8

1493 Kata
        Afwan menagih janjinya, soal ciuman. Harumi hampir saja lupa sudah dua hari terlewat sejak kejadian itu. "Na_nanti.."cicit Harumi malu malu. Afwan menahan bibirnya yang berkedut ingin tersenyum. "Ga sekarang?"tanya Afwan datar. "A_ada mama.."elaknya semakin malu, Harumi menatap film di depannya tanpa bisa fokus. "Mama dikamar.." Afwan tak ingin menyerah. Lucu aja, sebenarnya hanya iseng. senang melihat Harumi salah tingkah seperti sekarang. Wajah putih dan polosnya kini bersemu. "Ga! Nanti aja"tolaknya tegas namun tetap saja terdengar manja. Afwan tersenyum tanpa sepengetahuan Harumi. "Ingkar janji!"sindir Afwan meremehkan. Harumi tak terima, dengan marah namun terkesan lucu, Harumi menatap Afwan. "Aku ga ingkar ya! Aku cuma nunda aja!" alisnya bertaut serius. Sumpah Afwan ingin rasanya terbahak melihat ekspresi Harumi sekarang. Afwan berdehem pelan. "Padahal sekilas aja!"sindirnya lagi masih tak mau kalah. Harumi mendengus lalu mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menempel di bibir Afwan. Afwan sedikit tersentak sesaat, Harumi hendak mundur namun Afwan menahannya dan terjadilah lumatan lumatan walau singkat. Harumi melarikan matanya asal, salah tingkah dan malu karena Harumi yang mengawali ciuman tadi. Afwan ingin mencium kembali bibir Harumi namun suara ponselnya membuatnya urung. Felisia calling Afwan mengernyit, tumben. "hallo wan.." "Hmm" "Aku mau minta tolong boleh?" "Hmm" "jemput aku di caramel tempat biasa kita.. supir aku bannya bocor katanya butuh waktu lama benerinnya, aku lagi buru buru mau ke butik tante mira.." Afwan melirik Harumi. "oke.." Afwan memasukkan ponselnya kesaku celana. "Ikut!" Harumi menatap Afwan bingung. "Ke-kemana?" Afwan tak menjawab, membuka pintu mobil, mendorong Harumi hingga duduk di susul dirinya. Afwan mengusap bibir Harumi sekilas. "Kita lanjut nanti.." Afwan menyalakan mobilnya. Sedangkan Harumi terdiam kaku. *** Felisia menyambut Afwan dengan senyum sumringah, namun senyumnya perlahan pudar saat tangan Afwan menuntun Harumi dengan erat. "sayang.. Kenalin dia sahabat aku, Felisia.." Harumi mengulurkan tangan. "Harumi.." Felisia menyambutnya. "Feli.." Harumi diam, memandang gadis cantik di depannya. anggun sekali, tinggi dan dewasa Harumi heran kenapa Afwan menolaknya. "ayo.." ajak Afwan, Felisia mengangguk. Mengekor dibelakang keduanya. Menatap sedih Afwan. Afwan membuka pintu untuk Harumi, Felisia semakin terluka, Afwan tak pernah melakukannya seperti melakukannya pada Harumi. "Masuk Fel"ujar Afwan datar, membuat Felisia tersadar. "Iya.." Hening! Felisia bingung harus bersuara apa, sibuk menata hatinya yang kini sakit. "Mau makan apa sayang?" Felisia melirik Afwan, baru pertama kali Felisia mendengar nada lembut dari seorang Afwan. Harumi gelagapan, Afwan kenapa? Terus memanggilku sayang? Pikir Harumi. "Apa aja.."cicit Harumi. "Fel.. Ga bisa ikut makan dulu?"tanya Afwan kembali datar. Felisia sadar, Harumi dan dirinya benar benar berbeda. Posisinya jauh berbeda. Harumi spesial. "Boleh deh.. Soalnya belum makan juga, telat sebentar, it's okay lah.." *** Felisia memakan makanannya dengan anggun, sedangkan h Harumi sudah seperti anak kecil. Saus dari sate sudah menempel jauh di luar bibir. "Kebiasaan.. Dasar bayi gede!" Felisia kembali memusatkan matanya pada keduanya. Afwan mengusap saus di sudut bibir Harumi. menjilatnya tanpa jijik. Harumi dengan polosnya mengabaikan semuanya, Harumi sangat tergila gila dengan sate. "Kalian pacaran?" Afwan menoleh, Felisia mendesah lega, akhirnya pertanyaan itu bisa keluar lancar dari mulutnya. "Hmm.. Rencana, setelah lulus aku ingin menikahinya.." Harumi langsung terbatuk batuk, afwan berdecak cemas. "Hati hati.."ucapnya seraya menepuk punggung Harumi. "Maaf.."cicit Harumi. Afwan mengusap kepala Harumi. "It's okay sayang.." Harumi berusaha kembali lagi fokus. Felisia memasang senyum simpul. "Jangan lupa undang ya" Afwan mengulas senyum segaris. "Pasti.." *** Felisia berjalan lunglai, Mira menatapnya heran. "Kenapa?" Felisia duduk dengan lesu di depan tantenya. "Afwan. . Dia sudah memiliki kekasih.."jelasnya sendu matanya mulai berkaca kaca. "Kenapa kamu sedih? Bukannya itu semua pilihanmu? Mengejar cita citamu dari pada cintamu?" sindir Mira yang telak menampar hati Felisia. "tante bilang juga apa.. Jangan main main sama perasaan.."sambungnya seraya mengusap punggung tangan Felisia. "Feli nyesel.." *** Afwan tak bicara di perjalanan tadi, bahkan setelah sampai rumah Afwan melenggang pergi tanpa kata. Harumi bingung, memutuskan untuk masuk ke kamar dan menelpon Dini, sahabat sdnya yang sudah dua bulan terakhir tak ada kabar. "KEMANA AJA LO POPO!" Harumi tersenyum manis, senang bisa kembali mendengar panggilan popo yang berarti polos dari sahabatnya itu. "Maaf.. Sibuk pindahan.."jelasnya tak enak "Gue kira lupa! Gimana? Dapet cogan ga? Bagi bagi kek ke gue"serobotnya. "Masih aja cerewet bu!" "Haha.. Bawaan dari brojol mah susah say!" "Hmm.. Ganteng ya? mm ada, semua ganteng karena mereka kan cowok gimana sih kamu" "Aduh plis deh po! Bukan gitu! Maksudnya ada yang kayak chanyeol atau taehyung ga? Kalo ada gue melesat nih sekarang juga!" "Emang kamu bisa melesat Din?"Tanya Harumi serius. "Yakali! Ah masih aja lo nyebelin! Bikin naik darah aja! Ajak main ke gue kesana kali kali.." "siap.. Ajak Galih juga.." "Boleh tuh! Si Galih sibuk sama cewek barunya, gue di lupain, gue minta anter ke Cafe Desyta aja banyak alesan!"dumelnya jengkel. "Nanti kalo ketemu kita serang bareng bareng tenang aja.. Aku pindah juga dia ga nyariin atau ngabarin dasar tu anak!"Harumi jadi ikut tersulut. "firasat gue, lo ada cowo ya sekarang?"tanyanya menggoda. Harumi gelagapan, temannya yang satu itu memang menakutkan, di berikan kelebihan yang harumi kadang percaya tak percaya. "dia baik.. Jangan takut, dia juga tulus.. Lo bakal bahagia nantinya.." Harumi diam. "Ma..masih aja bu ngeramal.." "Lo gugup? Ketauankan lo haha jangan kebanyakan ciuman!" setelahnya Harumi mendengar suara tawa sahabatnya itu. wajah Harumi memanas. "bisa ga sih jangan di liat!"dengus Harumi dengan bibir mengerucut, malu. Hening... ".....kalo soal yang satu ini gue ga bisa bilang, gue cuma titip aja jaga diri, yang namanya enak pasti ketagihan" dan yang lebih jengkelnya lagi, ramalan Dini suka ga jelas, maksudnya suka berteka teki, sudah tau otaknya pas - pasan di suruh berpikir. "Gue tutup dulu ah! takut, ada yang merhatiin! Takut kena semprot!" Harumi mengernyit lalu berbalik dan benar saja, Afwan tengah menatapnya intens. "Siapa dia?" *** Afwan ikut merebahkan tubuhnya di samping Harumi yang tengah memainkan ponsel. "Dia Dini, sahabat Sd.."jelas Harumi gugup. Afwan mengangguk, lalu menarik Harumi ke dalam dekapannya. "Pendapat kamu tentang Felisia?" "Cantik, tinggi, anggun, dan ramah banyak senyum"pujinya tulus. "Lebih segalanya kamu"balas Afwan seraya menenggelamkan wajahnya di leher Harumi yang beraroma bayi. Afwan kembali terangsang, bibirnya seperti ada magnet, tertarik untuk merasakan kelembutan leher Harumi yang harum itu. "Afwan.."cicitnya tertahan. Afwan mendongkak. memposisikan tubuhnya diatas Harumi. mengukungnya. "Love you.."gumam Afwan sebelum melumat rakus bibir Harumi. Afwan merapatkan tubuhnya dengan Harumi. ciumannya semakin menggebu. Tangannya menyelinap masuk kedalam rok selutut yang di pakai Harumi. Mengusap pahanya hingga sampai di area sensitif Harumi. Harumi ikut terbuai saat usapan mulai terasa. "Ahk! Afwan.."lirihnya sendu. Afwan menatap Harumi. bibirnya bengkak, matanya sayu. Afwan hilang akal. Afwan mengecup leher Harumi, lalu m******t naik ke atas telinga dan rahang Harumi. Harumi menggeliat. merem melek. tangannya meremas bahu dan sesekali rambut belakang Afwan. Tangan Afwan menyingkap rok dan kaos Harumi. Afwan mengecup perut Harumi hingga atas dadanya. Entah bagaimana dan sejak kapan.. Keduanya sudah t*******g di bawah selimut. Afwan bahkan bisa merasakan miliknya bergesekan dengan milik Harumi. ini nikmat. pikirnya. Afwan mengulum rakus d**a Harumi yang kini membusung meminta lebih. Afwan tak bisa berhenti. begitu pun Harumi. rasa yang baru di rasakan terasa asing namun nikmat. Harumi menyukainya Apalagi Afwan. Harumi mengerang saat miliknya bergesekkan dengan milik Afwan semakin intens. "Afwan.."desahnya lirih. Afwan mengecup dalam pipi Harumi. memeluknya dengan tangan berusaha memasukkan miliknya ke milik Harumi. "Love you.."bisik Afwan terasa seperti mantra di tengah kenikmatan. Harumi meremas keras bahu Afwan. "Sa..sakit"cicitnya tertahan. Afwan tau, tapi tak bisa berhenti. "love you.." Afwan kembali melumat bibir Harumi, dengan yang di bawah masih berusaha menembus pertahanan. "akh!"erang Harumi di sela - sela pagutan yang kini terlepas. "makasih.."ucap Afwan seraya mengecup kening Harumi. Harumi mengusap air matanya, Afwan mengecup pipi Harumi bergantian. Tangannya kembali meremas d**a Harumi, memilinnya, memainkannya untuk kembali memancing Harumi. "Akh.. Afwan.."desahnya manja. Afwan benar benar di buat gila. Afwan mengulum gemas d**a Harumi seraya menggerakkan milikknya perlahan. "ahss.. sakit"pekiknya tertahan. Afwan melumat lagi bibir bengkak Harumi hingga gerakan di bawahnya semakin nyaman, sakit Harumi sudah berganti menjadi nikmat dunia. "ah.. Harumi.. Sayang ahss" desah Afwan didalam leher Harumi. "Ahh.. Ahhhss.. Afwan ahk!"desahnya belingsatan saat semua area sensitifnya di sentuh Afwan. Pinggulnya meliuk saat sesuatu hendak datang, dengan cepat Afwan menggerakkan pinggulnya. Harumi bergetar, miliknya terasa di remas oleh milik Harumi. Afwan semakin semangat saat di rasa, miliknya juga berkedut. "Ahs.."geram Afwan saat pelepasannya datang, dan menyembur hangat dirahim Harumi. Nafas keduanya terengah, Afwan kembali mengulum bibir Harumi, tangannya mengusap perut dan d**a Harumi s*****l. Afwan masih ingin lagi dan miliknya yang masih di dalam Harumi kembali menegang. Afwan menggempurnya lagi, walau Harumi terlihat lelah. *** Afwan memakai boxernya, lalu kembali tidur disamping Harumi yang tertidur pulas dengan tubuh polos Sepolos wajahnya. Afwan akan tanggung jawab. Harumi sudah mengorbankan segalanya. Afwan tak akan meninggalkan harumi, kecuali takdir kematian. "Maaf.. Makasih.. Love you.." Afwan memeluk Harumi erat. mengusap rambutnya sayang. Tangannya beralih mengusap punggung polos Harumi. Afwan menatap kembali Harumi, tatapannya turun. Afwan tak menyangka, merah merah di d**a dan leher Harumi adalah karyanya. Afwan ternyata punya sisi bringas saat b******a. Afwan tersenyum lepas saat mengingat, kalau Harumi miliknya sekarang. Seutuhnya. Melupakan tentang ucapannya tempo dulu. Tak akan merusak perempuan karena belum tentu berakhir menjadi pendampingnya. Tapi kali ini dia melakukannya karena yakin, kalau Harumi perempuan terakhir di hidupnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN