Di kereta bawah tanah. Terdapat sebuah kursi tunggu yang tak pernah diduduki siapapun karena letaknya agak menyudut dan terpencil. Kursi yang sangat kesepian, namun menyimpan kenangan seorang wanita tua bernama Hana Foster. Para penumpang kereta bawah tanah selalu melihat wanita itu duduk disana. Wanita lima puluh tahunan dengan Rambutnya yang agak memutih. Senyum menawan selalu disunggingkannya setiap duduk di kursi dengan cat coklat yang sudah mengelupas itu. Seperti hari ini. Wanita itu duduk dengan raut wajah secerah mentari, dia menatap sepasang muda-mudi yang tampak bergandengan menunggu kereta datang. Dia tersenyum, diambilnya sebuah buku catatan dari tas tangannya, dan mulai menulis.
Setiap hidup punya bagian-bagian yang harus diselesaikan. Momen-momen yang terekam di memori kita, setiap senyum, tangis, dan hembusan nafas kita, merupakan potongan kecil dari kehidupan.
Kadang kita terlalu takut untuk melangkah, kadang kita mudah menyerah, kadang kita terjatuh dan berdarah.
Keegoisan sering kali menyelimuti diri kita. Kita selalu saja mencari cara untuk bahagia tanpa harus mengorbankan apa-apa. Tidak, setiap muara bahagia itu selalu melewati jalan terjal dan berliku.
Kita ingin bagian dari hidup kita lengkap sempurna, tanpa harus bersusah payah dan terluka. Tidak, selalu ada cacat, selalu ada potongan yang hilang, tugas kita adalah mencarinya. Menggabungkan semua bagiannya.
Untuk melakukan itu ada proses, ada momen yang harus kita lewati. Bahagia dan luka pasti akan kita kecapi. Tak ada jaminan bahwa hidup mulus tanpa rintangan. Jika demikian itu tak bisa disebut hidup. Momen berharga didapat dari pengalaman yang berharga. Pencarian jati diri, mengumpulkan potongan-potongan cerita untuk kita kenang nanti. Hidup bisa dikatakan lengkap jika sudah melalui segalanya. Jika sudah mendapatkan semua potongan itu dengan tepat. Maka berbahagialah, rasa lengkap itu sungguh manis dan nikmat.
Hana Foster