Kenapa?

1643 Kata
Arum menunduk mendengar papanya mengobrol dengan Elang. Papanya tidak mengizinkan Elang membawa Arum ke Jepang sedangkan Elang bersikukuh untuk tetap membawanya kesana meski papanya tidak menginzinkannya. Setelah makan malam, mereka berkumpul bersama diruang keluarga. Elang mengatakan pada papa dan mamanya jika ia akan ke Jepang untuk menonton pertandingan Marcel minggu ini dan ia akan membawa Arum kesana. Papanya langsung menolak rencananya, Elang boleh pergi tapi tidak membawa Arum. "Aku akan tetap ke Jepang bersama Arum." Tegas Elang tak ingin lagi berdebat dengan papanya "Kamu boleh pergi tapi tidak membawa putriku!" Kukuh Edwin merasa khawatir jika Elang membawa Arum pergi. Edwin tidak masalah jika Elang pergi keluar negeri karena dia seorang pria, pria harus lebih mengenal kehidupan diluar sana dibanding wanita meski wanita juga berhak. "Jika papa lupa Arum juga adikku. Aku bisa menjaganya" Alasan papanya tidak membiarkan Arum karena ini, papanya takut terjadi apapa pada Arum meski ada Elang yang bersiap menjaganya "Ya ampun Lang pah! Kalian nggak usah debat gitu dong! Tanyakan ke Arumnya!" Jengah Kanaya mendengar perdebatan anak dan suaminya itu. Semuanya tidak mau mengalah dan Elang orangnya keras, Elang tidak pernah mau merubah apa yang telah menjadi keinginannya. Jika Elang bilang Ya berarti ya meski Edwin sang papa berusaha mengubah keputusannya. "Arum nggak usaha ikut ya sama kak Elang, nanti papa akan ajak Arum ke jalan-jalan ke Amerika" Bujuk Edwin "Katanya Arum mau liat Marcel bertanding pa, bukan cuma sekedar jalan-jalan aja. Iyakan sayang?" Elang kukuh membawa Arum ke Jepang hari jumat, selain ingin melihat pertandingan Marcel, Arum juga ingin melihat bunga sakura "Tidak Lang, adikmu masih kecil. Nanti kalau ada apapa gimana? Kamu mau tanggung jawab?!" "Nggak akan aku biarin terjadi sesuatu padanya!" Tegas Elang membuat Edwin menghela napas panjang "Arum akan ikut bersamaku, aku udah minta om Erwin urus pasportnya" lanjut Elang membuat Edwin pasrah. Sampai kapanpun mungkin Edwin tidak akan pernah bisa melawan Elang dalam berdebat "Arum mau ikut kak Elang ke Jepang?" Tanya Kanaya lembut. Arum mengangkat kepalanya melihat senyuman lembut Kanaya "Kalau mama sama papa ngizinin ak," "Mereka ngizinin, sayang. Percaya sama kakak!" Potong Elang Edwin dan Kanaya menggeleng melihat Elang, sifat anaknya begitu keras. * * * Arum melihat satu persatu teman barunya. Diana, Ruth, Megan dan Mirah duduk bersamanya dikantin sekolah. Arum senang dan ada rasa takut yang menghantuinya, bagaimana jika nanti mereka akan berubah? Bagaimana kalau mereka menjauhi dan membullynya? Bagaimana jik, "Kok nggak di makan sih Rum?" Arum tersentak tangannya dipegang oleh Diana. Diana yang terkenal pencicilan itu menunggu Arum menjawab "Kamu nggak suka somay? Mau aku pesanin yang lain?" "Ng,nggak usah! Aku suka kok" Diana tersenyum, dia kira Arum tidak suka somay hampir saja ia menangis karena membuat teman barunya kecewa. Terlepas Arum adiknya Elang dan pemilik sekolah, Diana benar-benar ingin berteman dengan Arum. "Kalian beneran mau ke Jepang besok?" "Iya, mau ikut?!" Ruth langsung cemberut, jangankan ikut ke Jepang, keluar kota saja Ruth tidak dibiarkan oleh orang tuanya apalagi ke luar negeri. "Nggak usah nanya Ruth! Ke wc aja harus punya izin dulu dari maminya baru bisa" ledek Megan membuat Ruth semakin kesal "Oh iya kenapa aku lupa?!" Mirah menepuk jidatnya "Ruth kan putri dalam sangkar" sambungnya membuat Ruth merengek memukul lengan Diana "Aku nggak salah ya!" Kesal Diana memukul kedua tangan Ruth "Arum!!!" "Apa?" Mereka tertawa melihat reaksi Arum. Jelas-jelas Ruth minta dibela tapi reaksi polos Arum keluar begitu saja. Arum tidak tau harus berbuat apa. "Duuhhh adek Arum duduk manis aja!" Mirah mengelus bahu Arum, diantara mereka Arum lah yang paling muda. Keempatnya berusai 14 sedangkan Arum 13 tahun. Melihat fisik Arum membuat mereka tidak percaya, Arum tinggi melebihi Megan yang mereka anggap paling tinggi diantara keempatnya. "Kalau kak Marcel udah tanding jangan lupa live di IG ya Mir! Aku mau liat soalnya" Diana sedih karena pertandingan Marcel kali ini di Jepang padahal kalau di Indonesia pasti Diana akan menontonnya tidak peduli itu diluar kota. Diana suka sesuatu yang berbau otomotif jadi ia menyukai Marcel yang notabennya seorang pembalap. "Nggak janji" Mirah menaikkan bahunya "Yah Mirah jahat" ucap Diana "Arum aja deh, iyakan Arum?" Diana mengedipkan sebelah matanya yang langsung diangguki Arum "Duuhhhh makasih, Arum baik deehhh" serunya mencubit sebelah pipi Arum "Diana, sakit." ucap Arum, Ruth langsung memukul tangan Diana, Diana protes karena Ruth memukul tangannya sedangkan Ruth memberi pembelaan jika Diana menyakiti Arum "Ehhhhh, kayaknya ada yang liatin kita" Arum memberitahu keempat temannya dimana orang itu berada. Keempatnya menoleh kebelakang sekilas, Ruth dan Diana melirik Megan yang menghela napas kasar. "Dia masih suka kamu kayaknya" ucap Diana membuat Megan mendelik "Jangan coba-coba kamu balikan sama dia kalau nggak mau jidatmu itu aku pasangi gawang sepak bola?!" Ucap Mirah tak suka dengan orang yang mereka maksud. Megan memegang jidatnya yang lebar, entah apa salah dan dosa jidatnya itu "Kali ini kamu kena lagi, dat" gumam Megan merapikan poninya untuk menutupi jidat lebarnya yang katanya bisa dijadikan lapangan sepak bola "Dia temannya Megan ya?" Tanya Arum sedikit mengerti dengan apa yang terjadi "Bukan teman tapi mantan pacarnya" ralat Ruth jengkel sendiri mengucapkan kata mantan pacar sahabatnya itu. * * * Kelima remaja itu berhenti melihat Elang bersandar dipintu mobil sambil melihat jam tangannya. Elang mengambil ponsel dari dalam sakunya, hingga tak lama ponsel salah satu dari mereka berdering. "Pasti telfon kak Elang" ucap Ruth memperbaiki letak kacamatanya Arum mengambil ponsel dari saku tasnya dan benar saja. Disana tertera nama kakaknya. "Halo kak" sapanya "Kamu dimana?"  Suara berat dari seberang menusuk pendengarannya, Arum melihat kakaknya memijit sebelah pelipisnya "Dibelakang kakak." Elang memiringkan sedikit tubuhnya mencari Arum. Senyum Elang mengembang melihat Arum bersama teman-teman barunya. Tak butuh waktu lama Elang mencari adiknya karena Arum adalah remaja yang paling menonjol diantara mereka. Seragam AJHS yang identik dengan  baju berwarna putih, rok kotak-kotak berwarna biru 10 cm diatas lutut, dasi berbentuk pita, kaos kaki selutut dan sepatu berwarna putih. Ditambah dengan rambut panjang sepinggang tergerai indah dipinggungnya membuatnya paling menonjol dibanding mereka. "Kakak udah lama nunggu?" Tanya Arum setelah Elang sampai didepan mereka. Elang melihat jam tangannya lalu mengerutkan kening "Udah 20 menit 47 detik yang jelas belum sampai sejam" jawabnya "Berarti udah lama, tapi kenapa kakak pulangnya cepat? Kakak bolos ya?!" "Kak Elang nggak gitu kok!" Bantah Mirah, reflek semua temannya termasuk Arum menoleh padanya "Kak Elang itu siswa teladan di sekolahnya, dia nggak pernah buat masalah apalagi bolos jadi Arum nggak boleh ngomong kayak gitu tentang kak Elang!" Sambung Mirah kesal karena Arum menuduh Elang yang tidak-tidak. Arum tersenyum hambar melihat sikap Mirah yang tiba-tiba berubah, apa ia salah bicara? "Oh gitu ya? Ak," "Ayo kita pulang!" Elang merangkul bahu Arum untuk membawanya pergi dari sana "Aku pulang dulu ya" ucap Arum sebelum menjauh dari teman-temannya "Hati-hati!" Ucap Megan dan Diana melambaikan tangannya meski Arum tak melihatnya "Kamu ini kenapa sih Mir? Kamu nggak liat tadi wajah kak Elang?" Tanya Ruth lalu meninggalkan Mirah yang masih mencerna apa yang barusan ia lakukan. * * * "Kakak, maaf ya" Elang menoleh pada Arum yang duduk disebelahnya, Elang mengeryit tidak mengerti kenapa Arum minta maaf "Aku tadi nuduh kakak yang nggak-nggak, ak," "Nggak usah dengerin omongan Mirah, sayang. Kamu pasti kepikiran itu kan?" "Maaf" "Nggak usah minta maaf, kakak nggak suka!" Arum menunduk menghela napas panjang, lalu memiringkan kepalanya melihat suasana Jakarta disiang hari. Arum menoleh pada Elang saat mobilnya berhenti. "Ayo turun!" Arum membuka pintu mobil, saat ia ingin turun tubuhnya reflek mundur saat ada yang menahan tubuhnya. Arum memegang lalu menghela napas panjang, ternyata seatbelt. Arum kesulitan membukanya hingga Elang yang sejak tadi memperhatikannya kini membantunya. "Kamu harus makan banyak supaya punya tenaga banyak!" Ucap Elang mengelus kepala Arum "Bukan tenagaku kok yang kurang, pengaitnya yang terlalu keras kak" Arum menunjuk pengait seatbelt yang ada disamping kursi yang ia tempati. Elang berdiri disamping pintu untuk membantu Arum keluar. "Aku bisa sendiri kak" ucap Arum keluar tanpa meraih tangan Elang yang terulur padanya "Ya udah!" Elang berjalan lebih dulu meninggalkan Arum dibelakang. Dengan kaki panjangnya Elang tetap berjalan menuju toko ice cream sesekali melirik Arum yang berusaha menyamai langkahnya. Bruuuukkkk Arum memegang keningnya yang terbentur dipunggung Elang saat tiba-tiba berhenti. Elang berbalik menatap Arum datar dengan ekpresi datar "Kesini atau kesana?" Tanya Elang menunjuk toko ice cream didepan mereka dan kafe yang tepat bersebelahan dengan toko ice cream. "Itu aja!" Tunjuk Arum kearah toko ice cream "Yaudah!" Arum melongo melihat kakaknya itu berjalan kearah kafe. Apa maksudnya? Arum tadi menunjuk toko ice cream bukan kafe, atau mungkin Arum salah tunjuk atau jari telunjuk Arum bergerak sendiri tanpa sepengetahuannya? Arum berlari menyamai langkah Elang. "Kakak toko ice creamnya ada disana bukan disini" ucap Arum yang tak didengar oleh Elang sama sekali "Ihhhh kak Elang!" Arum menarik tangan Elang hingga kakaknya itu berhenti, Arum tersenyum menunjuk toko ice cream membuat Elang menaikkan alisnya "Tokonya ada disana!" Tunjuknya "Lalu?" "Katanya mau ice cream, in," "Siapa bilang aku mau ice cream?" "Ng? Tadi kakak nanya bukannya mau kesana?" "Aku cuma nanya" Arum melebarkan matanya melihat sikap kakaknya ini. Kenapa kakaknya itu tiba-tiba menyebalkan? Kalau memang dia tidak mau ice cream kenapa harus bertanya? Elang berbalik melangkah membuka pintu kafe, sebelum masuk Elang bisa mendengar suara Arum jika ia ingin makan ice cream. Elang menghela napas kasar lalu berbalik berdiri didepan Arum "Aku nunggu kakak disini aja." Ucap Arum, pasti kakaknya itu ingin mengajaknya masuk "Yang minta kamu masuk siapa?!" Arum menganga tak percaya, ini kakaknya kesambet apa? "Mau makan ice cream, nggak?!" Arum tersadar melihat Elang sudah berdiri didepan pintu masuk toko ice cream. Arum berlari kecil untuk menyusulnya, entahlah. Arum tidak tau kenapa kakaknya tiba-tiba bersikap demikian. "Katanya kakak nggak mau makan ice cream tapi," "Kamu nggak mau makan ice cream? Yaudah!" Elang berbalik melewati Arum Lagi? Arum kembali dibuat melongo dengan tingkah kakaknya itu. Apa mungkin kakaknya punya masalah? Mungkin saja. Tak mau membuat kakaknya tambah pusing, Arum lebih memilih masuk ke toko ice cream dan membiarkan Elang ke kafe. "ARUM!!!" "Aku salah apa?" Tanya Arum gelisah mendengar suara Elang memanggilnya. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN