Happy Reading, semoga suka.
•••
"Aku ingin melamar putrimu, Megan Axtar Hodgue."
"Kau serius?"tanya Billy pasti. Markus mengangkat pandangannya, memicingkan tajam dan mempertontonkan keseriusan pada dua manusia yang ada di depannya saat ini.
"Ya! Aku sangat yakin,"ucap Markus, seraya menelan ludahnya kuat-kuat. Lantas, melempar senyuman penuh keseriusan.
Mobil mewah milik Markus melaju cepat, menembus tiap-tiap keramaian kota Florida. Ia ingat, bagaimana pertama kalinya meninggalkan Italia setelah sukses besar dan mencoba pasar Amerika, hingga ia memiliki Ferrero Rocher Corporation- Induk perusahaan yang menjalar di bidang makanan olahan selai coklat, Nuttela, sekaligus perusahaan rokok terbesar nomor dua dunia. Penghasilan dari dua hal tersebut, Markus memiliki total kekayaan sekitar 250 miliar dollar.
"Tiga bulan! Kau baru bisa menikahi putriku setelah itu!"
"Billy apa yang kau—"
"No problem. Sebagai gantinya aku ingin merahasiakan kedatanganku dan rencana pernikahan ini dari Megan. Aku ingin memberinya kejutan."
"Sir, aku ingin menyampaikan kabar buruk untukmu!"ucap Taylor, mengusik lamunan Markus tentang pertemuannya dengan keluarga Hodgue yang cukup alot tadi siang.
Taylor melirik, menatap Markus yang tampak memasang wajah datar. Ia menunggu. "Megan menolak undangan makan malam mu lagi, katanya, kau makan saja dengan kera-kera yang ada di hutan. Dia tidak punya waktu untuk meladeni mu,"jelas Taylor membuat sopir yang ada di samping nya menelan ludah. Ia menahan tawa mendengar kalimat sarkas Megan. Berani sekali.
Markus memalingkan pandangan, ia mengendurkan dasi yang bergantung di lehernya kuat. Sial! Ia merasa tercekik karena penolakan Megan.
"Dia semakin angkuh! Sepertinya aku harus menghukumnya agar dia tahu tempat,"gumam Markus pelan, nyaris tidak terdengar. Namun, tetap di tangkap baik Taylor.
"Ah! Menurut sumber ku, nanti malam Megan akan menghadiri birthday party di Nineteen Club, pukul 11 malam,"ucap Taylor tanpa mengalihkan pandangannya dari iPad yang sedang ia pegang.
"Club ini milik salah satu anggota Froshbyte Squad, Ovia Zingler. Karena itulah, Megan dan teman-temannya bebas keluar masuk tanpa perlu identitas card,"sambung Taylor sebelum menunggu pertanyaan Markus. Sudah di katakan, dia asisten paling paham. Tanpa Markus bertanya, ia mampu mendapatkan semua informasi dengan cepat.
"Jadi apa rencana mu, sir?"tanya Taylor menatap Markus dengan tajam. Pria itu diam, tidak menunjukan satu ekspresi pun, lantas, memalingkan kembali pandangannya ke jalan. Mereka mulai masuk ke dalam pekarangan Mansion.
___________________
"Axel!"kekeh Megan saat tangan pria tersebut bergerak bebas di pinggulnya. Ia geli, mencoba bergerak untuk meloloskan diri.
"Axel hentikan!"pinta Megan seraya mendorong tubuh Axel agar pria itu menjauh.
Tap!!
Axel berhenti. Ia meletakkan kedua tangan di sudut kepala Megan, menatap wajah gadis itu lekat hingga wajah Megan tampak merah. Ia menggigit bibirnya, mencoba menggoda pria tersebut.
"Kau tidak lapar?"tanya Axel memerhatikan Megan menggelengkan kepalanya cepat. Ia tersenyum, melingkarkan kedua tangan di leher Axel.
"Same, bagaimana jika aku memakan mu saja?"tanya Axel tegas.
"Memakan Ku? Contoh nya?"tanya Megan sembari memicingkan mata. Hingga sudut bibir Axel melengkung totalitas.
"Hm— misalnya seperti ini,"gumam Axel lantas, menyatukan kedua bibir mereka. Melumatnya cukup kasar hingga Megan segera membalas.
Tap!!
"Megan?"tanya Axel saat gadis itu melepaskan ciuman mereka. Ia menelan ludah, menatap wajah Axel sangat tegas dan mendadak memasang wajah pucat. Sial! Megan mengingat moment nya bersama Markus di saat yang tidak tepat. Ia takut, jika Axel mengetahuinya.
"Kenapa?"
"Aku mau pulang, Ah aku lupa. Nanti malam Ovia ulang tahun. Aku harus membelikannya hadiah!"ucap Megan menarik tas kecil yang ada di sudut sofa. Axel mengerutkan kening, tidak bisa menahan keinginan mendadak Megan.
"Perlu ku temani?"tawar Axel.
"Tidak! Aku bisa sendiri,"balas Megan sambil membenarkan pakaiannya. Ia tersenyum kecil, berharap Axel tidak akan mencurigai nya sedikitpun. Ia bangkit dan tanpa sepatah katapun lagi, gadis itu segera menjauh.
Megan mengusap bibirnya kasar, menatap dirinya lewat spion mobil miliknya. God! Ia tidak pernah menyangka bahwa Markus berhasil membuatnya takut. Sekarang, Megan seakan-akan memiliki selingkuhan.
"Jika Ax mengetahui semua ini, makan habislah aku!"pikir Megan mendongakkan kepalanya di setir mobil. Frustasi.
"Calm down, kera tua itu tidak mungkin tahu Axel. Kenapa aku harus takut?"pikir Megan mencoba memotivasi diri. Ia menarik napas. Menanamkan sugesti baik untuk dirinya, lantas, membuang napas kasar.
"Aku harus membeli kado untuk Ovia,"batin Megan seraya memutar haluan mobilnya untuk keluar dari pekarangan mansion Axel.
__________________
Malam harinya....
Nineteen Club, Naples, Florida.
Megan menaikkan kedua tangannya ke atas, menutup mata cukup rapat, merasakan hentakan musik yang seakan menyatu dalam jiwanya. Ia berada di dance floor, menari bersama teman-temannya— Frosbyte Squad.
Sungguh, suasana Club semakin panas. Music yang diputar dalam ruangan tersebut membuat Megan rileks. "Wohooo.. Megannn!"teriak Ovia memegang pinggulnya rapat, lantas memberikan segelas minuman yang tidak dapat ia tolak.
"God!!"pekik Ovia melihat Megan menenggak habis segelas alkohol sekaligus. Megan tertawa, ia bergerak dan berdiri di sekitar Caroline dan Avril lantas menari bersama seperti orang gila. Mereka benar-benar lepas, tanpa beban sedikitpun.
"Tambah?"tanya Ovia.
"No! aku tidak ingin mabuk, daddy bisa memenggal kepalaku!"ucap Megan sadar.
"Okay. Aku ke toilet dulu, kalian bersenang-senanglah!"ucap Ovia segera memutar tubuhnya untuk menjauh.
"Kau mau kemana?"tegur Caroline saat Megan tampak ikut beranjak keluar dari dance floor.
"Aku letih,"balas Megan seraya mengelap keringatnya.
"Okay! Bye!"ucap Caroline tetap menari bersama Avril. Ia tidak ingin istirahat cepat-cepat. Megan tersenyum tipis, ia melangkah menuju meja VVIP khusus perayaan ulang tahun Ovia. Lantas, merebahkan dirinya di sofa untuk mengatur napas nya yang terasa berat.
"Ah dimana ponselku?"pikir Megan, mengacak-acak isi tas nya. Ia berbaring telungkup, mencoba memastikan letak benda penting tersebut. Ia belum mengabari Axel sejak sampai di Club.
"f**k, tinggal di mobil,"umpat Megan. "Aku harus mengambilnya,"Megan bergerak, mengalungkan tali tas di sudut bahu nya dan melangkah keluar ruangan.
_____________
Megan memeriksa ponselnya, ia meremas rambutnya kasar saat mendapati 18 panggilan tidak terjawab dari Axel. Pria tersebut mengirim puluhan pesan. "f**k,"lagi, Megan mengumpat, mencoba menghubungi Axel kembali di area parkir tanpa penjagaan tersebut. "Kenapa dia tidak angkat telpon ku?"keluh Megan. Lantas, mengetik pesan teks cukup panjang untuk Axel.
"Kenapa kau tidak menari lagi, Apple?"
Tap!!
Jari Megan terhenti, Mendengar suara tidak asing yang ada di belakang nya. Ia berputar, mencoba memastikan. Seketika bola mata Megan bergerak malas saat mendapati Markus berdiri tegap di hadapannya.
"Jadi kau menolak ku—"
"Minggir! Aku sibuk!"potong Megan, melangkah melewati Markus. Namun, dengan cepat tangan pria itu menangkap lengannya. Menahan agar ia tidak bisa bergerak sedikitpun.
"Lepas!!! Aku akan teriak jika kau—"
"Teriak? Silakan. Siapa tahu pacarmu bisa tahu diri!"ucap Markus asal.
"What? Harusnya kau yang tahu diri. Lepas berengsek!"umpat Megan lebih lantang, mencoba menarik lengannya begitu kuat. Lalu berhenti bergerak saat melihat sebuah mobil canggih milik Markus berhenti tepat di belakangnya.
"Masuk ke mobil ku!"perintah Markus sarkas.
"Kau gila? Untuk apa aku masuk ke mobil mu?"tanya Megan penuh emosional.
"Markus!!!!
Plaakkk!!!
Markus diam, ia melepaskan Megan, merapatkan gigi dan mengepal kuat tangannya. Berengsek! Ia marah, merasakan panasnya tangan Megan yang barus saja menamparnya.
"Kau membuatku hilang kesabaran, Megan!"erang Markus parau, seraya mengangkat kembali pandangannya.
"I don't .. Ahh! Markus!"Megan meringis saat Markus memutar tubuhnya dan melipat kedua tangan gadis itu kebelakang. Megan mendongak tinggi, Markus menarik rambutnya kasar.
"Markus! Apa yang—"
"Kau menantang ku? Dengar! Aku bersumpah! Akan ku masuki milik mu berulang-ulang hingga longgar malam ini, Megan,"ancam Markus membuat Megan menelan ludah, mendengar ngeri kalimat sarkas yang dikatakan Markus.
"f**k!"umpat Megan mencoba melawan.
"Katakan itu di ranjang nanti! Aku lebih suka,"balas Markus seraya mengecup puncak kepala gadis itu dan memukul punggung Megan sangat kuat hingga gadis itu langsung pingsan.
_______________
Bagaimana untuk part ini?