bc

OVERDRAMATIC (Indonesia)

book_age12+
527
IKUTI
2.4K
BACA
second chance
student
comedy
twisted
sweet
bxg
icy
male lead
realistic earth
school
like
intro-logo
Uraian

"Kamu minum berapa gelas sih? Mulut kamu bau banget tau nggak?" Cakra bertanya dengan satu tangan yang menutupi hidung dan mulutnya. Dahinya berkenyit bingung.

"Perkosa gue dulu, baru gue bakal jawab gue minum berapa," jawab Inez ngawur. Hal itu semakin membuat Cakra gemas sendiri karena cewek itu terus saja membahas persoalan yang sangat sensitif ditelinga Cakra.

"Nggak jadi nanya!"

chap-preview
Pratinjau gratis
BAGIAN 01
Ditengah kerumunan orang dan dentuman musik yang menggetarkan jiwa, Inez menggoyangkan pinggulnya dengan luwes, tangan dan kakinya mengikuti gerakan tubuhnya yang semakin lama semakin lincah bergerak. Malam kian larut, musik DJ yang terdengar tidak kunjung berhenti, melainkan semakin keras berbunyi, membuat sekumpulan orang didalam ruangan cukup besar tersebut bersorak ria, termasuk Inez sendiri. Kesadaran Inez tidak sepenuhnya normal, cewek itu beberapa kali terhuyung ditengah orang-orang yang sedang berjoget dibawa siraman lampu bar yang berwarna-warni. Separuh terpejam, Inez mengikuti alunan musik. Satu botol alkohol yang membuatnya seperti ini. "GUE NGGAK PEDULI LO CINTA SAMA GUE ATAU NGGAK, GUE NGGAK NYESEL SAMA SEKALI PUTUS SAMA LO! GUE BEBAS! NGGAK ADA YANG BISA GANGGUIN GUE LAGI!" Inez berteriak keras sambil semangat bergoyang. Tidak ada yang peduli dengannya, semua orang di sana fokus pada urusannya masing-masing. Cewek itu tersenyum sesaat setelah matanya terpejam. Pandangannya mengabur, namun Inez masih cukup kuat untuk berdiri meskipun beberapa kali hampir terjatuh. Pukul sebelas malam, tempat ini semakin ramai di kunjungi. Inez membuka matanya secara perlahan ketika rambut panjangnya disentuh oleh seseorang. Cahaya yang minim membuat Inez kesulitan untuk menangkap siapa gerangan orang tersebut. Belum lagi jika dirinya mabuk, semakin sulit saja untuk berkonsentrasi. "Halo cantik." Inez mendesah kecil ketika ceruk lehernya di cium singkat oleh seorang laki-laki. Inez tidak menolak, ia membutuhkan itu. Inez kembali memejamkan matanya, sementara laki-laki tersebut sudah mulai bergoyang mengikuti alunan musik. Laki-laki tersebut tersenyum senang menyadari jika Inez memberikan peluang. Ia memegangi pinggang Inez dengan erat, lalu mengikuti goyangan cewek itu yang terlihat seksi dan menggoda. Pakaian Inez yang terlihat pendek, atau familiar disebut kekurangan bahan, tentu saja terlihat menggoda di mata para laki-laki. "Ahh ...." Inez kembali mendesah ketika ia merasa jika bokongnya diremas. Inez mengalungkan kedua tangannya di leher laki-laki tersebut, lalu tersenyum lebar. "Gimana sayang? Enak?" Inez mengangguk cepat, sementara laki-laki tidak dikenal tersebut terkekeh. Inez semakin lihai menggoyangkan tubuhnya. Lalu, ketika musik perlahan sudah mulai memudar, Inez langsung meraup bibir laki-laki itu dan menciumnya dalam. Laki-laki tersebut tentu saja tidak mengelak, ia justru malah ingin lebih dari ini. Ciuman yang awalnya lambat berubah menjadi ganas. Inez memejamkan matanya sembari menjambak rambut laki-laki itu. Pagutan semakin cepat, lidah saling membelit, dan irama jantung yang semakin bergetar. Inez melepaskan ciumannya ketika dirasa napasnya sudah menipis. "Sayang, mau pindah ke kamar aja?" Inez membasahi bibirnya dengan lidah, pandangannya yang agak mengabur kini mengarah kepada wajah laki-laki yang masih setia memeluk Inez dengan posesif. Inez tertawa keras, mengundang kebingungan di wajah laki-laki itu. "Kenapa malah ketawa sayang?" ujarnya sambil menyerngitkan kening. "Mau kan pindah ke hotel?" "Punya duit berapa lo sampai berani ngajak gue ke hotel?" Inez terkekeh diakhir kalimatnya. "Kamu maunya berapa?" "Sekali pegang lima juta, kalo sampai masuk nambah dua kali lipat. Setuju?" "Cuma itu?" Laki-laki itu tersenyum remeh. "Kamu bisa dapet lima kali lipat dari itu asalkan malam ini kamu jual tubuh seksi kamu itu sayang." Inez masih setengah sadar. Ia tidak sepenuhnya tau apa yang sedang diucapkan dirinya. Tubuhnya masih berada dibawah pengaruhi alkohol. Inez hampir saja mengangguk dan mengucapkan 'ya' tanda ia setuju dengan tawaran laki-laki tidak dikenal itu. Namun, baru saja mulutnya terbuka, laki-laki itu melepaskan pelukan Inez dan terhuyung ke belakang. Plak! "Oh ... jadi ini kerjaan kamu setiap malam mas?! Mabuk-mabukan sama godain wanita lain?" Terdengar suara perempuan dengan aksen marah yang kentara. Inez memperhatikan seorang perempuan yang mencaci maki dan mengumpat kepada laki-laki yang sebelumnya menggoda Inez. Seketika saja aksi tersebut menarik perhatian orang-orang. Inez yang masih setengah sadar hanya diam dan menyaksikan. Ia tidak mau ikut campur. Dengan mata sayunya, Inez berniat pergi menjauh dari sana. Ia menguap beberapa kali karena rasa kantuk sudah membuat kedua matanya terasa berat. Inez merindukan kasur empuknya yang berada di rumah. Tapi nahas, Inez dikejutkan oleh sesuatu yang membuat rasa kantuk yang menyerangnya langsung sirna. Dari arah belakang, pundaknya tiba-tiba disentuh dan diputar. Inez menoleh, belum sempat ia mengetahui siapa pelakunya, pipinya terlebih dahulu di tampar dengan begitu kerasnya. Plak! Rasa nyeri dan panas langsung saja menjalar di wajah Inez. Sesaat cewek itu terdiam sambil memegang pipinya. Terdengar pekikan terkejut dari orang-orang yang masih memperhatikan. "Itu hadiah yang bagus buat w*************a seperti kamu jalang kecil!" Inez menggerakkan kepalanya. Rupanya perempuan tadi yang sudah berani menamparnya. Belum sempat Inez membalasnya, cewek itu sudah kehilangan jejak perempuan s****n itu. Dia sudah pergi dengan menyeret suaminya. Ringisan pelan terlontar dari bibir merah Inez. s**l, sudut bibirnya berdarah, membuat rasa perih itu semakin terasa membakar. Inez mendesis kesal. "Dasar perempuan gila!" teriak Inez keras, matanya melebar dan memercikan bara api. Inez marah karena sudah disebut jalang kecil oleh perempuan tidak dikenal itu. Mulutnya kembali terbuka, "dan lo harus ingat, gue bukan jalang!" Napas Inez tidak teratur, tubuhnya terguncang, dadanya semakin berdebar. Dengan menahan rasa sakitnya, Inez pun melangkah terhuyung. Ia memutuskan untuk keluar dari klub malam. Inez berdecak jengkel setelah berada di luar. Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul satu dini hari. Inez melangkah dengan pelan, beberapa kali ia hampir terjatuh. s**l, pengaruh alkohol yang diminumnya belum juga menghilang. Inez semakin merasa pusing. Inez pergi ke tempat ini awalnya dengan sang sahabat. Tapi sayang, sahabatnya itu terpaksa harus cabut beberapa jam yang lalu karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Dan sekarang, Inez merasa menyesal karena memutuskan untuk tetap singgah. Harusnya tadi ia ikut pergi saja. Sekarang cewek dengan pakaian pendek, tas yang menyampir dipundaknya, dan sepatu hak tinggi itu tidak tahu harus bagaimana sekarang. Pasalnya saja, ia tidak menemukan taksi atau ojek yang lewat atau mangkal. Inez merasa semakin s**l ketika ponselnya lobet. Lengkap sudah penderitanya malam ini. Sembari berjalan lemas tidak tahu arah, Inez sesekali memejamkan matanya. Siapapun itu, tolonglah Inez yang sedang mabuk ini! Pengaruh minuman yang Inez tenggak itu membuatnya semakin limbung. Bahkan cewek itu tidak tahu ke mana langkah kakinya sekarang pergi. Sampai akhirnya, Inez tidak sadar jika ia sudah melangkah ke tengah jalanan. Sebuah sinar lampu berwarna putih tiba-tiba menyorot wajahnya hingga kedua mata Inez menyipit, lalu disusul oleh suara klakson yang ditekan berulang-ulang hingga menimbulkan suara yang sangat keras. Bukannya bergerak menjauh, Inez malah diam di tempat. Cewek itu tidak bergerak, justru malah tersenyum senang. Yang ada dipikirkan Inez kali adalah bahwa ia ingin menebang mobil tersebut. Inez sudah tersenyum lebar dan memejamkan matanya, sebelum tiba-tiba saja tangannya ditarik cepat oleh seseorang. Setelah itu, Inez merasakan jika telinganya sangat sakit akan sebuah teriakan. "Cewek bodoh! Kamu mau bunuh diri, ha?!" Inez mendongakkan kepala, tepat detik setelah itu ia tahu siapa yang tadi berteriak. Inez terkekeh, tangannya kemudian menyentuh garis rahang cowok itu. "Ganteng," gumamnya tanpa sadar. "Kamu mabuk, ya?" Inez tidak menanggapi, ia justru malah terkekeh setelah tangannya ditepis kasar oleh cowok dihadapannya itu. "Lo mau nggak perkosa gue sekarang?" Terbengong dengan ucapan yang meluncur dari cewek berambut panjang yang digerai itu, Cakra lantas mengerjapkan matanya. Baru kali ini ia melihat seorang cewek yang meminta dirinya diperkosa. Fiks, cewek dihadapannya ini sudah hilang akal. Atau mungkin tidak? Cakra menggeleng, asumsinya kemudian jatuh kalau cewek berwajah pucat dengan bibir merah itu sedang dalam pengaruh minuman keras. Cewek itu mabuk. Dari bau mulutnya sudah kentara, belum lagi diperkuat ketika Cakra melihat jika cewek itu malah anteng di tengah jalanan padahal ada mobil yang tengah melaju kencang. Dan jika saja Cakra tidak sigap menyelamatkan nyawanya, mungkin saja cewek itu ... "Plis, perkosa gue sekarang!" Inez berteriak tepat di depan wajah Cakra. "Gue udah nggak tahan, kalo lo nggak mau, gue bakal terjun dari jembatan sekarang juga!" "Lah, kamu benar-benar udah gila, ya?!" Cakra membeo, ia tidak habis pikir dengan tingkah cewek tidak dikenalnya ini. Cakra masih waras untuk tidak melakukan hal-hal yang akan merusak seorang perempuan. "Nanti gue kasih lo hadiah!" Inez kembali membombardir. Tidak menyerah pada usahanya. "Aku nggak minat." "Nanti lo bakal nyesel kalo nggak mau nurutin kemauan gue!" ujar Inez lagi. Cakra menghela napas panjang dan memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Ia menatap datar wajah cewek gila itu. "Bukan aku, tapi kamu sendiri yang bakal nyesel. Aku masih punya akal." "Lo nggak mau?" Wajah Inez terlihat kaget, ia menatap Cakra tidak percaya. Tidak perlu berpikir ulang, Cakra sudah mengangguk mantap. "Kenapa juga aku harus mau? Lagian kamu lagi mabuk, kamu nggak sadar apa yang udah kamu omongin barusan." "Gue sadar," bantah Inez. Cakra mendecakkan lidahnya, ia mulai merasa muak. "Gimana kalo tadi kamu ketemu orang jahat dan orang itu ngiyain apa yang kamu tawarin ini. Kamu sendiri yang bakal nyesel kalo udah sadar. Nanti ujung-ujungnya nangis." Inez menerbitkan senyuman terbaiknya. Pipinya sudah semerah tomat. "Gue cuma maunya sama lo." "Kenapa aku?" "Lo ganteng, gue suka. Perkosa gue, terus kita jadian. Kalo gue hamil lo tinggal tanggung jawab, setuju?" "Gila kamu!" ucap Cakra keras, cowok itu mendorong kening Inez ke belakang. "Ogah banget, ujung-ujungnya harus tanggung jawab." "Maunya nggak pakai tanggung jawab?" jawab Inez, mata sayunya tidak bosan memandangi wajah ganteng dihadapannya ini. Mustahil untuk menganggurkan suguhan ciptaan Tuhan satu ini. "Nggak usah tanggung jawab aja nggak pa-pa. Mau kan?" "Ya tetep nggak lah! Gila kali aku napsu sama orang mabuk." "Tapi gue pengin." "Aku nggak!" semprot Cakra. "Kamu harus pulang, kamu masih mabuk berat. Bahaya kalo kamu tetap di sekitar sini." Inez yang masih setengah sadar hanya mengangguk acuh, ia menatap wajah Cakra sekilas sebelum akhirnya membalikkan badannya sambil menggaruk pipinya yang sedikit gatal. Cakra masih berada ditempat, menatap punggung langsing cewek tidak dikenalnya tadi melangkah. Cakra menghela napas, lalu memutuskan untuk berbalik badan dan pergi ke rumah barunya. Tapi, baru satu langkah menjauh, ia berhenti secara mendadak dan kembali menoleh ke arah cewek mabuk tadi. Entah kenapa Cakra merasa sedikit cemas. Takut jika kejadian seperti beberapa menit yang lalu kembali menimpa cewek itu. Terlalu bahaya jika dibiarkan berjalan sendirian. Bagaimanapun juga Cakra adalah manusia yang masih memiliki hati nurani. Ia seharusnya tidak mengabaikan cewek itu. Cakra harus membawanya pulang ke rumahnya. Menghela napas panjang, Cakra pun akhirnya memutuskan mengejar cewek tadi. Cowok itu merasa memiliki sebuah tanggung jawab untuk membawa Inez pergi ke tempat asalnya, rumah. Lagipula, nggak lucu, kan, kalo tiba-tiba ada berita berjudul 'seorang gadis tertabrak mobil karena pengaruh minuman berakhohol.' Sementara Cakra yang berusaha berjalan dengan langkah cepat, Inez melangkah semakin terhuyung. Hampir saja cewek itu terjatuh kalau saja Cakra tidak sigap menangkapnya. Ini yang tidak mau Cakra inginkan. Cewek itu bisa terluka kapan saja. Tapi tunggu dulu, kenapa Cakra sepeduli ini kepada orang tidak dikenal? "Lo datang lagi," bisik Inez lirih ketika lengannya dipegang cukup kuat oleh Cakra. "Udah berubah pikirin? Mau perkosa gue sekarang?" "Idih!" Cakra mencibir. "Aku bakal anterin kamu pulang, terlalu bahaya biarin cewek mabuk kayak kamu. Rumah kamu mana?" "Masih jauh," jawab Inez yang masih setengah terpejam. Langkahnya sekarang dituntun oleh Cakra. Cowok itu menatap cewek itu dengan tatapan datar, kemudian memutar bola matanya. s**l, kenapa ia harus dipertemukan dengan cewek mabuk seperti ini?" "Kamu minum berapa gelas sih? Mulut kamu bau banget tau nggak?" Cakra bertanya dengan satu tangan yang menutupi hidung dan mulutnya. Dahinya berkenyit bingung. "Perkosa gue dulu, baru gue bakal jawab gue minum berapa," jawab Inez ngawur. Hal itu semakin membuat Cakra gemas sendiri karena cewek itu terus saja membahas persoalan yang sangat sensitif ditelinga Cakra. "Nggak jadi nanya!"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

PENGANTIN PENGGANTI

read
58.0K
bc

Terjerat Cinta Segitiga

read
91.3K
bc

Vanda dan Cintanya (Farmer Family #7)

read
114.0K
bc

Chiko, Let's Play!

read
22.3K
bc

WHEN CUPID MEET KING OF DEVIL

read
8.1K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
68.0K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
430.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook