Seorang gadis berumur dua puluh tiga tahun, berdiri tegak di tengah lapangan dengan pedang katana di kedua tangannya. Lumuran darah hitam dari pedang itu menandakan kalau benda tajam tersebut sudah menelan banyak korban.
Mayat bergelimpungan bersimbah darah tercecer di mana-mana. Sekitar dua puluh mayat iblis sudah mati di tangannya. Seperti biasa, gadis itu selalu berada di perbatasan Distrik Utama untuk membasmi para iblis yang akan membobol array pelindung. Array ini sejenis dengan kekai. Sebuah pelindung kasat mata yang menggunakan kekuatan dari batu meteor.
Pada Tahun 2045, batu meteor jatuh ke bumi dan menyebar keseluruh dunia. Pecahan dari batu itu ternyata membawa dampak baik bagi manusia. Semenjak batu tersebut jatuh, manusia yang lahir saat itu memiliki kekuatan dalam mengendalikan berbagai elemen (air, api, udara, tanah). Bahkan, batu itu juga bisa digunakan untuk melindungi diri.
Para ilmuwan pun bekerja keras agar batu itu dapat melindungi semua kawasan yang belum terjamah oleh iblis. Hasilnya, setengah bumi bisa terlindungi.
Namun, bukan berarti iblis akan menyerah. Mereka semakin merajalela dari tahun ke tahun untuk memecahkan array pelindung itu sehingga tinggal seperempat saja.
Gadis itu berbalik arah sambil mengusap keringatnya yang terus menetes. Lambaian tangan dari seseorang membuatnya tersenyum.
"Kau luar biasa, Jazlyn," ucapnya sambil memberikan sapu tangan. Jazlyn memberikan katana tersebut kepada orang itu dan meraih sapu tangan untuk membersihkan peluh yang menetes. "Jangan berlebihan, Feng." Feng hanya tersenyum lalu merangkul bahu gadis itu.
"Profesor ingin bertemu denganmu. Beliau bilang akan membahas tentang sesuatu." Jazlyn melepas tangan Feng dengan kasar lalu berjalan menuju gerbang.
Secara otomatis, gerbang itu terbuka. Jazlyn dan Feng disambut oleh para penduduk Distrik Utama. Mereka bersorak atas kemenangan gadis itu.
"Kau luar biasa, Jazlyn," ucap salah satu warga. "Aku mencintaimu," teriak mereka bersamaan.
Banyak sekali pujian dari warga Distrik utama. Tapi, Jazlyn hanya memasang muka biasa. Baginya, pujian itu hanyalah angin lewat saja.
Jazlyn dan Feng berjalan meninggalkan kerumunan orang. Gadis itu melempar sebuah benda besi berbentuk telur dan di tengahnya ada titik berwarna merah.
"Distrik Empat. Rumah Adam Smith." Lubang dimensi ruang dan waktu terbuka di depan gadis itu. Ia kemudian masuk dalam lubang tersebut. Beberapa detik kemudian keluar lagi.
"Ada apa?" tanya Feng menatap Jazlyn yang terlihat marah. "Benda itu rusak. Apakah kau punya cadangan?"
Feng menggeleng cepat sambil memamerkan gigi putihnya. "Aku hanya membawa motor. Jika kau mau, kau boleh menumpang."
Sial, Jazlyn tidak suka harus membuang waktu terlalu banyak. Menaiki kendaraan itu butuh waktu setidaknya dua puluh menit. Mengingat jarak Distrik Utama dan Distrik Empat sangat jauh. Tidak ada cara lain, untuk mempermudah perjalanannya. Ia pun menghubungi Adam.
Jazlyn menekan tombol yang ada di jamnya. Terdapat hologram di udara, beberapa detik kemudian, Adam mengangkat panggilan itu.
"Ada apa? Aku sibuk. Kau cepatlah kemari. Kita harus mendiskusikan sesuatu." Terlihat jelas gambar pria berkacamata dengan balutan kaos hitam longgar di tubuhnya. Rambut acak - acakkan dan juga bulu rambut yang tumbuh di rahangnya yang tegas.
"Benda itu rusak. Aku tidak bisa kesana. Kirim benda itu kepadaku, se-ka-rang." Jazlyn menunjuk ke arah Adam sambil berdecak sebal. Pria itu malah mematikan panggilan sepihak.
"Hahahaha, kau diabaikan. Naiklah ke motorku. Kapan lagi kau bisa santai," ujar Feng sambil bertengger manis di atas motornya. Benda besi seperti vespa dengan knalpot besarnya. Tumpangan milik Feng sangat tidak layak dipakai.
Benda kuno itu masih saja dipertahankan. Padahal, motor milik manusia lainnya lebih keren. Tapi, jarang digunakan karena lebih suka berjalan kaki. Kalau perjalanannya jauh, pilih menggunakan mobil atau kereta ekspres.
Kali ini, Jazlyn akan mengikuti Feng dengan pasrah. Kalau bertugas nantinya, gadis itu akan membawa sepatu terbangnya sebagai cadangan.
Mereka berdua menaiki motor vespa tersebut lalu perlahan naik dan mengambang di udara. Distrik Utama tampak indah, terdapat air mancur di tengahnya. Gedung menjulang tinggi dan banyak orang yang berkeliaran di udara dengan menggunakan sepatu terbang.
Taman kota yang sangat besar akan mengecil jika di lihat dari atas. Terdapat, bocah - bocah yang sedang bermain bola terbang, dan juga melatih kemampuan.
Jazlyn mengalihkan pandangan ke arah gunung kembar dengan banyak tumbuhan hijau. Di depannya terdapat telaga warna dan seekor hewan mitologi yaitu naga.
Biasanya, naga digunakan untuk berperang. Para ilmuwan memperkembangbiakan naga untuk melawan para iblis. Setiap distrik setidaknya memiliki tiga naga. Dari naga dewasa, remaja, atau anak - anak.
Dengan adanya hewan itu, manusia tidak begitu resah jika perang terjadi sewaktu - waktu.
Feng memencet tombol hijau di dekat setir bagian kanan. Motor pun melaju dengan cepat membelah awan yang menggumpal. Bahkan, pria itu mengemudi lebih tinggi lagi.
"Kau mau aku mati, hah?!" teriak Jazlyn sambil menodongkan pistol ke kepala Feng. Pria itu hanya terkekeh geli. "Katamu, kau ingin cepat sampai ke rumah profesor."
Inilah yang tidak disukai dari kendaraan Feng. Vespa itu mempunyai kecepatan turbo. Meskipun begitu, mereka cepat sampai di Distrik Empat.
Tampak hunga besar di depan pintu masuk Distrik Empat. Bunga itu sebagai pemeriksa identitas. Feng dan Jazlyn melewati bunga tersebut begitu saja. Mereka memilih langsung pergi ke laboratorium.
Feng dan Jazlyn mendarat sempurna di depan gedung berbentuk bola yang berkelap - kelip, terlihat sangat arogan seperti orang yang punya. Laura ingin sekali desain dari gedung itu di rubah. Namun, Adam selalu bilang bahwa bola adalah kesukaannya. Jadi, mau tidak mau, gadis itu harus menerimanya.
Di semua bangunan yang ada, bangunan milik Adam sendiri yang berbeda sehingga mudah dikenali. Jazlyn berjalan mendahului Feng. Ia disambut oleh beberapa teman dan para robot yang bekerja.
Jazlyn terus berjalan ke depan lalu masuk ke dalam lift. Benda kotak besar itu turun ke bawah tanah. Setelah sampai, lift terbuka. Nampak semua orang sedang sibuk di sana. Beberapa murid dari Adam tampak meneliti sesuatu. Ada juga yang mengembangkan formula mengenai kekuatan fisik. Dan ada juga yang membuat percobaan pada hewan melata untuk dijadikan tunggangan selain naga.
Mereka menginjeksi sesuatu ke dalam salah satu hewan percobaannya. Beberapa detik kemudian, hewan itu beregenerasi lalu membesar. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena hewan tersebut mengecil kembali dengan cepat.
Mata Jazlyn melirik ke arah Leon yang tengah berkutat dengan percobaan tumbuhan. Pria kecil itu meneteskan cairan berwarna hijau terhadap tanaman tersebut. Tiba - tiba, tanaman itu mati mengering. Dia berteriak kegirangan sambil lompat - lompat tidak jelas. Bisa dipastikan, percobaan berhasil.
Gadis itu melangkahkan kakinya ke depan menuju ruangan Adam. Semua orang menyambutnya dengan antusias dan tersenyum kepadanya. Feng yang sedari tadi mengamati dari belakang hanya melipat kedua tangan sambil bersender di tembok. Baginya, Jazlyn adalah gadis luar biasa. Meskipun tidak memiliki kekuatan dari batu meteor, ia dengan mudah bisa mengalahkan para iblis itu.
Jazlyn telah sampai di depan pintu berwarna coklat. Gadis itu membuka handle pintu perlahan lalu masuk dengan mengendap - endap. Bunyi erangan dan dan juga desahan terdengar jelas di kamar mandi. Ia kemudian memukul keras pintu kamar mandi sampai orang yang berada di dalam berteriak keras.
"Pengganggu! Enyah!" Beberapa detik kemudian, pintu kamar mandi dibuka kasar oleh seseorang. Penampilan acak - acakan dengan rambut panjang sebahu. Dan yang terparah adalah, dia hanya menggunakan underware saja. Jazlyn melempar sandal ke arahnya sambil berteriak nyaring.
"m***m!! Pakai baju mu, b******k!" Lemparan kedua dilayangkan dan mendarat sempurna di wajahnya. Orang itu langsung masuk ke dalam lagi kemudian kemudian keluar memakai baju lengkap.
"Ternyata, benda ini rusak karenamu." Jazlyn melempar benda bulat itu ke depan, tepat di hadapan pria itu.
"Aku hanya ingin lebih lama tanpa ada yang mengganggu," ucapnya sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Terus terang, pria itu canggung lantaran ketahuan sedang bermain solo.
"Berikan aku benda baru. Aku tidak mau barang yang rusak, Adam." Jazlyn mendaratkan bokongnya dengan sempurna di sofa. Sementara Adam, berjalan menuju ke meja kerjanya.
"Para pemimpin ingin bertemu denganmu. Sekarang, mereka menunggu di ruangan sebelah," ucap Adam santai.
"Ada apa? Kau merencanakan sesuatu. Aku terlalu sibuk jika kau menjodohkanku dengan Morgan. Aku tidak menyukainya. Dan juga, sebaiknya kau urus saja bagian bawahmu itu. Anaconda itu butuh gua untuk tidur," ejek Jazlyn penuh penekanan sambil terkekeh geli.
Muka Adam merah karena malu, di umur yang ke tiga puluh lima tahun, ia betah melajang. Jadi, untuk menuntaskan hasratnya, ia harus merana di balik kamar mandi bermain solo membayangkan adegan erotis dan eksotis.
"K-kau pergi saja sana! Temui para pemimpin," kata Adam dengan terbata - bata. Jazlyn tertawa keras sambil berjalan keluar ruangan. "Nikmati kesendirianmu, Bung," ejeknya lagi sambil berlalu.
Adam kemudian melempar kotak kecil berwarna hitam ke arah Jazlyn. Namun, gadis itu langsung menutup pintu dengan cepat. "Dasar perjaka tua!!" teriaknya menggema.
BERSAMBUNG