4. Hari Yang Buruk.

1150 Kata
Rayhan duduk termenung di meja kerjanya sambil terus memikirkan apa yang Sena katakan. Mengira-ngira apa sebenarnya yang salah dari caranya. Sejujurnya Rayhan tidak pernah merasa menggunakan harta atau keangkuhannya dalam mendekati Sena, tapi kenapa wanita itu selalu saja mengolok-oloknya dengan hal itu. Apakah Rayhan harus jatuh miskin dan memulai dari nol segalanya agar Sena mau meliriknya kembali?      Rayhan mendengus kemudian menghela napasnya lelah dan menelungkupkan wajahnya di atas meja. Beberapa hari ini memang sangat melelahkan untuknya, bukan hanya masalah perusahaan tapi ayahnya juga semakin menyebalkan. Mulai mengenalkan Rayhan pada wanita-wanita putri dari temannya. Berharap Rayhan cepat menikah dan memberinya cucu. Tanpa mempedulikan sedikitpun pendapat dan perasaan Rayhan. “Ya elahh galau amat Han,” Tiba-tiba saja Dimas masuk dan mengomentari posisi Rayhan yang memang terlihat seperti sedang patah hati. “Gue kabur aja apa yah dari rumah kaya lo dulu? Gak tahan sama bokap gue.” Dimas tertawa mendengar kalimat putus asa Rayhan. “Keluar dari rumah tidak semudah yang lo bayangin Han, gue dulu kalau gak ada Dino udah jadi gelandangan kali. Saran gue sih lo harus pakai otak lo Han. Lo turuti aja semua mau mereka termasuk soal perjodohan itu, anggap aja lo lagi berbakti. Tapi lo pakai otak lo biar si cewek yang nolak lo jadi posisi lo aman dimata orang tua lo.” Dimas memberi saran yang langsung di sambut senyum sumringah dari Rayhan. “Ada guenanya juga yah gue punya sepupu kaya lo.” Rayhan tertawa. “Sialan lo!” Dimas tersenyum sambil menyodorkan berkas ke hadapan Rayhan. “Ini berkas buat meeting besok, lo yang dateng gue mau bawa si kembar ke Rumah Sakit.” “Si biang kerok sakit?” “Kayaknya sih mau flu Han, jadi rada demam dan rewel. Orang rumah udah stress banget ngadepin mereka.” Rayhan tersenyum sambil memasang wajah khawatir. Karena dua anak kembar yang sering dia panggil biang kerok itu, adalah keponakan kesayangannya. Mereka berdua juga sangat menurut pada Rayhan. “Yaudah lo fokus ke mereka aja, kerjaan biar gue yang hendle.” Ucap Rayhan sambil meraih berkas yang di berikan Dimas. Membacanya dengan serius membuat Dimas diam-diam tersenyum. Merasa bahwa Rayhan mulai sangat bisa diandalkan. “Yaudah gue balik yah, Dewi udah telpon mulu dari tadi.” Dimas beranjak dari hadapan Rayhan setelah dapat anggukan dari sepupunya itu kemudian meninggalkan ruangan Rayhan. Tidak lama setelah Dimas pergi, Rayhan juga bangun dari duduknya, menyambar jasnya kemudian meraih kunci mobil di meja dan hendak pergi tapi terhenti melihat ayahnya sudah berdiri di ambang pintu. “Mau kemana? Ini masih jam dua siang Han? Kamu pikir mentang-mentang perusahaan ini milik keluarga kamu bisa kerja seenaknya? Laki-laki kalau udah saatnya menikah tapi masih sendiri ya begini, gak terurus, suka pergi gak jelas dan bla,bla,bla”  Rayhan memejamkan matanya sejenak mencoba mengurangi perasaan kesal yang tiba-tiba datang. Dia harus menjemput Sena walaupun dia tahu bahwa dia akan di tolak lagi tapi dia tidak akan menyerah. Dan omelan ayahnya benar-benar menyempurnakan keburukan hari ini. “Oke, Rayhan akan turuti mau papa tentang perjodohan. Tapi bisakah kali ini biarkan Rayhan pergi? Rayhan bukan anak tidak bertanggungjawab seperti yang papa bilang barusan. Rayhan sudah menyelesaikan semua pekerjaan hari ini sebelum memutuskan untuk pergi, kalau papa gak percaya silahkan papa lihat.” Rayhan mendesah kesal sekali, ketika akhirnya dia bisa meninggalkan ruangan itu setelah papanya benar-benar mengecek pekerjaanya satu per satu dan memberitahunya tentang kencan buta dengan salah satu putri temannya itu. “Semuanya menyebalkan!” Gerutunya sambil sedikit memukul kemudi dengan keras. Tangannya sedikit memerah sekarang tapi rasa sakitnya tidak Rayhan rasakan. Laki-laki itu segera menyalakan mobilnya dan melaju menuju tempat Sena. Hari ini wanita itu pulang jam empat sore, tapi Rayhan sudah menduga bahwa jalanan akan sedikit macet karena itu dia berangkat lebih awal agar bisa sampai ke tempat Sena tepat waktu. Bahkan sejak pagi Rayhan sudah sangat sibuk mengerjakan semua urusan kantor dengan cepat. Sampai sejauh itu pengorbanan Rayhan bahkan sampai melupakan makan siangnya tapi Sena masih tidak juga tersentuh. Membuat Rayhan kadang-kadang kesal sendiri. “Mau sampai kapan sih Han jemput aku? Aku udah bilang kan kalau aku gak tertarik dan gak mau kamu jemput.” Ujar Sena ketus. Rayhan tetap tersenyum walaupun sejujurnya seluruh badanya lelah dan otaknya juga lelah. “Sampai kamu mau pulang bareng aku dong.” Rayhan mengucapkannya dengan ceria seperti biasanya padahal saat ini dia sedang menahan sakit di perutnya. Sepertinya efek tidak makan siang dan sering telat makan belakangan ini karena kesibukan mulai menciptakan masalah di lambungnya. “Oke ayok antar aku pulang.” Ucapan Sena membuat Rayhan tersenyum sumringah. Setidaknya diantara semua hal yang membuatnya hari ini sangat buruk untuknya ada satu hal yang menyenangkan. “Tapi setelah ini jangan pernah datang lagi ke sini untuk menjemputku.” Tambah Sena lagi membuat senyum Rayhan meredup. Sebenarnya sebesar apa kesalahannya sampai meluluhkan hati wanita itu rasanya sulit sekali? Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di benak Rayhan tapi laki-laki itu masih bisa tersenyum di hadapan Sena. Bagaimanapun kerasnya dia akan tetap berusaha. “Oke, ayok aku antar pulang.” Rayhan membukakan pintu mobilnya untuk Sena dan kemudian memutar menuju kemudi dengan cepat. Wajahnya terlihat bahagia sekali walaupun sakit di perutnya sejujurnya sangat mengganggu. “Oke, jadi mulai besok jangan pernah datang lagi. Kita sudah sepakat.” Ucap Sena ketika mobil Rayhan melaju. “Siapa yang bilang aku sepakat? Aku hanya bilang oke ayo aku antar pulang aku tidak bilang setuju besok tidak datang lagi.” Rayhan tersenyum penuh kemenangan terlebih melihat pelototan kesal dari Sena. “Sudah ku duga kau tidak akan bisa di percaya.” Ucap Sena ketus. Kemudian memalingkan wajahnya ke jalanan. “Apanya yang dipercaya Sena? Sejak tadi memang aku tidak menjanjikan apapun kan?” Rayhan tersenyum semakin geli. “Terserah!” Rayhan tertawa, menggemaskan sekali melihat Sena kesal seperti itu. Membuat Rayhan sedikit melupakan rasa sakit di perutnya. Mereka terus berdebat hingga mobil Rayhan masuk ke halaman rumah Sena. Kemudian gadis itu turun dengan kesal tanpa mengucapkan terimakasih sedikitpun. Tapi Rayhan tetap tersenyum. “Sampai jumpa besok Sena, jangan lupakan makan malamu.” Ucap laki-laki itu sebelum pergi meninggalkan pelataran rumah Sena dengan bahagia. “Jadi seperti ini caramu hidup? Memanfaatkan orang lain?” Sena berhenti berjalan begitu mendengar kalimat bernada sarkas itu. Sena mendesah lelah karena lagi-lagi harus menghadapi kecerewetan Bima. “Sena salah apalagi sih bang, kali ini Sena gak di jemput Satria tapi abang tetep marah-marah?” “Satria gak bisa jemput kamu kan makanya kamu manfaatin Rayhan? Kapan abang pernah ajarin kamu jadi sejahat ini? Tidakkah kamu berpikir mungkin saja Rayhan berada di sana menjemputmu mengorbankan banyak hal dibelakangnya? Dia memiliki pekerjaan dan bisa selalu tepat waktu jemput kamu. Menurutmu itu kebetulan?” Sena terdiam kemudian menunduk. “Kamu selalu bilang Rayahn jahat dan banyak hal buruk lain, pernahkah kamu melihat dirimu sendiri? Sekarang kamu bahkan lebih jahat dari yang Rayhan lakukan padamu dulu. Setidaknya sejahat-jahatnya dia tidak pernah memanfaatkanmu untuk kepentingan pribadinya dengan tidak berperasaan seperti ini.” Tambah Bima lagi. Sena sudah tidak tahan lagi. “Ohh jadi sekarang abang belain Rayhan? Satria terus aja dijelek-jelekin tapi Rayhan dibagus-bagusin? Abang juga jahat tau nggak!” Sena mengucapkan itu sambil berlinangan air mata sebelum berlari masuk ke kamarnya dengan membanting pintu. Bima mendesah sambil menyugar rambutnya kesal. Memiliki adik perempuan memang tidak mudah. ***                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN