Sudah sejak tadi siang Vian menunggu Tara pulang dari kantornya. Dia tidak sabar ingin bercerita tentang kejadian di kafe tadi. Oh, ayolah, jangan katakan dia kekanakan atau apa pun namanya. Setiap perempuan pasti akan senang bila bisa menghabiskan waktu bersama pria yang disukai. Ralat, bukan hanya disukai, tapi dicintai. Dia sudah mencintai Andre sejak pertemuan pertama mereka sembilan tahun yang lalu, dan terus berlanjut sampai sekarang. Sangat wajar, bukan, kalau dia sebahagia ini? Vian membawa tangan kanannya ke pipi, tangan yang tadi disentuh Andre. Astaga! Dia bahkan belum mencuci tangan itu, tak ingin bau dan rasa hangat dari genggaman Andre hilang. Vian mengikik geli, dia sudah seperti orang gila saja. Tertawa sendiri, berbicara sendiri. Namun, dia tak peduli, yang penting dia b