Masakan Nyak Adit

1063 Kata
           Hingga tak Adit biarkan ada yang tahu kecuali Adhim waktu itu dan tampaknya ia sudah lupa karena Adit sendiri jarang menggunakannya, hanya ketika di rumah lagi sepia tau ketika memang harus benar-benar membawa ponsel ke sekolah selebihnya ia akan tetap menyembunyikan hal tersebut sampai nanti tiba saatnya untuk menjadikan dirinya layak untuk mendapatkan banyak hal yang bisa digunakan untuk membahagiakan orang tua.            Ternyata Hana mendapatkan balasan dari Adit, rupanya Adit juga belum tidur.            “Loh, belum tidur Han? Besok sekolah loh?” tanya Adit di aplikasi berbalas pesan. Ia sendiri belum tidur karena ketika kebetulan membuka ponsel, ada pesan yang dikirimkan oleh Hana. Harus cepat di balas karena Adit tak ingin melihat Hana menunggu terlalu lama untuk menerima balasannya. Hingga akhirnya saling berbalas pesan antara mereka berdua, mengalirlah obrolan-obrolan mereka berdua yang ternyata sama mengasyikkannya dengan ketika mereka bertemu.            “Yaudah Dit, aku udah mulai ngantuk. Aku tidur dulu, sampe ketemu besok ya” ujar Hana. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, akhirnya mereka berdua mengakhiri pembicaraan karena sudah malam, terlebih besok mereka berdua masih sekolah. Hana berusaha untuk memejamkan mata, namun masih terbayang-bayang ketika ia dan Adit pulang bersama tadi. Akhirnya Hana pun terlelap, Adit pun juga mulai terlelap karena memang malam sudah cukup larut hingga harus cepat tidur agar tidak terlambat berangkat sekolah esok pagi.            “Dit, ayo bangun. Cepet sholat subuh, noh Adhim udah selesai sholat subuh” ujar Nyak sambil membuka selimut untuk Adit. Adhim memang lebih disiplin daripada Adit. Adit memang cukup sering bangun kesiangan, seperti sekarang ini. Ada saja yang membuat Nyak marah-marah perihal Adit yang sering membuat Nyak kesal.            “Bentar lagi Nyak” ujar Adit sambil berushaa untuk menarik selimut yang sengaja Nyak tarik untuk membangunkan Adit.            “Bentar apaan Dit, ini udah jam enam lewat, mau sekolah nggak?” tanya Nyak.            “Hahh, beneran Nyak. Haduhh telat nih” langsung Adit bangun dan bergegas ke kamar mandi. Dipikirannya sekarang justru buru-buru untuk berangkat ke sekolah karena pasti akan terlambat. Tentu saja dengan terburu-buru Adit mandi, bersiap-siap dan tentu saja tidak sempat sarapan karena sudah pasti akan makin terlambat. Adit merutuki dirinya yang akhirnya terlambat lagi sehingga harus terburu-buru untuk sampai ke sekolah. Padahal sebenarnya ia tak ingin bangun kesiangan tapi toh akhirnya kesiangan lagi dan lagi. Adit pun terburu-buru berangkat ke sekolah untung saja motornya tak di gunakan bapak lagi, bisa makin terlambat ia kalau harus jalan kaki ke sekolah. Sepanjang perjalanan Adit melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi.            Sesampainya di depan sekolahan memanglah ia sudah terlambat, namun dengan gerak cepat Adit berusaha masuk dan untung saja masih bisa ia masuk karena memang pagar baru saja hendak di tutup. Adit bernapas lega, ketika ia masuk kelas ternyata guru jam pertama belum amsuk. Ia menyandarkan badannya ke kursi dan mengatur napas agar lebih tenang, Hana memperhatikan Adit yang baru datang kemudian teralihkan ketika guru masuk dan memulai pembelajaran.            Tak terasa pembelajaran hari ini pun selesai, Hana dan Adit berjalan beriringan bersama teman-teman yang lain. Mereka sangat akrab, Hana pun senang karena di sini ia banyak memiliki teman yang ramah dan tulus, semoga saja tak ada kawan bermuka dua seperti yang pernah ia temui sebelum-sebelumnya. Giliran sudah berniat baik tetapi justru ia tanpa sadar diperalat oleh teman sendiri hingga Hana jauh lebih berhati-hati ketika memilih teman.            Usai berpamitan, masing-masing pulang dan menuju ke rumah masing-masing. Tak lama kemudian, Adit yang baru sampai rumah tampak melihat Nyak sedang berkutat di dapur.            “Lah, tumben udh masak buat makan malam Nyak?” tanya Adit, sebab biasanya Nyak akan mualai memasak sekitar pukul lima sampai pukul enam sebelum shalat magrib namun kali ini tampak lebih cepat dari biasanya.            “Dit, shalat dan mandi dulu ya. Habis itu anterin sayur sop ayam buat Pak Suryo ya, ini Nyak senagja lebihin buat mereka” ujar Nyak. Adit mengangguk, tanpa banyak bertanya ia langsung mandi dan menunaikan shalat untuk kemudian mengantarkan sayur yang telah di masak Nyak. Ia pikir-pikir mungkin atas ucapan terima kasih karena telah banyak memberikan upah atas jerih payah yang telah Bapak lakukan. Memang upah yang bapak Adit terima terbilang besar, apalagi ketika bapak hanya berniat untuk membantu saat Pak Suryo ingin pindahan, itupun diberikan bayaran yang terbilang besar. Tentu sjaa kami sekeluarga bahagia, Nyak apalagi sehingga bisa membuat makanan yang menurut kami cukup mewah, jarang-jarang bisa makan dengan menu ayam, daging apalagi. Hingga sangat antusias lah anggota keluarga di rumah ini, bila ada menu makanan yang baru dan jarang di masak kemudian jadi primadona karena cukup mewah untuk di santap.            “Pelan-pelan bawanya ya Dit, jangan sampe tumpah. Jangan lupa juga bilang, ini sebagai ucapan terima kasih karena udah ngasih bapak kerjaan dan upah yang banyak. Salam dari bapak sama Nyak juga ya” ujar Nyak sebelum Adit mengangguk tanda mengerti. Beberapa kali Adhim merengek untuk ikut namun tidak dibolehkan oleh Nyak dengan alasan nanti akan merepotkan ketika singgah sebentar di rumah besar tersebut.            “Assalamualaikum” terdengar ucapan salam ketika Adit baru saja sampai di rumah Hana.            “Waalaikum salam” mama Hana menjawab salam dari Adit sembari membuka pintu. Di belakangnya ada Hana yang tumben-tumbenan ikut mamanya untuk membuka pintu. Biasanya tak seperti itu.            “Ehh, nak Adit. Ayo masuk dulu Nak” ajak mama Hana. Tampak Adit ikut masuk, tak lupa Hana yang masih mengekori sang mama.            “Adit mampir sebentar aja tante, ibu Adit nitipin sayur sop buat tante sekeluarga” ujar Adit sambil menyerahkan sebuah kantong kresek berukuran sedang dan memberikannya pada mama Hana yang tampak senang menerimanya. Tak seperti orang kaya kebanyakan yang justru terlihat biasa saja ketika mendapatkan kiriman dari orang biasa seperti Adit.            “Wah makasih banget ya Nak Adit, kebetulan Hana suka lo makan sop. Iya kan sayang?”            Hana mengangguk, memang ia menyukai makana berkuah, salah satunya sop ayam, apalagi sop ayam bikinan neneknya yang telah berpulang. Sungguh kenikmatan tiada tara ketika menyantap amsakan ennek yang penuh cinta padahal diolah dengan bahan dan cara yang sama namun rasanya tetap berbeda kecualiolahan tangan nenek Hana sendiri.            “Adit pamit pulang dulu ya Tan, Han” ujar Adit. Usai menyalami mama Hana, menyampaikan salam dari kedua orang tua Adit dan tak lupa ucapan terima kasih, Adit lantas kembali pulang ke rumah. Selepas Adit pulang barulah mama Hana memindahkan sayur sop yang dibungkus kantong kresek it uke dalam sebuah mangkuk. Hana dan mamanya kemudian mencicipi sayur pemberian ibunya Adit dan benar saja rasanya sungguh di luar dugaan. Mereka berdua saling bertatapan.                    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN