Hana is a Glamour Girl

1134 Kata
            Alhamdulillah bapak sudah pulang” ujar Adhim dengan riang gembira. Ia ingin segera makan siang dengan menu yang telah mereka siapkan bersama-sama tadi. Rasa lapar yang mendera sudah begitu terasa, apalagi setelah jogging tadi, maka berlipat-lipatlah rasa lapar yang Adhim dan Adit rasakan.             Tak emnunggu lama kemudian, keluarga bahagia ini makn siang bersama. Mkaan seceara lesehan di lantai ruang tengah yang dilapisi karpet. Tawa canda dan raut bahagia selalu terpancar dari wajah masing-masing anggota keluarga di rumah ini. Makanan apapun yang bisa mereka makan hari ini adalah rezeki dari yang Kuasa sehingga patutlah bersyukur dari semua yang telah Tuhan berikan di setiap harinya. Adit dan Adhim makan dengan lahap, terutama Adhim yang memang sangat amat ingin makan makanan berbahan dasar ayam ini.             “Nyak, enak ayam gorengnya” ujar Adhim sambil mengunyah sepotong paha ayam goreng yang dilapisi tepung super renyah.             “Ia dong, siapa dulu yang masak, nyakkk” bapak pun ikut menambahkan sambil mengacungkan dua jempol. Kemudian terdengar tawa riang dari ke empat orang anggota keluarga di rumah ini. Suasanan hangat dan emnyenangkan terpancar jelas dari kehidupan sederhan keluarga Adit.             Usai makan bersama, Adhim dan Adit membantu membereskan bekas makan dan kemudian menunaikan shalat dzuhur. Bapak beristirahat sejenak sebelum kembali mengumpulkan lembaran rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tak banyak memang, namun selagi halal apapun akan Bapak kerjakan. Tak ada istilah malu dalam kamus keluarga ini, selagi halal dan tidak merugikan orang lain, maka apapun akan dikerjakan.             Hana ingin mencoba mobil baru yang masih hangat-hangatnya karena baru sjaa dibelikan kemarin. Ia kemudian meminta izin untuk memakai mobil barunya untuk berjalan-jalan dengan teman-temannya mumpung hari Sabtu.             “Pa, ma. Hana cobain mobil baru dulu ya, mau ke mall bareng teman-teman” ujar Hana sambil merapikan sweater warna ungu yang dikenakannya sekarang. Papa dan mamanya mengizinkan setelah mengatakan Hana harus berhati-hati karena biasanya akhir pekan suasana jalanan terkadang sedikit lebih ramai.             “Hati-hati di jalan ya, jangan pulang malam-malam” kata Papa Hana sambil memberikan beberapa lembar uang ratusan untuk jajan Hana.             “Oke siap pa, Hana berangkat dulu. Dadah pa, ma” ujar Hana sambil emlambaikan tangan, setelah sebelumnya ia memeluk papa karena memberinya uang jajan lagi. Padahal Hana diberikan kartu kredit khusus untuk jajan, tampak wajah mama Hana yang sedikit kesal betapa suaminya itu begitu memanjakan anak semata wayangnya secara berlebihan. Setelah membelikan mobil baru yang harganya cukup fantastis padahal rasanya mobil yang dipakai Hana masih tergolong baru kemudian memberikan uang jajan di luar uang jajan yang telah diberikan setiap bulan dalam bentuk kartu kredit yang bisa digunakan sebebas mungkin oleh Hana. Pola membahagiakan anak yang jelas berbeda antara papa dan amma Hana membuat mereka terkadang berselisih pendapat.             “Pa, kok Hana di kasih uang jajan lagi. Kan Hana udah punya credit card pa?” tanya mama Hana yang memprotes kelakuan suami yang sangat memanjakan anak tunggal mereka itu.             “Nggak papa ma, papa kan juga cari kerja buat kamu dan Hana” ujar papa Hana santai sambil memakan buah anggur yang telah di siapkan sambil membaca majalah seputar bisnis.             “Tapi pa, papa selalu memanjakan Hana. Itu nggak bagus pa, nanti Hnaa kebiasaan pa. Hana sudah semakin besar pa, masa nanti dia nggak bisa berdikari tanpa bantuan kita sebagai orang tua” ujar mama Hnaa. Hana emang lebih dekat ke papanya daripada ke mamanya sendiri. Apalagi kalau bukan sang papa yang selalu mengiyakan kemauan Hana, apapun itu tanpa terkecuali.             “Ma, anak kita kan cuma Hana. Ya wajar lah papa manjain Hana, kenapa mama iri sama Hana? Mau papa tambah lagi transferan kemarin?” tanya suaminya dnegan senyum mengejek yang justru membuat mama Hnaa salah tingkah. Apakah benar ia iri? Ah nggak kok. Ini semua ia lakukan semata-mata demi kebaikan Hana agar menjadi anak yang bisa lebih mandiri, tidak semaunya sendiri dan harus belajar untuk tak selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Sayangnya papa Hana teramat sering memanjakan Hana. Hana yangs ekarang pun menjadi anak yang manja, egois, dan terkadang sulit di atur karena terbiasa di manjakan oleh orang tuanya, siapa lagi kalau bukan suaminya tercinta.             “Hai guys” Hana menyapa teman-temannya yang sedang menunggu dirinya di depan pintu masuk mall. Ada dua teman Hana yang sedang menunggu di sana, ada Rania dan Melati.             “Wahh, kereenn lo Han. Mobil baru lagi nih” tanya Melati kepada Hana yang kebetulan memarkirkan mobil tak jauh dari pintu masuk mall tadi sehingga teman-temannya bisa melihat Hana yang memakai mobil terbaru.             Hana yang mendengar celetukan teman-temannya tentu merasa besar kepala. Ini masih dua orang temannya yang melihat dan sudah terkagum-kagum apalagi bila teman-teman di sekolah dan seiisi sekolah melihatnya tentu akan banyak lagi yang tertkagum-kagum. Ahh, bahagianya. Siapa yang akan meragukan ketenaran Hana, sudah cantik, kaya, terkenal di sekolah lagi. Bahagia sekali bukan? Apa yang tak bisa Hana dapatkan, hidupnya begitu sempurna. Hingga banyak teman-teman yang iri dengan semua yang Hana miliki. Ketenaran sebagai siswa populer di sekolah, memicu kubu yang tak menyukai Hana namun Hana tak ambil pusing, toh ia sama sekali tak merugikan orang-orang itu. Para guru pun tahu bahwa Hana anak yang sopan walaupun Hana tak begitu memiliki kelebihan yang berarti dalam bidang pelajaran umum. Apalagi posisi orang tua Hana yang merupakan salah satu donatur di Yayasan tempat Hana sekolah. Sekolah yang cukup cukup elit, khusus orang-orang berduit.             Hana kemudian berjalan-jalan di mall, membeli barang yang ia suka dan menraktir kedua temannya. Tentu saja kebanyakan teman-teman Hana senang sekali berteman dnegan Hana, karena ia anak yang royal, tak segan menggelontorkan uang demi teman-teman, apalagi bila sudah berpredikat sebagai teman sekaligus sahabat. Sudahlah akan banyak kemudahan yang akan di dapatkan bila bisa bergaul dan mendekati Hana. Begitupun dengan banyak lelaki di sekolah yang berusaha untuk mendekati gadis cantik berambut panjang lurus nan memikat itu, mulai dari yang tampangnya biasa saja hingga yang berwajah tampan berusaha untuk mendekati Hnaa, namun sayangnya Hana memang belum ingin menjalin hubungan dengan seorang pria manapun, lagia ia sudah memiliki seorang pria yang teramat menyayanginya, siapa lagi kalau bukan Pak Suryo, papa Hana. Terlebih Hana mendambakan sosok lelaki seperti papanya yang terbiasa memanjakan dirinya hingga bisa memenuhi apapun yang Hana inginkan.             Setelah puas berjalan-jalan dan menikmati makan siang di mall, ia pun pulang ke rumah. Hari sudah beranjak sore ketika ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Sebenarnya di rumah ada seorang supir yang merangkap sebagai karyawan Papa Hana, namun Hana lebih suka berkendara sendiri karena lebih bebas kapan ia akan pulang,             Adit dan Adhim sedang bahu membahu menimba air untuk mengisi bak di kamar mandi, juga persediaan air minum untuk keperluan dapur. Terkadang mereka berdua saling memercikkan air satu sama lain, keisengan yang semakin mempererat hubungan persaudaraan di antara Adit dan juga Adhim. Sengaja mereka main air biar sekalian mandi. Jadilah dua kakak beradik itu asyik bercengkraam di depan sumur sambil menimba air, dari kejauhan nyak etrsenyum melihat kedua anak lelakinya sedang asyik bermain-main di belakang rumah.                           
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN