Playlist:
Dj Snake feat Justin Bieber - Let Me love you
•••••
"Jadi begini caramu membalas ku?"tanya Axel menyentuh wajah gadis itu dengan pelan. Megan menutup matanya, ia memalingkan pandangan tanpa ingin menoleh sedikit saja ke arah Axel.
"Axel lepaskan aku!"ucap Megan parau. Axel mundur, ia menjauhkan diri dari gadis itu dan segera berputar. Seketika, Megan bergerak membenarkan pakaiannya dan melangkah keluar dari ruangan mansion milik Axel tanpa sepatah katapun.
Axel meremas rambutnya kuat-kuat. Ia duduk di kursi dan tampak berpikir. "Aku tidak bisa melepaskan Megan! Aku harus melawan kedua orang tuaku, tidak! Aku tidak ingin kehilangan Megan!"ucap Axel mencoba meyakinkan dirinya.
_______________________
Sugden Regional Park, Naples, Florida.
Tiga hari kemudian ..
Megan berlari kecil, melewati jalan setapak area taman sejak pukul tujuh pagi lalu. Sepertinya, tiga puluh menit sudah berlalu dan sekarang Megan berhenti, ia duduk di sisi taman, meluruskan kaki dan menyeka keringatnya, napasnya tampak cepat.
"Kau mau minum?"tawar seseorang membuat gadis itu menoleh. Memeriksa sosok asing tersebut.
"Ah tidak! Aku bawa minuman sendiri,"ucap Megan seraya melempar senyuman khas.
"Okay! Hm! Sepertinya aku pernah melihatmu, tapi— aku lupa dimana!"ucap pria asing tersebut, memerhatikan Megan menunjukkan ekspresi penasaran.
"Aku?"tanya Megan memastikan.
"Yah! Aha!! Kau gadis itu. Kau berkencan dengan Markus, 'Kan?"tanya pria itu. Seketika wajah Megan berubah, ia mengedarkan mata ke tiap tempat tampak takut.
"Aku mengenal Markus, tapi aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya! Kau salah paham!"jelas Megan.
"Tidak memiliki hubungan apapun? Ah! Maaf, aku pikir jika kau tidur dengannya maka—"
"Maaf aku harus pergi!"potong Megan, seraya bangkit dari tempatnya.
"Andrea Kaden!"ucap pria itu malah mengenalkan dirinya. Megan menelan ludah, tampak malas.
"Megan!"balas gadis itu terpaksa.
"Beautiful name,"Andrea tersenyum simpul. Merasakan tangan mereka berjabatan.
"Thanks, aku harus pergi sekarang!"
"Wait! Sebagai adik tiri Markus. Aku ingin memeringati mu, jangan mudah percaya padanya. Dia tidak seperti apa yang kau lihat,"peringat Andrea membuat kening Megan berkerut, ia tampak berpikir.
"Kau adik tirinya?"tanya Megan memerhatikan Andrea mengangguk datar.
"Aku tidak percaya. Kau susah payah memperingati ku seperti ini. Maaf, aku bahkan baru mengenali mu. Jadi, aku juga tidak bisa mempercayai apa yang aku lihat dan apa yang aku dengar!"jelas Megan lantas, memalingkan wajahnya dan segera bergerak menjauh.
Andrea ikut berputar, menatap punggung Megan yang berlari cepat. Ia tersenyum tipis, melipat kedua tangannya di d**a, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun."Menarik! Dia jauh lebih menarik dari Lanna Russer."
Megan meraih botol minumannya, menenggak cairan itu hingga tandas untuk menghilangkan seluruh rasa dahaganya. Ia benar-benar haus. Namun, mendadak gadis itu menarik botol dari mulutnya, ia membulatkan mata, segera menaikkan kakinya ke atas kursi setelah melempar botol minumannya asal.
"Sialan! Hus hus! Singkirkan dia dariku berengsek!"pekik Megan lantang, mengusir anjing jenis Rottweiler yang berputar-putar di bawah kursinya.
"Kau takut?"tanya pemilik anjing tersebut dengan senyuman lebar. Markus tampak senang.
"f**k!"umpat Megan seraya mengacungkan jari tengahnya.
"Selain tidak bisa berenang, rupanya kau takut anjing, Apple!"ucap Markus memegang kencang tali pengikat anjing tersebut.
"Karena itulah, jauhkan dia dariku atau ku pukul kepalamu Markus!"ancam Megan, menatap tegas pada Markus.
"Coba saja kalau bisa!"balas Markus sengaja melonggarkan tali pengikat tersebut hingga Megan kembali berteriak dengan segala umpatan nya. Ia menarik salah satu sepatunya dan langsung melemparkan benda itu pada Markus. Namun, dengan cepat pria itu menghindar. Hingga sepatu Megan melayang ke arah lain.
"Lemparan mu belum akurat, Megan!"ucap Markus melempar senyuman penuh kemenangan pada gadis itu.
"Diam kau kera tua sialan!"hina Megan lantang. Tetap memerhatikan anjing yang ingin sekali ia pukul.
"Aeolus ingin berkenalan denganmu! Dia jinak,"ucap Markus menerima tatapan yang sangat tidak bersahabat dari Megan. Ia frustasi, pagi ini rasanya sangat menyebalkan.
"Aku tidak mau berkenalan dengannya!"balas Megan tegas. Ia bergerak, mencoba naik ke atas meja. Namun, malah berhenti saat salah satu kaki anjing itu menyentuhnya.
"Markus help me!"pekik Megan parau, ia hampir menangis seraya menutup rapat matanya.
"Aku sudah bilang, dia ingin berkenalan denganmu!"
"Okay! Okay!! Okay!! Jauhkan dia dulu!"pinta Megan penuh keterpaksaan. Markus menarik Aeolus mundur, membuat gadis itu mulai membuka matanya.
"Sir, ini waktunya Aeolus makan!"tegur Taylor seraya membawakan sekotak makanan untuk anjing tersebut.
"Berikan pada Megan, dia akan memberikan makanan itu!"jelas Markus sengaja.
"Sialan! Harusnya kau musnah saja Markus!"ucap Megan pelan, dengan bibirnya yang rapat.
"Anjing ku bisa marah jika kau terlalu lama memberinya makan!"ucap Markus tetap menerima tatapan sinis. Megan turun, melangkah pelan menuju pada Taylor tanpa mengalihkan pandangannya dari anjing tersebut. Taylor diam, mengulum bibirnya agar tidak tertawa. Rupanya, ada yang di takuti Megan. Mungkin hal itu akan menjadi senjata yang akan di gunakan Markus nantinya.
Megan merampas kotak makanan dari tangan Taylor, mendelik muak ke arah Markus lalu membuka kotak tersebut. Memerhatikan isi makanan anjing yang memiliki motif bulat kecil, lalu tersenyum tipis, seakan memiliki ide buruk yang ada di otaknya.
"Megan!"tegur Markus membuat gadis itu menoleh pada Aeolus lalu tersenyum terpaksa.
"Kau mau makan? Baiklah, akan ku berikan kau makanan nya!"ucap Megan. Ia menelan ludah, mengambil butiran makanan anjing itu dengan ujung jarinya dan mengembalikan kotak makanan tersebut pada Taylor.
"Makanlah!"ucap Megan begitu lembut, ia sedikit menunduk lalu melempar pelan tiga butir makanan anjing di hadapan Aeolus yang menatap makanan tersebut. Markus diam, mengerutkan keningnya tegas.
"Makanlah! Itu jatah mu pagi ini,"ucap Megan. Perlahan Aeolus mengangkat kepala. Sial! Megan bergetar takut, anjing itu mengeluarkan suara penuh amarah. Seakan siap menyerang.
Guk!!!
Tap!!
Megan melompat, menaikkan kakinya ke tubuh Markus cukup tinggi. Ia melingkarkan kedua tangan di leher Markus, memeluk erat pria itu untuk meminta pertolongan, saat Aeolus mencoba menyerangnya.
"Megan!"
"Singkirkan anjing itu dariku berengsek!"ucap Megan memukul d**a Markus cukup kuat. Sementara Aeolus menggonggong, ia berputar di bawah kaki Megan yang melingkar di pinggul Markus, seakan menunggu kapan gadis itu jatuh. Hingga pada akhirnya Taylor menarik Aeolus menjauh, memberikan anjing itu makan sesuai keinginannya.
"Kau sangat cantik jika sedang ketakutan!"ucap Markus memerhatikan sudut wajah Megan dari dekat. Gadis itu menoleh hingga kedua bola mata mereka saling menemukan.
"Kau adalah pria paling berengsek yang ada di dunia ini,"balas Megan melihat Markus tersenyum tipis.
"d**a mu lumayan!"puji Markus memicingkan pada belahan yang terlihat menonjol di hadapannya.
Plak!!
Megan memukul kepala Markus, lalu turun dari gendongan pria itu. Ia melangkah kecil, mengambil sepatu nya kembali dan segera melangkah menjauhi kumpulan orang menyebalkan yang ada di area tersebut. Megan bersumpah, ia tidak akan pernah lari pagi lagi, mulai hari ini.
"Aku melihat Andrea Kaden di sekitar sini,"ucap Taylor membuat Markus menoleh ke arahnya cepat.
"Mereka mungkin—"suara Taylor terhenti, saat melihat Markus langsung bergerak. Ia melangkah cepat, meraih handgun yang ada di balik pakaiannya.
"Sir,"tegur Taylor ikut melangkah tanpa meninggalkan Aeolus.
____________________
Sementara Megan sibuk mencari kunci mobilnya di dalam tas. Ia frustasi, tidak menemukan benda itu di dalam sana. Megan mengepal tangan, mencoba mengintip di kaca mobil. Namun, mendadak sebuah tangan berlapis kain membekap mulutnya, ia membulatkan mata mencoba berontak. Gadis itu bisa mencium jelas bau Kloroform yang menyengat hidungnya.
"Tenanglah....."bisik sosok itu berat. Megan mencoba mengangkat kepalanya, menahan napas sebaik mungkin. Ia berontak, hingga Megan menekan sikunya kebelakang dan mengenai sudut perut pria asing tersebut. Megan lolos, ia bergerak cepat mencoba menjauh dengan kepala yang mulai pening.
"f**k!"umpat pria asing itu tegas, sambil memegang perutnya ia berusaha bangkit mencoba mengejar Megan. Yakin, bahwa reaksi Kloroform tersebut akan segera bekerja.
Pria asing dengan porcelain mask itu berlari, mencoba mencari-cari Megan yang menyembunyikan dirinya.
"Rasakan ini!!!!"
Braakkkk!!!!
Megan mengangkat bloti yang ia dapat, menghantam keras punggung pria asing itu dari belakang tanpa kompromi, hingga sosok tersebut terpental dan mengerang hebat. Megan meremas kepalanya pusing, sialan! Efek Kloroform tersebut cukup kuat, sungguh, seluruh pandangan Megan gelap. Ia tidak kuat lantas, ambruk ke tanah.
"Dasar gadis sialan!"ucap pria itu bangkit dari tempatnya, sambil memegang kepalanya yang berdarah. Ia menarik sebuah senjata dari sudut pinggul dan mengarahkan tembakan ke arah Megan.
Dorrr!!!
Suara tembakan terdengar keras, melubangi kepala pria asing tersebut. Markus menembaknya lebih dulu. Seketika pria asing itu tewas di tempat.
"Megan!"ucap Markus melangkah mendekati gadis itu, memeriksanya dengan cepat. Ia pucat, memandang penuh rasa khawatir sambil mengangkat tubuh Megan.
Taylor sibuk, memberi perintah pada empat orang bodyguard untuk menyingkirkan mayat tersebut. Ia mengedarkan mata mencari letak CCTV, namun, sudut mata wanita itu menangkap satu sosok yang sangat ia kenali. Andrea Kaden melempar senyuman ke arahnya tipis. Lalu bergerak meninggalkan tempat tersebut saat Taylor baru saja ingin bergerak menghampirinya. "Berengsek!"umpat Taylor pelan, seraya menghentikan langkahnya. Ia tidak mungkin menghadapi Andrea sendiri. Pria itu selalu serius, sangat berbahaya.
Markus pergi, meninggalkan sisa pekerjaan tersebut pada Taylor. Ia harus mengurus Megan, yakin bahwa Taylor bisa di andalkan seperti biasa.
______________________
Markus menatap wajah Megan hampir dua jam setelah gadis itu di periksa dokter pribadinya. Ia menelan ludah, merasa takut jika Andrea mungkin akan menyakiti Megan. Masalahnya, Megan berbeda dari Lanna, yang tergoda untuk berkhianat dan tidur bersama Andrea. Hingga akhirnya pria tersebut mendapatkan senjata khusus untuk melawan Markus. Megan jauh dari hal tersebut, ia tidak mudah tunduk.
"Sir, aku membayar instansi kepolisian untuk menutup kasus ini, dan pihak taman meminta ganti rugi sebesar satu juta dollar!"terang Taylor datar.
"Berikan apapun yang mereka inginkan. Asal semua tidak tercium oleh keluarga Hodgue,"jelas Markus.
"Semua saksi akan tutup mulut jika kau membayar kompensasi!"
"Terserah! Aku tidak mau urus, kau bisa ambil berapapun uang ku untuk mereka!"jelas Markus mulai memalingkan pandangan pada Taylor. Wanita itu mengangguk paham, melirik ke arah Megan yang terbaring lemas di atas ranjang.
"Pelakunya Andrea Kaden. Aku yakin, dia membayar seseorang untuk—"
"Aku tahu, keluarlah!"potong Markus datar. Hingga Taylor kembali diam dan keluar dari kamar tanpa sepatah katapun.
"Tutup pintunya!"pinta Markus datar, tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun. Menunggu kapan kira-kira gadis itu akan bangun..