Keinginan Mulia dari Adit

3653 Kata
            Mereka berempat pun makan dengan lahap. Cukup banyak kuah dan potongan daging yang tersisa, lumayan bisa untuk lauk esok hari. Rasa syukur selalu dipanjatkan ketika mendapatkan rezeki, Adit hanya mengatakan bahwa mendapat bonus kuah, padahal Adit memang menambah uang yang nyak beri agar lebih banyak mendapatkan lauk untuk menu makan malam ini. Uang yang Adit dapatkan masih lebih dari cukup untuk menambal biaya tidak terduga seperti ini. Jikalau habis pun ia masih bisa untuk menambahkan beberapa kekurangan yang mungkin ada dengan sumpit ajaib yang dimilikinya nanti bila diperlukan.             Usai makan malam dan menunaikan shalat isya berjamaah, Adit dan Adhim belajar sebentar kemudian masing-masing akan tidur karena terbiasa tidur cukup cepat. Bila begadang pasti ada alasan di baliknya. Adit belum bisa tidur malam ini, ia melihat ke ranjang sebelah Adhim yang sudah lelap tertidur sambil memeluk guling. Adit merebahkan badan di atas kasur yang sudah tak begitu empuk lagi, ia membayangkan seandainya bisa kuliah nanti. Ia ingin sambil bekerja sampingan agar bisa sedikit menutupi keadaan yang sebenarnya bila ia di bantu oleh suatu benda yang bernama sumpit ajaib. Hal itu akan ia lakukan agar tak ada kecurigaan yang akan timbul di balik segala kemudahan yang Adit akan dapatkan kelak. Hari esok ia telah berniat ketika pulang sekolah nanti akan simnggah ke rumah besar yang menjadi tempat bekerja bapak dan nyak selama beberapa hari ini. Bapak rela tidak mengojek paginya agar bisa lebih fokus mengerjakan pekerjaan yang telah diamanahkan kepada bapak, ya begitulah bapak. Tipikal orang yang akans erius mengerjakan pekerjaan yang telah diamanati kepada dirinya, nyak pun dengan setia membantu agar pekejaan bisa cepat selesai. Nyak memang tak pernah absen membantu, apabila pekerjaan yang bapak lakukan masih bisa nyak bantu-bantu. Ketika makan malam nyak menceritakan bahwa ia bertugas membersihkan rumput, bapak mengecat dinding, dan kalau sudah bersih barulah di sapu dan dibersihkan di bagian dalam hingga ke luar rumah tanpa terkecuali. Mungkin dengan sedikit bantuan dari Adit, akan membuat pekerjaan nyak dan juga bapak bisa lebih cepat selesai.             Suasana malam semakin sepi, lampu ruaang tengah pun sudah padam pertanda nyak dan bapak sudah berada di kamar untuk beristirahat. Sebentar lagi akhir pekan, rasanya ia ingin menghabiskan masa akhi perkannya untuk membantu bapak dan nyak saja, Adhim pun pasti senang kalau di ajak ke sana. Halaman di rumah besar itu cukup luas sehingga Adit dan Adhim bisa bebas bermain sepak bola di sana. Adit pun tak lama kemudian tertidur dengan nyenyaknya.             Hana belum bisa tidur, terbayang-bayang sekolah yang akan ia tempati nanti seperti apa, rumah barunya pun yang entahlah apakah akan senyaman seperti ini atau justru sebaliknya. Entah bagaimana menjelaskan perasaan Hana saat ini, benar-benar ia tak ingin ikut pindah. Rasa nyaman dan sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi seperti ini lantas akan berubah bila di tempat baru. Membayangkan saja rasanya malas sekali, dalam hati ia berpikir kenapa bisa papa ingin pindah ke daerah perkampungan yang ma uke mana-mana serba jauh. Taka da mall, pusat perbelanjaan dan tempat hiburan yang pasti terbatas. Menyebalkan sekali, bagaimana mungkin bisa menikmati  keadaan di sana sedangkan unsur penunjang kebahagiaan saja sungguh amat sangat minim. Andainya bisa, ia malah justru ingin mengembalikan saja mobil yang papa beri agar tidak usah pindah ke tempat yang tentu saja asing bagi Hana. Sayangnya apapun alasan yang akan disampaikan tidak akan merubah keputusan yang telah papa buat. Apa yang papa katakana anggap saja sebuah keharusan yang memang harus dituruti, di patuhi dan dilaksankan dengan sebaik-baiknya. Tak terbayang bagaimana perasaan mama harus selalu berusaha menyetujui permintaan papa walau terkadang mama mungkin tak sependapat, seperti yang mama katakana ketika berusaha menghibur Hana. Hana memang menyayangi papa dan mama, tapi tidak semua yang orang tua lakukan selalu benar. Terkadang justru orang tua yang berbuat egois dengan tidak mempertimbangkan keinginan dan juga perasaan yang anak. Mengapa harus selalu anak yang mengerti orang tua, apakah orang tua tidak berusaha untuk belajar memahami psikologi anaknya.             Hana mencoba untuk memejamkan walaupun rasanya sulit, hingga ia memutuskan untuk mengambil buah atau minuman segar di dapur. Ketika sampai di dapur, ternyata mama sedang duduk smabil menyesap segelas s**u hangat yang tampak masih menyembulkan asap pertanda baru saja di buat.             “Loh, Hana belum tidur?” tanya mama smabil meminu segelas s**u yang ada di atas meja makan             “Nggak bisa tidur ma, mama juga kenapa belum tidur?” Haaa mengambil kemasan jus jeruk berukuran besar dan menuangnya ke dalam gelas. Ke,udian meminumnya sedikit demi sedikit hingga tandas.             “Mama juga nggak bisa tidur, papa udah tidur dari tadi malahan” ujar mama, mungkin mama ingin memberitahukan bahwa papa sudah tidur agar Hana bisa lebih nyaman berada di dapur bersama mama.             Hana menganggukkan kepala, kemudian mengambil roti tawar dan mengoles selai strawberi di bagian permukaaan roti. Pantas saja bila Hana merasa lapar, ia memang makan hanya sedikit tadi, ya apalagi kalau bukan karena ia sednag tidak berminat melihat papa yang membahas tentang kepindahannya terus. Siapa yang tidak bosan kalau hanya itu saja yang sering papa bahas, seolah menekankan bahwa kami harus selalu ingat bahwa sebentar lagi akan pindah hingga harus bersiap sejak dari sekarang agar tidak kelabakan ketika hari H tiba. Sayangnya mood Hana memang sedang tidak baik sehingga berat sekali rasanya untuk hanya sekadar mengumpulkan niat agar bisa segera membereskan barang-barang milik pribadi yang akan di bawa ke rumah barunya nanti. Mama dan papa tampak sudah mulai mengepaki barang-barang yang tak terlalu terpakai untuk di oper ke rumah baru. Katanya biar bisa di cicil agar tak begitu lelah ketika nanti barang langsung di drop sekalian ke rumah baru.             Hana dan mama terdiam beberapa saat, yang jelas mungkin sama-sama memikirkan bagaimana kehidupan yang akan di jalani nanti di tempat yang baru. Hana juga tahu bawa mamanya juga seakan berat untuk mengikuti papa ke sana. Padahal sejak dulu, mama memang sudah terbiasa mengikuti ke mana papa bertugas. Sejak kehidupan mereka masih sangat sulit hingga sekarang hidup dengan penuh kemudahan dan segala kemewahan yang tersedia. Di sisi lain berusaha untuk menghargai jerih payah papa yang telah berjuang sedemikian rupa agar kami bisa hidup dengan lebih layak dan juga nyaman seperti sekarang ini tentu melalui proses yang tidak mudah.  Apalagi dengan banyaknya saingan, ya setiap pekeraan pasti ada risiko masing-masing.             Keesokan paginya setelah Adit dan Adhim bernagkat, nyak dan bapak kembali menuju ke rumah besar itu untuk membersihkan seperti hari kemarin. Bapak Adit di berikan kunci pagar dan kunci rumah untuk meamudahkan akses keluar masuk ke dalam area rumah. Pagar yang mengelilingi rumah tampak kokoh dan juga cukup tinggi. Hari ini pun bapak dan nyak masih mengerjakan rutinitas seperti hari sbeelumnya, mungkin kurang lebih satu minggu baru selesai pekerjaan ini. Toh, memang orang yang menyuruh Bapak Adit mengatakan, bahwa rumah ini akan di tinggali sekiar dua minggu ke depan, namun bapak dan nyak berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan agar tidak ada tanggungan lagi dan juga supaya bapak bisa kembali mengojek seperti sebelum-sebelumnya. Sebuah kebiasaan yang di tinggalkan untuk sementara waktu itu ternyaa menimbulkan rasa rindu. Begitulah yang bapak rasakan, padahal baru sehari tidak mengojek namun sudah terbersit rasa rindu, apalagi kalau benar satu minggu akan di habiskan waktunya untuk bekerja di rumah ini. Bayangan rupiah yang nanti akan di dapatkan dari upah bekerja di rumah besar ini tentu akan menjadi pemasukan yang cukup bagi keluarganya terlebih untuk tambahan biaya msuk kuliah Adit nanti. Untuk makan cukuplah menggunakan uang tanda jadi untuk menutupi biaya kebutuhan rumah tangga selama tidak ada pemasukan dari mengojek. Jelas lebih besar upah yang di berikan namun terkadang kerinduan mengerjakan rutinitas yang biasanya di lakukan pun terasa jua. Bapak dan nyak pun sangat berharap bila memang uang yang di dapatkan akan bisa membantu sedikit demi sedikit untuk uang masuk ke universitas nanti. Tentu akan banyak memerlukan uang untuk hal itu hingga memang hars banyak eprngorbanan yang akan di lakukakn. Bekerja lebih giat lagi, berusaha lebih keras lagi dan penuh semnagat agar tercapai apa yang diinginkan selama ini.             Perjuangan yang nyak dan bapak lakukakan pun, tak hanya mereka berdua saja yang menjalani namun Adit pun juga. Adit semakin rajin belajar, sebab ia memang ingin sekali agar bisa kuliah, mendapatkan pekerjaan yang mapan dan halal untuk kemudian bisa membahagiakan ekda orang tuanya yang telah amat sangat berjasa dalam kehidupan Adit. Bagaimana perjuangan mereka yang telah membesarkan, mendidik Adit dan Adhim dengans egala pergolakan ekonomi yang telah dijalani dnegan sabar dan juga pantang menyerah sehingga Adit dan Adhim begitu mengidolakan kedua orang tuanya yang tak lain dan tak bukan telah berjuang sedemikian rupa untuk keberhasilan kedua anak lelakinya kelak denagan mengenyampingkan sekadar keinginan yang mereka inginkan hnya demi kebutuhan keluarga terutama anak-anak tetap tersedia dan tak kekurangan suatu apapun.             Hari semakin panas, ternyata waktu pun Sudha bergeser menuju ke titik puncak panasnya, hari sudah smeakin siang. Hawa panas makin terasa, untunglah karena cukup banyak jendela dan banyak pepohonan di area rumah membuat bapak dan nyak tidak begitu kepanasan. Sesekali nyak dan bapak beristirahat bila di rasa badan sudah mulai lelah. Nyak membawa bekal air minum dan juga camilan seperti gorengan yang mudah dan cepat membuatnya. Di sela-sela beristirahat pun, nyak dan bapak bercanda tawa dengan membicakan hal-hal seru. Mereka berdua selalu tampak romantis di usia pernikahan yang sudah hampir menjelang dua puluh tahun. Kemesraan dan kerukunan yang tak bisa diukur dengan materi sekalipun. Keakraban antar anggota keluarga pun terjalin dengan begitu indahnya, betapa bersyukurnya Adit dan Adhim dianugerahi keluarga yang luar biasa, tidak ada yang lebih membahagiakan di banding semua kemewahan yang ada. Percuma rasnaya bila memiliki kemewahan namun keluarga yang ada tak sehangat ataupun tak lengkap mungkin akan jauh berbeda rasanya.             Adhim sudah pulang lebih dahulu, tampaknya nyak dan bapak belum pulang. Biasanya kalau di rumah sedang kosong, maka kunci rumah diletakkan di bawah pot bunga yang terletak berjejer di teras kecil rumah mereka. Benar saja, Adhim menemukan satu kunci yang sudah diletakkan di sebuah pot bunga yang terletak paling ujung. Adhim kemudian memasukkan anak kunci dan memutarnya sebanyak dua kali, setelah itu barulah ia masuk ke dalam rumah. Andai saja tak menunggu abangnya pulang, mungkin Adhim akan tidur saja tapi nanti seperti kemarin abangnya akan menunggu cukup lama sampai Adhim membukakan pintu untuk abangnya yang baru pulang sekolah itu. Masih ada waktu beberapa jam sebelum abangnya pulang, Adhim membersihkan rumah, kemudian makan siang setelahnya. Sambil menunggu abangnya pulang, ia menyalakan tivi dan menonton kartun yang kebetulan di tayangkan ketika jam siang menjelang sore ini.             “Assalamualaikum dhim” terdengar ucapan salam dan ketukan pintu dari pintu depan. Rupanya Adit sudah datang, lantas Adhim membukakan pintu dan menjawab salam abangnya tersebut. Adit masuk ke dalam rumah, kemudian beristirahat sejenak.             “Dhim kita susulin nyak sama bapak ke sono yok, tapi habis sekalian kita shalat ashar dulu” ajak Adit kepada Adhim yang tengah asyik menonton televisi.             “Asyikkk ayo bang, lumayan kita bisa bantuin nyak sama bapak di sana” ujar Adhim lagi.             Mereka pun menunaikan shalat ashar dulu setelah itu barulah mereka berdua berniat untuk mendatangi bapak dan nyak yang sedang bekerja. Adit berniat untuk membantu lagipula besok hari libur sehingga tak masalah bila hari ini membantu pekerjaan nyak dan bapak yang sedikit lebih berat daripada yang biasanya. Lumayan bisa sedikit meringankan pekerjaan nyak dan bapak walaupun hanya sedikit. Terkadang nyak dan bapak sama sekali tak mau di bantu karena takut bila anaknya kelelahan baru pulang sekolah karena memang sebagai orang tua mereka memiliki kewajiban untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya kelak tanpa membebani anaknya untuk ikut membantu pekerjaan yang orang tua kerjakan. Bila terlihat anak-anak sedang banyak tugas rumah atau musim ulangan sehingga membuat Adit dan Adhim lebih banyak menggunakan waktu untuk belajar, maka nyak dan bapak bila memerlukan bantuan kedua anaknya akan menahan diri untuk tidak menyuruh kedua buah hatinya tersebut. Bagaimanapun juga, nyak dan bapak memang tidak mau merepotkan anak-anaknya untuk membantu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang tua. Tidak bermaksud memanjakan hanya saja orang tua harus bisa menempatkan diri kapan harus meminta bantuan anak, di lihat dulu anak sedang lelah mungkin juga banyak kegiatan atau tidak. Nyak dan bapak selalu mendahulukan kepentingan anak dibanding kepentingan diri sendiri. Orang tua yang baik memang harus memahami posisi anak, tidak hanya menjadi sosok teladan namun juga memberikan contoh yang baik bagi ke dua jagoannya. Nyak dan bapak adalah figur yang memberikan banyak pengajaran untuk Adit dan juga Adhim.             Adit dan Adhim memarkirkan motor di depan pagar, kemudian Adit menyuruh Adhim untuk membukakan pintu pagar dan memasukkan motor maticnya ke dalam rumah besar itu. Ketika masuk ke area rumah, nyak terlihat sedang menyiangi rumput dengan menggunakan arit. Bapak mungkin di dalam, karena bapak tak tampak di luar seperti nyak. Pintu depan terbuka, mungkin bapak membersihkan bagian dalam rumah.             “Loh, kok pada kesini?” tanya nyak ketika melihat ke dua jagoannya menyusul untu mendatangi kedua orang tuanya.             “Nggak papa nyak, sekalian mau liat-liat rumah yang gede ini nyak” ujar Adit yang kemudian membantu nyak menyiangi rumput.             Nyak seakan menolak bantuan Adit dan Adhim karena mereka baru saja pulang sekolah, tentu masih terasa lelah tapi Adit dan Adhim justru asyik mencabut rumput. Tak lama kemudian bapak keluar, mungkin mendengar ada suara-suara yang lebih ramai daripada sebelumnya. Bapak tampak menyelonjorkan kaki di teras rumah sambil memandang ke arah halaman yang sedang di eksekusi oleh tiga orang yang ia sayangi. Adit dan Adhim tampak asyik membantu nyak mencabuti rumput. Apalagi suasana rumah yang sejuk dengan banyaknya pepohonan menambah suasana sore yang tadinya panas menjadi semakin sejuk karena terbantu dengan banyaknya tumbuhan hijau yang mengitari rumah ini, cukup banyak pepohonan dan jenis tumbuhan yang di tanam di sini namun karena sudah lama kosong jadilah banyak tanamna yang menjalar lebih lebat dengan kondisi yang tidak terawat. Lumayan lama mereka bertiga berkutat dengan rumput yang cukup banyak. Terlihat tumpukan cukup banyak yang berhasil Adit dan Adhim kumpulkan. Senang sekali rasanya bisa membantu, walaupun hanya sebentar dan mungkin tak seberapa. Bapak dan nyak mengajak pulang karena hari sudah semakin sore, mungkin sekitar pukul lima sore. Sudah waktunya untuk rehat, membersihkan diri dan juga menunaikan shalat ashar walaupun tak bisa tepat waktu karena adanya kesibukan lain yang harus dikerjakan. Mau menunaikan shalat pun badan dalam kondisi tidak bersih sehingga tidak bisa ikut shalat dan juga nyak yang tidak membawa mukena. Mereka berempat kemudian pulang setelah mengunci pintu dan menggembok pagar yang memang berukuran cukup tinggi itu. Setelah di rasa semua telah terkunci, barulah bapak dan nyak berboncengan disusul dengan Adit dan Adhim yang berboncengan. Tak lama kemudian mereka berempat telah sampai di rumah. Rasa lelah cukup terasa, Adit dan Adhim menyelonjorkan kaki, untung saja mereka belum mandi jadi bisa sekalian mandi tanpa harus mengulang acara mandi. Seandainya sebelum berangkat tadi mandi, sudah dipastikan mereka akan mandi lagi karena badan yang bau efek keringat karena tadi membantu mencabuti rumput dan juga kena matahari yang makin menambah aroma badan semakin menjadi tidak sedap. Mereka berempat bergantian mandi, untungnya nyak dan bapak memiliki durasi mandi yang tidak terlalu lama, sedangkan bila Adit dan Adhim bisa dipastikan cukup lama karena smabil main air yang di sambi bercanda tawa ria plus menciprat-cipratkan air ke wajah masing-masing. Untung saja, air di sumur tak terbatas kalau seandainya air bayar tentu akan cukup banyak yang mesti di bayarkan karena dua jagoan yang asyik main air yang kalau di hitung-hitung tentu cukup banyak air yang di buang-buang percuma. Alam menyediakan banyak hal yang bisa di manfaatkan oleh mahluk hidup asal bisa memanfaatkan dengan baik tentu saja akan memberikan dampak positif bagi mahluk berakal tersebut. Seperti sumur yang airnya tak akan habis bila di gunakan, hanya akan berkurang dan lebih susah menimba ketika musim kemarau tiba. Begitupun dengan tanah yang digunakan untuk menanam banyak tanaman yang berada tak jauh dari sumur yang terletak di belakang rumah. Tanah yang tak seberapa luas pun ternyata bisa di manfaatkan dengan baik asal bisa dengan bijak mengelolanya. Tanah gembur yang ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dapur. Cukup membantu di kala beberapa harga komoditi yang ditanam sedang mahal-mahalnya, bisa lumayan membantu untuk menghemat uang belanja. Uang belanja yang bisa di hemat untuk di simpan dan dipergunakan untuk kebutuhan lainnya.             Adzan magrib tak terasa terdengar, seperti biasa masing-masing melaksanakan shalat magrib. Nyak yang shalat di rumah dan ketiga lelaki yang berada di rumah shalat di musholla dekat rumah. Menu makan malam telah nyak siapkan sebelum shalat magrib, sehingga setelah magrib, makanan bisa di santap bersama. Tak perlu berlama-lama karena ada stok ayam ungkep yang nyak dapatkan ketika diberi oleh kawan lamanya di pasar beberapa hari yang lalu dan kemudian nyak ungkep Sebagian. Sangat berguna ketika sedang lelah seperti sekarang hingga tak perlu banyak waktu memasak menu makan mala mini. Ada ayam goreng, sambal yang tomat dan cabenya mengambil di pekarangan belakang dan juga lalapan berupa daun singkong dan terong yang juga di ambil dari kebun kecil yang di rawat oleh semua anggota keluarga di rumah ini. Terkadang bila berlebih, nyak akan memberikan sayuran kepada tetangga depan dan samping rumah secara bergantian. Terlebih para tetangga sangat senang bila di berikan hasil kebun yang memiliki rasa lebih segar dan lebih terjaga kebersihannya. Setelah nyak selesai shalat, sambil menunggu suami dan kedua jagoannya datang. Nyak menyiapkan makan malam dan memindahkannya ke ruang tengah. Menyusun dan menata pirinng makan, piring berisi lauk, gelas dan yang lainnya.             “Assalamualaikum” ucapan salam terdengar             dari balik pintu yang kemudian di susul oleh Bapak, Adit dan Adhim yang masuk secara bergantian. Mereka kemudian mengganti baju koko yang digunakan khusus untuk shalat, kemudian mengganti dnegan pakian rumah. Setelahnya kemudian mereka mengitari menu makan malam yang telah di siapkan nyak. Semua makanan serba hangat yang dari aromanya saja sudah membuat siapapun seakan menitikkan air liur. Sebelum makan mereka semua membaca doa mau makan secara bersama-sama sebagai ucapan terima kasih atas banyaknya rezeki yang telah diberikan kepada hambaNya yang justru terkadang lalai atas segala nikmat yang telah di berikan, rezeki yang begitu banyak hingga sebagai umat kadang tanpa sengaja lupa untuk bersyukur.             “Masakan nyak top pokoe nggak ada tandingan memang” ujar Adhim sambil memberikan jempol kepada nyak yang telah berusaha menyajikan makanan lezat kepada kami sekeluarga. Di selingi tawa renyah dari merka berempat yang membuat suasana hangat, melepas lelah bersama keluarga yang terkasih adalah pilihan yang terbaik untuk sedikit menimati sedikit waktu luang yang tersedia di waktu istirahat ini. Rasa lelah orang tua tentu terbayar dengan lahapnya anak-anak makan, tawa riang semua anggota keluarga di rumah tanpa terkecuali kemudian jiwa raga yang sehat juga salah satu hal yang memang patut untuk di syukuri. Kesemuanya adalah rezeki yang tak ternilai harganya             Acara makan malam di rumah Hana sama seperti biasa, sajian lezat dengan beraneka ragam lauk pauk namun dengan perasaan yang juga tak menentu seperti sekarang. Hana tak ingin papa berpikiran macam-macam sehingga ia makan dengan lahap kali ini. Sesekali mennaggpai pembicaraan papa dan juga mama yang memang tema bahasannya ya tentang kepindahan mereka sebentar lagi.             Hana mengikuti dan menanggapi semua obrolan yang mama dan papa bicarakan, sesekali menimpali agar komunikasi yang terjalin seakan lancar dan baik-baik saja tanpa tahu Hana memendam perasaan yang amat sangat sulit untuk dimengerti. Toh, mungkin ia harus belajar seperti mama yang bisa menerima semua keputusan yang telah diambil dengan lapang d**a. Belajar untuk bisa menerima keadaan walaupun itu sulit dan berat bagi Hana. Papa Hana yang melihat anak gadisnya makan dengan lahap hingga makanan di piring tandas tentu sangat senang yang mengartikan Hana jauh lebih baik moodnya daripada kemarin. Setelah itu mereka bertiga bersenda gurau di meja makan sampai semuanya telah selesai dibereskan barulah masing-masing kembali berkutat dengan kesibukan masing-masing. Tampaknya mama dan papa masih berniat untuk mengepak barang-barang, Hana kembali ke kamar saja. Moodnya belum baik benar namun daripada nanti ia justru sakit karena kurang makan dan banyak pikiran jadi tadi ia seakan bermuka dua agar mama dan papa tak banyak tanya pada dirinya. Ia masuk ke kamar dan mengamati ruang kamarnya yang sebentar lagi akan berubah, walaupun barang-barangnya akan sanam namun suasananya jelas akan amat sangat berbeda, suasana yang sekarang begitu ia ingat akan berubah dalam beberapa minggu ke depan. Siapa yang tak kecewa bila harus berpisah dengan sesuatu yang sudah terbiasa dilakukan, di jalani setiap harinya. Ketika di sekolah saja Hana smaa sekali tak bersemangat, beberapa teman dekatnya bahkan merasa sangat sedih karena Hana hanya akan bersama mereka sebentar lagi, padahal ingin rasanya merayakan kelulusan nanti bersama-sama. Ada yang tulus tapi ada juga yang tak tulus anggap saja karena mereka akan kehilangan salah satu teman yang royal, tak pelit berbagi dan teman satu frekuensi yang hobinya shopping dan jalan-jalan. Hana merebahkan diri dan mulai mengatakan pada diri sendiri bahwa ini memang harus ia jalani, semua akan baik-baik saja. Toh, ia akan bertemu teman baru, suasana baru yang mungkin saja akan lebih menyenangkan daripada yang sekarang. Semoga saja.             Adit dan Adhim sudah berada di kamar, mereka berdua telah berada di kasur masing-masingyang dipisahkan oleh sebuah meja belajar dan meja bulat yang merupakan meja belajar mereka yang salah satunya bisa di pindah-pindah karena keterbatasan ruang. Adhim sudah menguap beberapa kali pertanda ia sangat mengantuk, terlebih ia ikut membantu nyak tadi mencabuti rumput. Tak lama kemudian terdengar dengkuran halus dari Adhim yang berarti ia sudah tertidur nyenyak, Adit pun merasa mengantuk namun matanya seakan enggan untuk tertutup. Ia memegang sumpit yang ia sembunyikan di tempat yang hanya ia sendiri yang tahu, harus disembunyikan supaya Adit selalu ingat di mana ia meletakkan dan agar mudah mendapatkannya. Adit terkadang teledor hingga lupa di mana meletakkan barang, hingga ia berinisiatif untuk menyembunyikan dan mengambil sumpit itu di satu tempat saja. Memperhatikan dengan saksama, sehebat apakah sumpit yang sekarang berada di genggaman tangannya ini sehingga kelak akan menjadi rebutan oleh banyak orang yang memnag tahu sejarah dan kebermanfaatan benda yang ia pegang saat ini. Adit jentikkan sumpit itu ke udara sambil bergumam bahwa ia ingin kuliah, entah bagaimana caranya, ia akan berusaha sekuta tenaga agar bisa menempuh dunia perkuliahan agar kelak bisa membahagaikan kedua orang tua dengan mendapatkan pekerjaan yang mapan sehingga bisa memberikan kehidupan yang lebih layak bagi kedua orang tua dan juga Adhim adiknya. Membahagiakan orang yang ia sayangi, menjadikan kehidupan yang lebih baik dan Adit berkeinginan agar ia bisa membantu nyak dan bapak menyekolahkan Adhim hingga ke jenjang yang paling tinggi kalaupun bisa lebih daripada dirinya kelak.                                                                                                                                         
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN