Bab 2. Teman Tidur Malam

1186 Kata
"Bos, saya sudah mendapatkan identitasnya," kata salah satu anak buah Jaroem yang ia minta mencari gadis yang ia tiduri tadi. "Siapa dia?" tanya Jaroem. "Gadis itu bernama Alana. Salah satu anak buah Tante Mia. Pemilik rumah bordir di Jalan Gatot Subroto," katanya. Jaroem terdiam. Jadi, yang tadi itu wanita malam. Lantas, kenapa masih perawan? Pria itu kemudian bangkit. Ia meminta anak buahnya mengantar pria itu ke tempat Tante Mia. Tujuannya, tentu saja untuk bertemu lagi dengan Alana. Aah ... mungkin ini gila. Namun, baru sekali ini Jaroem merasa begitu candu dengan aroma manis tubuh seorang gadis. Sesampainya di sana, Jaroem turun dari mobil dan mengedarkan pandangan ke seluruh tempat itu. Tampak lampu berwarna-warni yang dibuat bentuk sedemikian rupa. Juga beberapa pria berbadan tegap yang kemudian langsung menyambut Jaroem dengan baik. "Selamat malam, Bos." "Gua mau ketemu bos kalian," katanya. "Baik, Bos. Mari saya antar." Jaroem berjalan melewati banyaknya wanita malam yang duduk di beranda bangunan itu. Sebagian besar dari mereka masih berusia belia seperti Alana. Jaroem menatap mereka semua dengan saksama. Namun, tidak ada Alana di sana. Saat kemudian, ia melihat gadis itu sedang dimarahi oleh Tante Mia. Raut wajah Tante Mia langsung berubah ketika melihat Jaroem. Rasa takutnya memuncak dan mulai bertanya apa yang dimau bos besar malam ini. "Oh, saya tau. Bos besar pasti mau mencoba anak buah saya? Tentu saja bisa, Bos. Ada Amelia, ada Sinta yang paling pintar bergoyang, atau Can–" "Gua mau dia." Tante Mia hendak mengambil asumsi. Namun, Jaroem segera menunjuk Alana. Gadis itu yang ia mau. Nyatanya, Alana langsung menolaknya. Saat itu, Tante Mia jadi murka. "Alana, diam kamu!" Tante Mia membentak gadis yang baru saja menolak tawaran bos besar. Ini adalah urusan bisnis. Jadi, hanya Tante Mia yang bisa bernegosiasi. Lagi pula, Alana tidak pada posisi bisa memilih. Hidupnya tergantung dengan keputusan Tante Mia saat ini. "Bos, kita bicarakan ini sambil duduk, ya. Tenang saja. Apa pun yang bos besar mau, pasti akan saya berikan," ucap Tante Mia ramah. Wanita itu tak mau mengambil risiko dengan menolak permintaan Jaroem. Pria paling berpengaruh kedua di Balikpapan itu bisa saja menggulung usaha rumah bordirnya jika ia mau. Jadi, lebih baik ia bersikap ramah padanya saat ini. "Tante, tapi aku–" "Aku bilang diam! Ingat! Kamu itu harus mau melakukan apa pun untukku," kata Tante Mia seraya berbisik. "Katakan, berapa harganya?" tanya Jaroem seraya mengambil ponsel di saku celananya. Tante Mia tersenyum, ia mendekati Jaroem dan membisikkan harga yang ia mau. Saat itu, Jaroem tanpa pikir panjang mengetik angka pada aplikasi mobile bankingnya setelah Tante Mia memberikan nomer rekening. Setelah transaksi selesai, ia menunjukan layar ponselnya pada Tante Mia. "Wah, terima kasih, Bos. Silakan dibawa Alananya," kata Tante Mia. Alana menggeleng lemah. Ia tak mau, tapi Tante Mia pasti tidak akan mengampuninya. Wanita berambut api itu menarik lengan Alana dengan sedikit kasar hingga gadis itu terantuk tubuh Jaroem yang berdiri dari sana dan siap menangkapnya. Mata keduanya bersirobok. Dengan cukup dalam Jaroem menatap gadis yang saat itu langsung membuang tatapannya ke lantai. Aah … ia menyukainya. Jaroem menyukai bagaimana Alana menolaknya mentah-mentah ketika banyak gadis yang mengantre untuk diajaknya bercinta. Jiwanya tertantang untuk kembali menakhlukkan gadis itu di ranjang. Jadi, ia segera menarik pinggang Alana lebih dekat. “Kita pergi!” katanya. Alana hampir menangis ketika Tante Mia melempar tas selempangnya dengan kasar. Tak ada barang berharga apa pun di dalamnya selain identitas diri dan ponsel jadul untuk menghubungi sang ibu. Sementara Jaroem langsung menarik tubuh gadis itu untuk berjalan menuju ke mobil. Sepanjang halaman tempat itu, Alana dan Jaroem menjadi objek pindaian para wanita malam. Ada yang mencebik kesal karena bos besar memilih Alana yang baru datang. Ada juga yang hanya tersenyum kecil karena paham bagaimana selera seorang Jaroem yang tidak pernah datang ke tempat ini sebelumnya. Sementara yang lainnya hanya bisa menatap iba pada Alana yang entah bagaimana nasibnya setelah ini. Semua orang kenal Jaroem dan bagaimana sepak terjangnya selama ini. Jika tidak bahagia, berarti akan menjadi kabar duka. Jaroem meminta Alana masuk ke mobilnya. Diikuti olehnya yang kemudian memberi titah pada anak buahnya untuk menjalankan kendaraan itu menuju ke kediamannya. Jalanan cukup lengang karena ini sudah hampir pagi. Tidak ada yang bisa Alana pikirkan kecuali kebuasan Jaroem yang tadi sudah mencicipinya. Namun, pikiran itu hilang dan berganti dengan rasa kagum ketika mobil memasuki gerbang utama kediaman pria itu. Rumah dengan model mediterania itu menyambut Alana di pagi buta. Tiangnya yang tinggi menjulang menjadi simbol bagaimana sikap sang pemilik yang tampak pongah dan gagah. Sementara temaram lampu yang menghiasi beranda membuat Alana bergidik ngeri. Inikah kediaman pria gila di sampingnya? “Turun!” Alana tersentak saat Jaroem memintanya turun. Pintu mobil dibuka oleh anak buah Jaroem dan Alana melangkah keluar. Hawa dingin langsung menampar wajah putihnya seketika. Saat itu, Jaroem langsung menarik lengannya untuk masuk melalui pintu utama. Tangan pria itu beralih ke pinggang saat mereka sudah masuk ke ruang tamu. Seorang wanita paruh baya berlari keluar ketika mendengar pintu dibuka. Ia tampak terkejut ketika melihat Jaroem membawa seorang gadis ke rumah. “Mas Jaroem,” sapanya. “Mulai hari ini dia akan tinggal di sini,” kata pria itu. Padma mengalihkan pandangan pada Alana dan tersenyum. Wanita itu mengangguk tanpa bertanya siapa gadis cantik yang dibawa Tuan Mudanya saat ini. “Mari, Non. Saya antar ke kamar,” kata Padma. “Enggak. Dia akan tidur di kamar atas,” sahut Jaroem kemudian. Pria itu menoleh ke arah Alana dan tersenyum kecil. Ya, mulai malam ini ia akan jadi teman tidur Jaroem setiap malam karena sudah dibeli dengan harga mahal. Itu semua karena pria itu masih sangat penasaran dengan Alana. Sementara Padma kembali mengangguk. Ia mempersilakan tuan mudanya itu naik bersama Alana yang masih tampak kebingungan. “Oh, iya, satu lagi. Jangan sampai Mas Sultan tau,” kata Jaroem. “Ya, Mas.” Jaroem kemudian membawa Alana naik ke lantai atas. Ketika sampai, Jaroem membuka pintu untuk gadis itu. Lagi-lagi, Alana dibuat takjub dengan isi ruangan itu. Semuanya ada di sini, bahkan begitu luas hingga semua perabot tersedia di sini. “Aaakh ….” Alana kembali tersentak ketika Jaroem mendekapnya dari belakang. Pria itu menghidu rambut panjang Alana yang menggodanya sejak tadi. Kendatipun gadis itu berontak, tapi tenaga Jaroem jauh lebih kuat darinya. “Lepasin!” pinta gadis itu sambil memelas. Namun, Jaroem benar-benar tidak menggubrisnya. Dengan dramatis ia menarik kaus Alana hingga sebagian tubuhnya terlihat. Gadis itu segera menyilangkan lengannya di d**a. Seringai Jaroem muncul saat itu. Aah … ia suka sekali melihat penolakan Alana. Namun, ketika ia hendak mengungkung tubuh gadis itu, ponselnya berdering. Dari nadanya, itu adalah panggilan darurat. Jadi, ia mengurungkan niatnya menjamah Alana dan menerima panggilan itu. “Katakan!” “Kami sudah bawa orangnya, Bos,” kata seseorang di seberang telepon. Jaroem menutup telepon dan langsung berlalu dari ruangan itu. Alana bersyukur karena ia tidak lagi dipaksa melayani pria itu. Gadis itu kemudian memungut kausnya yang dilempar Jaroem ke pintu balkon. Saat itu, Alana bisa melihat pria yang baru saja ingin kembali menidurinya sedang menghajar seseorang di bawah. Lebih jelas ia mendekat, sampai akhirnya Jaroem mengarahkan senjata ke kepala pria itu. Alana mundur sejengkal hingga suara keras memekakkan telinganya. Dor!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN