Akankah Hana Rela Pindah?

1078 Kata
            Hana sudah berada di meja makan, untuk makan malam bersama mama dan juga papa. Terlihat wajahnya yang malas-malasan sehingga papa Hana menanyakan kepada mama Hana sambil mengangkat dagu melihat tingkah laku anak gadisnya tersebut.             “Hana kenapa? Makanan bikinan mama nggak enak?” tanya mama ketika Hnaa hanya memain-mainkan makanan dan menyuap makanan secara perlahan dan cenderung lambat. Sepertinya Hana sedang tidak mood. Mama tahu benar bahwa perilaku sang anak gadis karena enggan ikut pindah. Ia juga sama sebenarnya, tak berniat untuk pindah karena sudah sangat betah dengan keadaan tempat tinggal yang aman, taka da tetangga yang kepo karena memang terletak di perumahan mewah. Juga teman-teman sosialita yang telah kompak membuat kelompok arisan sehingga mereka bisa bertukar kabar, informasi terkini tentang barang-barang mewah yang sedang tren ataupun yang sedang booming baru-baru ini. Namun bagaimana pun ia menolak, tetap saja suaminya tetap berpegang teguh dengan apa yang sudah ia titahkan kepada kami berdua.             “Nggak papa ma, Hana cuman lagi males makan aja” ujar Hana sambil mengunyah makanan yang ia makan dengan sedikit terpaksa, itupun ia lakukan karena terpaksa danjuga agar mama dan juga papanya tak merasa cemas dengan perilaku Hana yang seperti itu.Sebenarnya tanpa di beritahu pun, jelas terlihat bahwa Hana memang sedang tak enak hati, sedari tadi ia merasa sangat tidak bersemangat. Apalagi di sekolah bertemu dnegan teman-teman, terlebih dnegan Melati yang mengatakan ia akan sangat merindukan Hana jikalau Hana benar-benar akan pindah sekolah nantinya. Siapa yang tak sedih, bila harus berpisah dengan teman baik, lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang nyaman. Hana berat sekali mengatakan bahwa ia sama sekali tak setuju dengan kemauan papa yang memang ia sudah mendapatkan sebuah mobil baru, andai mobil baru itu bisa di tukar atau dikembalikan dengan syarat tidak ada acara pindah emmindahkan seperti sekarang. Hana kira dengan mendapatkan mobil baru ia akan lebih bahagia namun nyatanya ia justru kian terluka karena harus menuruti kemauan sang papa untuk ikut kemanapun papa berkelan auntuk urusan bisnis. Memang pada akhirnya, Hana dan mama pasti akan kecipratan rezeki dari bisnis yang papa geluti namun perasaan yangsekarang iaa rasakan berbeda dnegan perasaan yang dulu-dulu ia alami ketika mesti pindah. Entahlah, semakin dewasa mungkin memang setelah berada di zona nyaman, akan menambah keengganan diri untuk berpindah ke haluan yang lainnya.             Usai makan malam, Hana pamit kembali ke kamar. Makanan di piringnya tak habis, masih tersisa cukup banyak. Berbeda dengan hari-hari sbeelumnya, Hana selalu antusias bila makan malam bersama. Itu di karenakan ia jarang makan siang bersama, karena sekolahnya full sampai sore. Hingga momen makan malam saja, bisa membuat Hana merasakan lezatnya rasa masakan rumah. Kalau untuk sarapan pagi, biasanya lebih ke makan sereal, roti bakar, atau terkadang nasi goreng. Berbeda dengan makan malam yang biasanya akan banyak lauk pauk tersedia.             “Anak kita kenapa ma?” tanya papa Hana lagi ketika Hana baru saja beranjak dari meja makan.             “Biasalah pa, anak remaja. Lagi nggak mood palingan” jawab mama santai. Ia tak ingin suaminya bertanya lebih lanjut perihal Hana yang seakan tak bersemangat, padahal jelas-jelas ia tahu penyebabnya karena Hana telah menceritakan kegelisahan hati pada mamanya. Mungkin Hana memang lebih dekat ke papa untuk urusan kasih sayang namun untuk urusan curhat biasanya Hana lebih nyaman untuk bertukar pendapat dengan mamanya tercinta.             “Mama temenin lah si Hana. Papa nggak mau, anak kita nggak nafsu makan kayak tadi, yang ada malah ntar sakit” ujar papa sambil beranjak dari meja makan setelah usai membantu snag istri membereskan bekas makan malam. Mama hHana mengangguk, tanpa di suruh oelh sang suami pun ia pasti akan memberi wejangan untuk anak gadisnya yang sungguh sangat ia sayangi itu. Terlebih Hana adalah anak semata wayang, yang semua gerak gerik sangat teramati oleh mama dan juga papa Hana. Seakan taka da yang luput dari pengawasan mereka, Hana sendiri tak masalah dengan semua perhatian kedua orang tuanya, toh selama ini ia juga selalu berusaha berada di koridor yang benar, tak melenceng seperti teman-temannya yang lain. Belum ingin merasakan rasanya jatuh cinta walaupun bak bunga yang sedang mekar, akan banyak kumbang dan lebah yang ingin hinggap mendekati Hana namun Hana tak bergeming, ia beranggapan akan buang-buang waktu bila menjalin hubungan asmara di usianya sekarang. Siapa yang tak tergoda melihat paras cantik Hana yang mempesona, di tambah lagi dnegan smeua kelebihan yang ia punya, terutama materi yang berlebih. Hingga lelaki yang mendekatinya pun berasal dari kalangan yang tergolong mampu, tak sedikit memang yang dari kalangan biasa mencoba untuk mendekati Hana. Namun hasilnya tetap sama, tetap di tolak oleh Hana dengan alasan belum ingin menjalin kasih karena masih SMA. Mungkin kalau sudah kuliah, hal ini akan dipikirkan kembali.Siapa tahu Hana berubah pikiran dan berusaha untuk membuka hati bagi salah satu lelaki yang memang bisa menaklukan hati dan perasaannya kelak.             Adit sekeluarga pun telah selesai makan malam, hidangan makan malam yang sederhana di padukan dengan hangatnya cinta dari keluarga sederhana ini membuat masing-masing anggota keluarga merasa aman dan tenteram. Adit dan Adhim kemudian belajar di kamar dan sepertinya ada hal penting yang sedang mereka bicarakan.             “Dhim, gimana sekolah lu lancar?” tanya Adit kepada adiknya yang sama-sama tengah mengerjakan latihan soal yang di beri nama pekerjaan rumah itu.             “Lancar aja bang, abang sendiri gimane?” tanya Adhim kepada sang kakak yang tengah memainkan ujung pulpen.             “Lancar-lancar aja sih. Abang kan bentar lagi lulus sekolah, abang pengen deh kuliah. Tapi abang nggak yakin nyak sama bapak ada uang gak ya buat nguliahin abang?” tanya Adit ke arah adiknya yang masih asyik menulis.             Adit tampak sedikit cemas walaupun sebenarnya ia bisa saja mendapatkan uang dari sumpit ajaib yang ia punya, namun akan sulit bila nanti kedua orang tuanya tahu bahwa Adit mendapatkan uang dengan cara yang tak wajar menurut mereka. Mencari pekerjaan mungkin adalah satu-satunya alasan yang bisa membuat Adit bisa memberikan alasna yang logis bila di tanya perihal uang yang ia dapatkan, namun itu pun ia harus bisa menjaga rahasia bagaimana ia mendapatkan uang dengan cara yang tak biasa bagi orang lain. Sungguh dalam keadaan dilema, hendak kuliah namun dengan keterbatasan dana yang ada memang harus emngorbankan diri untuk melakukan suatu usaha agar mimpinya bisa terwujud. Mimpi untuk membahagiakan kedua orang tua yang telah banyak memberikan banyak hal untuk dirinya. Orang yang telah rela melakukan dan mengorbankan begitu banyak hal kepada dirinya yang entah kapan baru Adit bisa balas karena itulah rasanya semua yang ia lakukan memang teruntuk kedua orang tuanya kelak. Bisa membahagiakan mereka berdua adalah sesuatu kebanggaan tersendiri baginya. Oleh karena itu, Adit akan beruang sekuat tenaga untuk mereka berdua.                                                             
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN