Akankan Pak Suryo Menemukan yang Ia Cari?

3560 Kata
            Adit memejamkan mata, membayangan dirinya bisa berkuliah dan bekerja kantoran atau bahkan menjadi ASN yang jelas besaran gajinya perbulan. Bisa lulus dari universitas, dengan memakai toga yang pasti membuat nyak dan juga bapak bangga. Menghilangkanketidak mungkinan orang yang beranggapan anak seorang tukang ojek bisa kuliah dan mampu bekeja di tempat yang bonafit. Semoga saja mimpi itu terwujud dan Adit akan mengusahakannya agar benar-benar bisa terwujud. Tak akan ia biarkan nyak dan bapak yang te;ah berjuang sekuat tenaga untuk bisa membahagiakan anak-anaknya, memberikan semua kebutuhan dengan layak dan memberikan yang terbaik di antara yang paling baik untuk kehidupan anak-anaknya juga. Nyak dan bapak adalah sosok luar biasa yang membuat Adit dan Adhim ingin mnjadi orang sukses untuk sedikit membalas kebaikan mereka, walau sampai kapanpun seorang anak tak akan bisa membalas kebaikan orang tua yang telah amat sangat berjasa dalam perjalanan tumbuh kembang anak.             Malam pun telah membuai para insan untuk memejamkan mata dan terlelap hingga ke dunia mimpi. Adit pun juga terlelap dan lagi-lagi di mimpinya ia bertemu dengan sang kakek. Dalam mimpinya itu sang kakek memperingatkan Adit bahwa akan ada seseorang yang berusaha untuk mendekati keberadaan sumpit ajaib yang telah ia ketahui berada di daerah perkampungan di mana Adit berada sekarang.             “Jadi, aye harus gimane kek?” tanya Adit kepada sang kakek tersebut.             “Kamu harus berhati-hati cu. Jangan mudah percaya dengan orang baru yang tiba-tiba bersikap baik sama kamu. Harus di teliti dulu tingkah laku dan perbuatannya agar tidak salah bertindak. Sebab sainganmu kali ini adalah orang yang cerdik sehingga jangan sampai ia tahu bahwa benda yang ia cari berada di tanganmu cu. Orang ini cukup berbahaya sehingga kamu harus berhati-hat sebab ia bisa saja menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.             Adit pun menganggukkan kepala tanda mengerti, kemudian diam sejenak hingga sang kakek tiba-tiba memudar dan menghilang bersama kabut asap yang tiba-tiba datang tanpa permisi. Adit pun berusaha untuk mengejar sang kakek sayangnya kakek itu sudah hilang sehingga Adit tak dapat bertanya lebih jauh seputar apa yang kakek sampaikan tadi.             Di tempat lain, Pak Suryo bermimpi juga tentang sumpit ajaib yang ia cari telah dekat keberadaannya. Ia harus bisa menemukannya dengan segera, agar ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan dan menyudahi pekerjaan yang cukup menguras tenaga dan pikirannya. Lagipula ia sudah ingin menikmati semua usahanya dengan santai tanpa memikirkan hal-hal lainnya. Imgin beristirahat, ingin membuka usaha saja hingga memiliki waktu lebih banyak bersama istri dan anak di rumah. Impian sederhana dari seorang kepala keluarga yang menginginkan waktu lebih banyak untuk keluarga. Merasa bahwa selama ini sudah banyak waktu terbuang yang harusnya bisa ia manfaatkan untuk istri dan juga anak semata wayang. Memang berkelebihan harta namun bila ada rasa kesepian yang menggelayut toh semuanya akan percuma saja. Pak Suryo tentu sangat senang bila apa yang ia cari selama ini, sudah semakin dekat keberadaannya. Semoga saja apa yang ia cari bisa segera menemukan hasil, setelah benda itu ia dapatkan maka lengkaplah pencariannya selama ini untuk melengkapi barang antik yang ia miliki. Pelengkap sekaligus yang paling utama sehingga ia bisa mengakhiri semua pencariannya selama ini.             Di antara ke dua orang tersebut, Adit memang terpilih untuk mendapatkan sumpit ajaib yang memang menjadi incaran bagi orang-orang yang paham dan juga memiliki satu tujuan yaitu menginginkannya sama halnya seperti Pak Suryo yang bahkan membutuhkan waktu cukup lama untuk sekadar mengetahui keberadaan sumpit ajaib hingga tibalah di satu tempat yang akan menjadi tempat tinggalnya sebentar lagi agar lebih mudah untuk mendapatkan informasi dan keberadaannya yang lebih tepat, Jikalau sekarang hanya tahu tempatnya secara keseluruhan, sebentar lagi Pak Suryo pasti akan mendapatkan posisi tepatnya di mana sumpit itu berada. Ia pun harus bersabar sebentar lagi karena hal itu akan terjadi dan pasti terjadi, begitulah sikap papa Hana yang selalu optimis dan juga pantang menyerah walaupun banyak rintangan yang menghadang. Ia akan terus berjuang hingga apa yang diinginkan bisa tercapai dan menjadi kenyataan. Sedangkan Adit, seorang remaja tanggung yang amat sangat beruntung karena bisa mendapatkan barang berharga tanpa harus melakukan usaha yang keras, faktor keberuntungan yang membuat Adit bisa terpilih menjadi orang yang sangat beruntung karena telah memilikinya. Nmaun setelah tahu kegunaannya yang luar biasa, tentu Adit paham bahwa ada konsekuensi yang harus ia tanggung bila ia memiliki sumpit ajaib tersebut hingga ia pun berjaga-jaga sama seperti yang kakek katakan padanya. Apalagi kegunaan benda yangs ekarang jadi miliknya ini bukan main-main sehingga tentu banyak yang ingin memilikinya juga, di umur seperti itu tentu saja Adit tahu bahwa akan ada segelintir orang yang mungkin akan emlakukakns egala cara untuk mendapatkan apa yang ia mau. Hingga Adit memang harus super waspada dengan siapaun yang tiba-tiba hadir dan bersikap baik kepada dirinya.             Keesokan paginya, semua anggota keluarga di rumah Adit bangun sedikit lebih siang. Usai shalat subuh, ternyata efek kelelahan sehingga mereka berempat serempak bangun lebih siang. Terutama nyak dan bapak. Biasanya kalau hari biasa nyak dan bapak akan tetap bangun pagi seperti biasa namun karena efek kelelahan jadinya terlihat lebih santai, lagipula Adit dan Adhim hari ini libur sehingga nanti bisa membantu nyak dan bapak membenahi rumah besar di kampung sebelah seperti kemarin. Lumayan sedikit banyak bisa membantu meringankan pekerjaan nyak dan bapak yang ternyat cukup melelahkan hingga membuat mereka berempat memutuskan untuk bangun siang karenanya. Sekitaran jam tujuh, nyak sudah selesai membuat sarapan pagi dan memmastikan bapak, Adit dan juga Adhim sarapan, barulah kemudian berangkat kembali ke rumah itu. Hari ke tiga sudah tampak banyak perubahan, seperti rumput yang lebih rapi di bandingkan sebelumnya. Cat rumah yang sebagian sudah di kerjakan oleh bapak membuat tampilan rumah menjadi semakin elegan dan tampak lebih segar. Ternyata kurang lebih tiga hari mengerjakan renovasi rumah ini sudah cukup lumayan perubahannya batin bapak dalam hati.             “Nyak sama bapak berangkat bebersih lagi. Baik-baik di rumah ya” ujar nyak yang kemudian duduk berboncengan bersama bapak. Nyak emmbawa sat utas belanja dari rotan yang berisi minuman dan juga camilan yang sengaja nyak buat untuk di bawa ke sana.             “Ia nyak, nanti agak siangan, Adit sama Adhim boleh maen ke sana juga kan nyak?” ujar Adit. Diiringi anggukan oleh Adhim pertanda kesetujuan terhadap apa yang abangnya katakan.             “Boleh, tapi jangan lupa ngunci pintu ya. Jangan nyalain kompor juga, bahaya” pesan nyak yang sering ia katakan ketika meninggalkan rumah dan anak-anak berada di rumah. Naluri seorang ibu yang terkadang was-was bila anak di rumah, sedang ia berada di luar rumah dengan berbagai alasan misalnya bekerja atau kegiatan lainnya. Apalagi bila meninggalkan anak yang masih kecil yang masih butuh banyak bimbingan tentu akan menjadi dilema tersendiri bagi seorang ibu. Jadi wajarlah bila seorang ibu mencemaskan bagaimana keadaan anak yang ditinggalkan.             Tak butuh waktu lama, nyak dan bapak telah sampai di rumah besar yang sekarang halamannya sudah lebih rapi di bandingkan beberapa hari yang lalu. Mungkin dalam beberapa hari ke depan akan selesai, semoga saja tidak sampai satu  inngu sudah selesai agar kegiatan lain bisa dikerjakan, otomatis kalau begini terus memang ada pemasukan yang lebih besar namun juga pekerjaan yang dijalani memang lebih melelahkan di bandingkan yang sebelumnya. Semua pekerjaan pasti ada plus dan minusnya, begitupun pekerjaan yang nyak dan bapak kerjakan, sebenarnya bapak sama sekali tidak menyuruh nyak untuk ikut serta namun nyak sendiri yang menawarkan diri untuk membantu, Bapak pun tak bisa menolak karena memang kalau hanya dikerjakan sendirian belum tentu akan selesai kurang lebih satu minggu. Akhirnya dengan berat hati, bapak menuruti kemauan nyak yang berniat untuk membantu itu. Nyak tentu tak tega mendengar penuturan sang suami yang akan meembersihkan rumah itu sendirian saja tanpa ada yang membantu. Bayangkan rumah sebesar itu dengan halaman yang cukup luas hanya dikerjakan seorang diri tentu saja akan sangat menguras energi. Sedangkan ketika nyak dan bapak kerjakan berdua saja sudah cukup lelah apalagi kalau dikerjakan seorang diri. Untunglah setelah dikerjakan bersama-sama sedikit demi sedikit rumah tersebut terlihat seperti baru lagi.             Hari ini pun kemajuan pekerjaan yang mereka jalani telah tampak, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Tak lama lagi adzan dzuhur akan berkumandang, nyak sudah menyiapkan mukena agar tidak bolak balik untuk istirahat dan melaksanakan shalat dzuhur di sini saja, kebetulan sudah lebih rapi dan bersih sehingga tak masalah bila beribadah di sini.             Di rumah, Adit dan Adhim tengah bersiap untuk menyusul nyak dan juga bapak. Rencananya ingin menyusul nyak dan bapak tak lama setelah mereka berangkat, namun Adhim baru ingat kalau ada pekerjaan rumah sehingga ia memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah lebih dulu, Adit pun juga teringat ternyata ada satu latihan soal yang harus ia kerjakan sehingga mereka berdua menunda beberapa jam hingga barulah setelah dzuhur usai mereka berdua shalat barulah akan menyusul nyak dan bapak untuk membantu pekerjaan guna meringankan sedikit beban pekerjaan yang tengah di geluti oleh nyak dan juga bapak. Tak butuh waktu lama, karena jarak menuju kampung sebelah hanya sekitar lima belas menit, Sampailah sudah Adit dan Adhim di rumah besar yang bercat warna putih dengan pilar besar di bagian depannya. Pagar kokoh yang mengelilingi rumah ini pun terlihat sangat nyentrik di antara rumah-rumah lain yang memang paling besar dan berada di jalan utama kampung ini. Membayangkan memiliki rumah sebesar ini tentu akan sangat merepotkan batin Adit. Rumah dan halaman yang serba luas, tentu membutuhkan banyak peawatan berbeda dengan rumah Adit yang mungil, kalaupun membutuhkan perawatan hanya bagian pekarangan belakang yang ditumbuhi beberapa jenis tanaman yang harus di rawat agar tetap menghasilkan tumbuhan yang sehat dan bisa  membantu pengeluaran rumah tangga menjadi lebih hemat karena bantuan beberapa jenis tanaman yang sengaja di tanam di pekarangan belakang rumah. Andai saja taka da tanaman yang di tanam di belakang rumah, mungkin akan sulit untuk menghemat pengeluaran untuk belanja sayur-sayuran dan beberapa jenis bumbu dapur yang nyak dan bapak tanam. Lumayan sangat membantu berkat tangan dingin nyak dan juga bapak yang yang cukup memperlihatkan hasil yang cukup maksimal. Hitung-hitung sedikit membantu menghemat uang belanja yang kalau dikumpulkan lumayan juga jumlahnya kalau untuk membeli bahan makanan yang sama seperti yang di tanam di pekarangan belakang rumah.             “Pak, Adit bantuin ngecat ya biar cepet ke;ar” ujar Adit sambil me ndekati bapak yang tengah mengecat. Kebetulan karena peralatan yang tersedia memang diperuntukkan untuk lebih dari satu orang makanya Adit bisa ikut membantu. Bapak dan nyak sennag karena memiliki anak-anak yang peka terhadap kesulitan orang lain. Tanpa di suruh pun mereka lantas ingin membantu. Orang tua mana yang tidak senang bila melihat anak-anaknya membantu orang tua dnegan penuh kerelaan hati. Adhim tampak membnatu nyak merapikan tanaman di halaman samping, setelah halaman depan sudah cukup rapi. Tinggal halaman belakang saja lagi yang akan di bersih dan dirapikan oleh nyak dan Adhim. Pekerjaan yang bapak lakukan terasa lebih ringan dnegan bantuan Adit, dan juga pekerjaan yang di lakukan Nyak terasa sedikit lebih ringan karena ada Adhim yang juga ikhlas membantu walaupun terkadang Adhim lakukan sambil bermain-main. Tak mengapa selama anak-anak berniat untuk membantu saja itu sudah lebih dari cukup. Menanamkan sikap peka terhadap anak-anak adalah pekerjaan yang harus dilakukan tiap orang tua, jangan hanya menginginkan anak peka sendiri tanpa di ajari. Itulah salah satu dari sekian banyak pekerjaan rumah yang dibebankan pada orang tua yang ingin memiliki anak yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.             “Ayo sini, kita istirahat dulu” ujar nyak sambil mengeluarkan camilan yang di taruh dalam wadah plastic serta gelas plastik yang diisi air putih. Ahh, rasanya nikmat sekali setelah bekerja dengan keras. Lelah terasa sedikit mereda dengan bersantai dan bercanda tawa dengan keluarga seperti ini. Kebahagiaan yang tak bisa diukur denagan apapun yang ada di dunia ini. Kehangatan bersama keluarga yang amat di cintai dan juga di sayangi lantas membuat semua rasa lelah dan letih sirna seakan menguap entah ke mana. Bayangkan saja bila Adit dan Adhim tak membantu mungkin saja pekerjaan tak akan lebih cepat selesai. Walaupun tak begitu banyak yang di bantu namun nyak dan bapak sangat senang atas perhatian ekdua anaknya yang tak terasa semakin dewasa. Di saat seperti inilah, waktu menjadi cepat sekali berjalan. Dulu, masih di timang-timang sekarang sudah bisa membantu orang tua mengecat, mencabuti rumput dan bahkan si sulung sudah mau lulus SMA tahun ini. Sungguh waktu berjalan tanpa terasa. Tahu-tahu nyak dan bapak semakin menua, di sisi lain anak-anak juga semakin cepat besar, Adit yang sudah menjelang dewasa dan Adhim yang sebentar lagi akan emnjadi anak remaja. Dua jagoan yang selalu di doakan setiap shalat agar menjadi anak soleh yang bisa membanggakan orang tuanya nanti di masa yang akan datang.             Usai beristirahat sejenak, mereka berempat melanjutkan pekerjaan masing-masing dengan penuh semangat. Patokan untuk pulang nanti adalah pukul setengah lima sore atau sebelum pukul lima sore agar sempat membersihkan diri sebelum shalat magrib berjamaah nanti. Selelah apapun kalau untuk shalat berjamaah di musholla pasti akan diusahakan, lelaki memang akan mendapatkan pahala lebih banyak bila melaksanakan shalat di musholla berbanding dnegan perempuan yang lebih utama shalat di rumah saja. Tak terasa, hari sudah semakin sore, nyak dan bapak memutuskan untuk pulang ke rumah. Adit dan Adhim pun membantu nyak serta bapak untuk membereskan perlengkapan yang telah di gunakan tadi. Kemudian setelah selesai, mereka berempat pulang emnuju ke rumah di temani dengan desau angin sore yang menyejukkan. Di kampung Adit suasana masih cukup asri karena bukan pusat kota yang banyak akan polusi udara sedangkan di sini amsih banyak pepohonan rindang yang berjejer di setiap jaalan bahkan di rumah penduduk masih banyak yang menanam tumbuhan rindang yang membuat suasana lebih asri. Belum lagi paguyuban masyarakat sekitar yang fokus pada lingkungan hidup sehingga halaman tanah warga akan di sulap menjadi lahan yang berisi apotek hidup yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Apotek hidup yang biasanya berisi tanaman berupa rimpang-rimpangan seperti jahe, kunyit, kencur, temulawak dan lain sebagainya yang juga menjadi bumbu masakan. Kemudian banyak jenis tanaman lain yang bisa dikembangbiakkans eperti kumis kucing, daun sirih,bunga telang dan lain sebagainya. Suasana yang asri membuat setiap penduduk yang lama ataupun yang baru tinggal di kampung ini betah, di tambah dnegan penduduk yang ramah membuat siapaun yang baru datang ke sini tentu sangat terpukau dengan semua kesederhanaan dan keramahan penduduk di kampung ini. Mata pencaghariaan penduduk di sini beragam, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, swasta, pedagang, penjual jasa, petani dan masih banyak yang lainnya. Keanekaragaman penduduk di kampung ini justru mempererat hubungan persaudaraan antara yang satu dan yang lainnya. Tak ada perbedaan anatara yang kaya dan yang miskin, Semuanya berbaur menajdi satu, apalagi di bawah kepemimpinan yang adil lagi jujur di kalangan petinggi kampung.             Sesampainya di rumah Nyak dan bapak mandi secara bergantian kemudian di smabung Adit dan Adhim yang emmang sengaja di pasangkan mandi secara bersamaan karena mereka berdua pastiakan main air dan menghabsikan waktu cukup lama hanya untuk sekadar mandi. Tak lupa mereka berdua menyirami tanaman yang berada tak jauh dari sumur sehingga kalau mereka mandi kadang cipratan air bisa sampai ke tanaman yang berada di sisi kanan sumur. Jadi secara tak langsung, mandi pagi dan sore pun tanpa di siram secara baik, sebenarnya tanaman sudah terpapar air dari cipratan mandi ke empat anggota keluarga di rumah ini, terlebih dari Adit dan Adhim yang kalau mandi sukanya menciprat-cipratkan air hingga ke segala penjuru halaman belakang rumah. Untung saja rumah tak terlalu berdempetan dengan tetangga sekitar lagipula terdapat pagar kayu yang mengelilingi sekitar rumah. Cukup tinggi sehingga aman kaau mandi di sumur yang agak semi terbuka seperti di rumah Adit.             Tak menunggu waktu lama, suara adzan magrib verkumandang. Pertanda para jagoan yang ada di rumah untuk bersegera ke musholla dekat rumah untuk menunaikan ibadah shalat magrib berjamaah. Nyak shalat di rumah saja lagipula hendak menyiapkan makan malam yang rutin di laksanakan setelah selsai shalat magrib. Bila hendak tadarussan, biasanya dilaksanakan setelah shalat isya agar waktunya sedikit lebih panjang dibandingkan apabila dilaksanakan setelah shalat magrib. Acara makan malam di rumah Adit selalu di lingkupi rasa hangat dan juga penuh rasa kekeluargaan, para tetangga pun tahu itu. Rumah tangga harmonis yang dilengkapi dengan hadirnya anak yang taat dan juga baik budi pekertinya. Memang standar kebahagiaan tak bisa hanya dilihat dari materi yang berlimpah, namun juga dari kebahagiaan rohani yang dirasakan dalam rumah tangga. Hubungan akrab dan hormanis antara orang tua dan anak juga adalah salah satu factor pendukungnya. Bayangkan bila dalam satu rumah yang dipenuhi negan kemewahan namun tiap anggota keluarga tak akrab, serasa asing di rumah sendiri tentu rasanya tak akan nyaman sama sekali.             Hana baru sjaa selesai makan malam, suasana di rumah masih sama seperti sebelumb-sebelumya. Papa yang suka ketenangan, dan mama yang emmang tak banyak bicara. Beberapa hari ini papa terlihat sibuk wira wiri mungkin papa hendak mempersiapkan rumah yang akan kami tinggali, papa bilang rumah baru kami tak kalah besar dengan yang kami tempati sekarang. Bila di hitung-hitung hanya tinggal seminggu lagi kami akan pindah, rasanya semua berjalan begitu cepat. Melihat barang papa dan mama yang sudah mulai disisihkan membuat Hana semakin malas menyingkirkan barang-barang mana yang akan ia sisihkan nanti untuk di bawa ke rumah baru. Tak ada niat untuk ikut papa mengecek rumah, katanya sih papa mau mengajak mama dan Hana untuk melihat rumah baru besok, namun Hana lebih memilih untuk jalan-jalan saja bersama teman-temannya. Anggap saja sebagai perpisahan karena sebentar lagi ia akan pindah dan tentu akan sangat jarang bisa bertemu dengan teman-teman karibnya dalam jangka waktu yang cukup lama kecuali benar-benar menyempatkan waktu untuk sengaja bertemu dengan mereka. Namun kalau di pikir-pikir, Hana kan mau kuliah dan itu hanya tinggal beberapa bulan lagi. Jadi besar kemungkinan Hana hanya akan pindah sementara, semoga saja perkiraannya itu benar adanya. Sehingga ia bisa terbebas dari tempat yang minim tempat-tempat yang biasanya Hana datangi seperti mall, objek wisata, pusat perbelanjaan demgan brand-brand terkenal, café estetik dan masih banyak lagi.             “Hana, besok mama dan papa mau ngecek rumah kita yang mau ditempati sebentar lagi. Kamu mau ikut?” tanya mama ketika mendapati Hana sedang duduk santai di ranjangnya sambil menonton televisi.             “Nggak deh kayaknya ma, Hana mau jalan sama temen-temen Hana” ujar Hana smabil menengok ke arah mama yang tampak cantik jelita dengan piyama bercorak bunga-bunga. Di usia menginjak hampir empat puluh tahun mama terlihat masih cantik dan segar. Tentu saja dengan berbagai perawatan mahal yang ditunjang dari uang belanja cukup banyak yang papa berikan. Papa Hana memang seroyal itu untuk keluarga yang ia cintai, masing-masing memiliki kartu kredit sehingga bisa digunakan untuk apapun yang diinginkan oleh mama dan juga Hana. Mau belanja, ke salon, makan di kafe mahal juga tidak masalah. Kebebasan dan semua kemudahan yang diberikan oleh papa Hana tentu membuat konsekuensi tersendiri, terkadang papa yang jarang pulang karena ada banya tugas yang harus ia lakukan sebagai pengusaha barang antik yang sering berkelana mencari barang-barang antik di segala penjuru negeri, mulai dari dalam maupun luar negeri. Semua papa lakukan dengan segala pengorbanang, mengorbankan banyak waktu, tenaga, materi yang juga tak sedikit. Jadi, kalau ada yang mengatakan papa snagat beruntung dengan kesuksesan yang dimiliki sekarang, sungguh orang lain tak mengetahui bagaimana usaha yang paapa lakukan sehingga bisa sampai pada titik seperti sekarang ini.             “Oh yasudah, nanti mama fotokan rumah dan suasana di snaa ya. Smoga nanti kita betah tinggal di sana. Jangan tidur malam-malam sayang” ujar mama sambil mengecup kening Hana, gadis kecilnya dulu yang sekarang beranjak menjadi gadis yang dewasa. Anak perempuan mungil yang dulu sering di gendong, di belai, di bawa kemana saja sekarang sudah bisa memilih hendak jalan dengan teman-temannya daripada orang tuanya sendiri. Semua memang berproses, tak bisa bila proses hidup akan selalu sama tanpa adanya perubahan. Begitupun dengan proses kehidupan yang mama Hana jalani bersama suami tercinta yang sekarang telah memberikannya banyak materi yang emlimpah. Dulunya hanya bisa hidup sederhana dengan makanan,pakaian dan tempat tinggal sederhana sekarang justru kebalikannya. Bisa memiliki dan membeli apa saja yang di mau tanpa harus bersusah payah seperti dulu. Materi yang dimiliki sekarang berlimpah, semakin berlimpah karena sang suami yang pantang menyerah, bekerja dengan penuh semangat dmei membahagiakan istri dan juga anak tercinta.             Hana mematikan televisi, rupanya ia sudah mulai emngantuk. Padahal baru saja televisi ia nyalakan untuk mengusir rasa bosan. Mama dan papa Hnaa sednag berbincang di kamar.             “Gimana ma, Hana mau ikut kita besok?” tanya papa smabil membenarka selimut hingga sebatas d**a.             “Nggak pa, Hana ada janji dengan teman-temannya” ujar mama Hana sambil mematikan lampu kamar, dan kemudian menyalakan lampu tidur di sebelah nakas ranjang.             Mama dan papa Hana pun merajut mimpi seperti anak kesayangannya yang sudah terbuai dalam mimpi terlebih dahulu. Sayangnya mama lebih dulu tertidur, sedangkan papa Hana hanya memejamkan mata saja namun sulit untuk tertidur, entah apa yang dipikirkannya sekarang hingga masih belum bisa tidur. Kemudian papa Hana mengirimkan pesna pada aplikasi berbals pesan kepada anak buahnya.             “Ada perkembangan?”             “Belum ada bos, masih jalan di tempat” ujar anak buah Pak Suryo seputar keberadaan benda yang sedang di cari itu. Memang ia sudah mendapatkan informasi mengenai tempat di mana bend aitu berada, namun tempat pasti dan siapa yang memiliki sumpit ajaib itu belum tahu siapakah gerangan yang memiliki. Kalau ada dan berhasil ia temukan Pak Suryo berani membayar mahal untuk itu. karena semahal apapun ia membayar, akan tetap lebih banyak yang ia dapatkan sebab sumpit ajaib itu bisa mengabulkan apapun yang diinginkan oleh siapa saja yang memiliki benda tersebut. Kemudian ia pun menutup percakapan di layer hapenya untuk kemudian mencoba memejamkan mata kembali agar bisa tidur. Ia harus tidur agar besok badan segar karena besok ia akan mengecek calon rumah baru yang sedang tahap renovasi. Orang kepercayaannya telah menyuruh orang asli kampung sana untuk membersihkan dan mengecat ulang rumah. Lagipula ia hendak berkenalan dengan orang sekitar sana, siapa tahu ada yang bisa membawa dirinya menuju kepada orang yang yang mempunyai benda yang sedang ia cari-cari itu.                                                                               
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN