Sudah lebih dari tiga puluh menit mereka duduk di kafe itu, tapi tak terdengar sepatah kata pun dari mulut ketiga perempuan itu. Makan siang yang mereka pesan pun sudah tak sehangat saat pertama disajikan pelayan, hidangan-hidangan itu juga masih utuh tak tersentuh. Mereka, terutama Dini, masih tidak dapat berbicara. Dia sangat syok melihat perempuan berambut pirang yang sangat mirip dengan orang yang sudah memberikan mata serta jantung kepadanya. Kedua perempuan itu sangat mirip, seolah mereka kembar. Bahkan saat pertama melihatnya di komplek pemakaman tadi dia mengira kalau perempuan ini adalah Vian yang muncul dan menemuinya seperti yang sering terjadi dulu. Meski hanya di dalam mimpi, tapi semua itu seperti nyata. Makanya tadi dia sempat berpikir jika dia sedang bermimpi. Dia sangat me