terasa kelu . "Bahkan jika alasanmu kamu lebih mencintainya dan akhirnya memilih menikah dengannya, aku terima. Jangan membawa orang tua sebagai alasan karena kau tahu bahwa orang tuamu belum mengenalku dan aku belum berniat berkenalan," ucap gadis itu lagi dengan suara bergetar menahan tangis. Perkataan wanita itu tempo hari masih sangat di ingatnya. Mereka ternyata ldr. Abian membuka dan menutup mulutnya. Menelan kembali kata kata sanggahan yang sudah tercetak di otaknya. Pria itu menunduk dan mengucapkan beribu maaf dari mulutnya yang terkatup sehingga hanya di dengar olehnya sendiri. Sreeeeggg Terdengar suara kursi di seret. Abian mendongak dan melihat Gina sudah berdiri dan menyandang tasnya. "Selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian langgeng. Dan selamat juga, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah. Terima Kasih untuk cintamu selama ini, tulus atau tidaknya itu aku tidak tahu. Mulai hari ini, kita putus. Tidak ada hubungan di antara kita lagi." "Sayang, Gina. Jangan begitu. Aku tidak pernah ingin mengkhianati kamu, ini murni di paksa oleh ibuku. Bahkan semuanya mendadak. Ibuku datang tiba tiba dan mengatakan semua sudah beres. Apa yang bisa aku lakukan? Ingin sekali rasanya mengatakan aku sudah punya kekasih, tapi aku ingat kalian belum saling kenal bahkan selama ini ibuku tidak tahu aku punya kekasih. Jika aku di paksa untuk menikahi kekasihku, kamu pun pasti belum siap, kan?" ujar Abian menjelaskan sekaligus menahan tangan Gina yang hendak beranjak. "Jangan pernah katakan hubungan kita sudah berakhir. Sampai kapan pun itu tidak akan pernah berakhir," ucapnya serius. Apa yang ada di pikirannya? Apa dia mau selingkuh di belakang istri yang sedang hamil? Gina hanya berdecih dan tersenyum miris. Apa katanya barusan? Tidak akan pernah berakhir. b*****t! "Terserah. Tapi bagiku, sekali berakhir ya berakhir. Aku masih muda dan aku tidak pernah berpikir untuk menjadi kekasih gelap seorang pria menikah bahkan sekalipun dia sangat tampan dan membuatku sangat terpesona dan sangat mencintainya. Jangan datang lagi padaku dan hiduplah berbahagia dengan istrimu." Gina menghempaskan tangan Bian dengan sedikit kuat agar jalinan tangan mereka terputus. Dia melangkah dengan mengeluarkan semua tenaganya. Memperpanjang langkah agar segera bisa menjauhkan jarak dari Abian. Kakinya bergetar dan lemas hingga seperti tidak bertulang. Wajahnya memerah hingga ke telinga dan matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa pikir panjang, begitu dia keluar dari cafe itu, dia segera menghentikan taksi yang kebetulan lewat. Gina masih punya rasa malu. Dia menahan tangis yang hampir pecah ketika dia di dalam taksi. Sesampainya di kost, dia langsung melemparkan tasnya kemudian tubuhnya ke atas kasur. Bertelungkup dan punggungnya mulai bergetar. Tak lama, terdengar suara isakan memilukan yang keluar dari mulutnya. Tak ada kata makian atau umpatan apapun yang di keluarkan. Hanya isak dan derai air mata yang mengalir begitu derasnya untuk mengungkapkan semua kepenatan dan sesak di dalam dadanya. Dalam tangisnya, Gina memutar kembali ingatannya. Selama tiga bulan terakhir ini, Abian memang tidak berubah. Komunikasi mereka lancar bahkan sering video call dan pertemuan mereka yang hanya sekali atau dua kali seminggu seperti sedia kala. Hanya saja, yang tidak di sadari oleh Gina, setiap kali pria itu video call, tidak pernah sedang berada di rumah. Jika dulu mereka sering vc bobo, akhir akhir ini tidak pernah. Jika dulu Abian sering mengajak menginap saat akhir pekan, akhir akhir ini tidak pernah lagi. Bahkan pertemuan mereka yang seperti wajib di malam minggu, akhir akhir ini berubah menjadi di week day. Abian tidak pernah memberi alasan pun dengan Gina, wanita itu tidak pernah bertanya, karena tahu bahwa Abian punya kesibukan di luar. Bersama teman-teman dan sedang merintis usaha bersama. Wanita itu selalu berpikir positif bahkan ketika Abian datang dan memesrainya, dia kira itu karena Abian lelah dan penat dan butuh hiburan untuk diri sendiri terlebih karena rasa rindu dan cinta. "Aku memang bodoh," ucap Gina pada diri sendiri setelah menyadari kembali, bahwa tiga bulan terakhir, setiap kali mereka bertemu, keduanya pasti bermesraan dan berbagi peluh. Mereka berdua menikmatinya tanpa Gina tahu bahwa Abian sudah mendapatkan pelayanan itu juga di rumah dari istri sahnya. "Mungkinkah dia terus mencumbuku karena menjaga istrinya yang sedang hamil muda?" Gina menepuk keningnya sendiri setelah memikirkan kemungkinan itu. Dia meneteskan air mata lagi atas kebodohan dirinya yang mengira Abian melakukannya karena cinta yang semakin dalam dan sudah sangat tergantung pada Gina. **** "Muka kamu kenapa?" tanya Melda begitu Abian masuk ke rumah dengan wajah kusut. Pria itu berjalan melewati istrinya tanpa menjawab pertanyaan menyebalkan itu. Melda mengerutkan kening lalu menutup pintu dan menguncinya. Berjalan pelan sambil memegang perutnya yang masih rata tapi sudah berisi buah cintanya bersama Abian. "Beb, kamu ada masalah?" tanyanya ketika dia sudah berdiri tepat di belakang Abian yang sedang melepas jaketnya dan melemparkan begitu saja ke dalam keranjang pakaian kotor. Melda mengerutkan dahinya lagi karena dicueki oleh sang suami. Dengan segera dia mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Dia menyandarkan wajahnya di punggung bidang pria itu lalu menghidu bau suaminya itu dengan dalam. "Aku suka bau ini, bau kerja keras dan semangat juang untuk sukses," ucapnya dengan suara terbenam. Abian memejamkan mata untuk menenangkan jiwa yang sedang berkecamuk. Dia menghela nafas kasar hingga tiga kali lalu berbalik dan memeluk istrinya. Berharap bisa mendapatkan ketenangan setelah melewati hari-hari yang begitu sulit karena ulahnya sendiri. Melda tersenyum dalam dekapan pria itu. Dalam hati dia bersyukur atas apa yang dia dapatkan sekarang ini. Dia yakin bahwa Abian sudah membuka diri padanya. ****** "Akhir akhir ini performa kamu sangat buruk dan kamu kelihatan tidak bersemangat. Wajah kaku kusut dari pagi sampai sore dan jumpa pagi lagi. Ada apa?" Pagi ini Gina di panggil oleh bosnya karena kesalahan dalam mengerjakan pekerjaannya. "Saya akan menganggap ini peringatan pertama dan tidak akan menghukum kamu, tapi maaf Gina, bonus bulan ini kamu tidak akan dapatkan," ungkap sang bos ketika melihat Gina tetap berdiam diri dan menutup mulutnya rapat rapat. Seketika itu juga, wanita muda itu langsung menegakkan kepala dan menatap bosnya dengan keberatan. Bagaimana tidak, bonus yang keluar sekali empat bulan itu sangat di harapkan dan biasanya Gina akan mengirimkannya pada ibunya. "Tapi, Pak?" Sang bos menggeleng. "Kerjaan seratus persen sempurna, bonus cair. Sementara kamu, sudah satu minggu ini kamu membuat rekan kamu bahkan saya kerepotan karena pekerjaan kamu yang tidak beres," bantah sang bos. "Keberatan?" lanjutnya kala melihat mulut Gina hendak mengajukan protes lagi. Gadis itu pada akhirnya menggeleng lalu mengangguk. Dia baru menyadari betapa terpuruknya dia satu minggu ini setelah mengetahui status dirinya sebagai simpanan oleh kekasihnya sendiri. "Maaf Pak atas kelalaian saya. Saya memang ada sedikit beban pikiran di luar pekerjaan dan juga saya kurang sehat beberapa hari lalu. Saya janji, mulai hari ini, saya akan memperbaiki kinerja saya lagi. Tolong bonus saya jangan di potong sepenuhnya, Pak," mohonnya dengan wajah memelas. Gina keluar dari ruangan bosnya dengan wajah lesu tapi sedikit lega begitu bosnya mengangguk setuju dan memberikan peringatan sekali lagi. Demi bonus, akhirnya Gina berusaha memperbaiki diri dan mengesampingkan apa yang sedang menjadi permasalahan pribadinya. *** Gina mendengus begitu memasuki gerbang kosnya. Di depan sana, seseorang duduk di atas motor sambil memainkan ponsel. Mendengar suara motor Gina, pria itu langsung mengangkat wajahnya lalu tersenyum. Senyumnya penuh kerinduan tapi bagi Gina itu sudah tidak hangat lagi. Itu bukan miliknya lagi dan dia tidak akan tergoda untuk memilikinya lagi mulai sekarang. "Yang!" Gina mendengus dan mengarahkan pandangan ke seluruh arah bangunan itu. "Ngapain lagi kamu kesini. Pergi!" ucapnya dengan nada geram. Mulutnya terkatup saat mengusir Abian karena salah satu pintu kos di ujung sana terbuka yang menandakan ada penghuninya di dalam. "Kangen dan aku mau minta maaf," jawab pria itu enteng. "Cih!" Gina berdecih bahkan meludah tepat di depan Abian usai mendengar ucapan itu. Dia berjalan melewati pria itu dan membuka pintu kosnya. Abian juga segera berdiri di belakang kekasihnya itu karena yakin begitu terlambat sedikit, pintu akan tertutup dan dia akan kehilangan kesempatan untuk menjelaskan kembali dan meminta pengertian Gina. Huffff "Aku udah maafin kamu. Sekarang pergilah. Jangan datang kesini lagi dan jangan menyapaku apabila kita bertemu tak sengaja dimana pun," ucapnya ketika Abian sudah berhasil masuk ke dalam kostnya. Detik berikutnya, sepasang tangan menghangatkan perutnya dan tubuh kekar itu menempel di punggungnya. "Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Kamu tetap kekasihku dan akan menjadi milikku selamanya. Janjilah Gina, kamu akan menungguku. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN