Hana yang Serba Ingin Tahu

1123 Kata
Adit pun kemudian terlelap, hingga tanpa sadar di dalam tidurnya Adit bermimpi kalau kelak ia akan mendapatkan apa saja yang ia inginkan. Keinginan yang paling diinginkannya dalah berkuliah, tak di sangka ada rezeki yang membuat Adit bisa kuliah hingga sampai bisa merenovasi rumah sederhana yang ia tempati saat ini menjadi rumah yang lebih bagus dan juga lebih indah. Di dalam mimpinya juga, ia ditemani oleh seorang gadis cantik berambut panjang yang terlihat sangat cantik, wajahnya tak begitu jelas karena seakan tertutupi sehingga membuat Adit tak begitu tampak dengan jelas. Setekah sepersekian detik kemudian, barulah Adit menyadari bahwa seorang gadis cantik yang ternyata sedang menggenggam tangannya tersebut adalah seseorang yang memang adalah seseorang yang Adit inginkan untuk menjadi seseorang yang spesial di dalam hidup Adit. “Hana” gumam Adit. Betapa ia di manjakan di dalam mimpinya tersebut, tak lama lagi-lagi muncul kakek-kakek misterius yang telah membawa Adit menuju kemudahan yang emmang belumd igunakan Adit secara maksimal seperti rang lain, tepatnya seperti Papa Hana yang menginginkan untuk memudahkan urusan kehidupannya. Adit yang masih menggunakan sumpit ajaib tersebut dengan alakadarnya karena memang ia belum menyadari bahwa sesungguhnya benda yang ia miliki adalah benda bertuah yang menjadi incaran orang-orang yang mengerti akan kegunaannya bahkan ada yang bernai melakukan segala cara bahkan emmbayar dengan harga yang cukup mahal untuk mendapatkan sumpit ajaib tersebut. Adit pun terlelap dengan nyenyaknya, mimpi indah yang membuatnya semakin larut hingga membuat tidurnya semakin nyenyak saja. “Bang, buruan bangun” Adhim menggerak-gerakkan badan Adit yang masih asyik emmeluk guling yang sudah tak begitu kencang lagi, bahkan cenderung kempes. “Apaan sih Dhim, kan hari ini libur. Abang mau lanjut tidur lagi” ujar Adit sambil emmbalikkan badannya dan menaruh bantal di atas telinga agar mengurangi suara gaduh dari Adhim yang kekeuh ingin membangunkannya. “Yaudah, Adhim sarapan duluan ya. Jangan marah ye, kalo Adhim habisin sarapannya nanti” ujar Adhim sambil berlalu meninggalkan abangnya yang masih betah di atas kasur. Adit melanjutkan untuk memejamkan mata, wajar saja bila ia masih mengantuk karena ia tidur cukup larut setelah berbalas pesan dengan Hana. Itupun kalau tidak diakhiri maka akan terus berlanjut, untung saja Hana mengakhiri pembicaraan lebih dulu sehingga tak membuat Adit merasa tidak enak karena hal tersebut. Nyak Sudah berangkat ke rumah Hana, di antar bapak pastinya. Biasanya kalau hari Minggu, bapak berangkat ngojek lebih siang karena kebanyakan penumpang bapak adalah anak tetangga yang masih sekolah, ada juga ibu-ibu yang minta di antar ke pasar. Terkadang bila memang ada pekerjaan lain yang bapak kerjakan, bapak tidak mengojek untuk hari itu. Lumayan lah terkadang ada saja beberapa tetangga bahkan warga kampung sebelah yang menggunakan jasa Bapak Adit untuk memperbaiki genteng, membuat sumur, dan masih banyak kebisaan bapak yang lainnya. Bapak sendiri tak pilih-pilih kerjaan, selama pekerjaan itu halal dan juga tidak merugikan orang lain maka bapak akan menerima tawaran yang telah di amanahkan oleh orang lain kepada bapak. Pemasukan dari mengojek yang tidak menentu, kadang ada dan tak jarang juga tidak mendapatkan hasil sama sekali membuat Nyak sudah terlatih untuk mengelola keuangan yang memang serba tak menentu. Oleh karena itulah Nyak juga tak berdiam diri, mulai memanfaatkan lahan belakang yang memang cukup luas untuk ditanami berbagai jenis tanaman sayur-sayuran serta buah-buahan, di tambah Nyak juga bisa sedikit-sedikit menjahit dan karena seiring waktu Nyak sudah cukup terlatih sehingga sedikit banyak makin banyak orang-orang yang tahu sehingga cukup banyak yang menggunakan jasa Nyak untuk memotong atau mengecilkan pakaian. “Bik, kami titip Hana sebentar ya. Saya dan istri ada pertemuan di kota jadi nggak bisa ngajak Hana sekalian. Tolong temenin anak saya dulu ya Bik” tutur Pak Suryo yang didampingi sang istri yang bersiap untuk pergi. Hana sedang bersantai di kamarnya dan memang ia tak ingin ikut kegitana Papa dan juga Mamanya tersebut. Selama tinggal di sini, ia merasa betah di rumah lagipula kalau hendak jalan ke mall butuh waktu cukup lama untuk sampai, terlebih selama di sini ia merasa nyaman dan juga teman-teman sekolah yang membuat Hana jauh lebih bisa merasakan arti pertemanan yang sesungguhnya, di banding teman sebelumnya yang penuh dengan kepalsuan. Rela berteman hanya karena ada maunya, hingga tanpa sadar diperalat dan baru sadar ketika sudah banyak hal yang telah ia lakukan. Hana memang anak yang baik, hingga dengan mudah di peralat olah orang lain, entah uangnya yang sering digunakan untuk kebtuhan teman-temannya yang ingin hidup hedon namun dengan cara memperalat teman sendiri. “Bik, temenin Hana makan siang ya” rajuk Hana kepada Bibik, Nyak Adit. Bibik pun menemani Hana, tampak anak majikannya tersebut makan dengan antusias. Ya, semua olahan masakan yang berasal dari tangan Nyak Adit pasti enak. Apalagi dengan ketersediaan bahan masakan yang melimpah dan juga berkualitas tentu saja smeakin membuat Nyak Adit lebih mudah membuat menu masakan yang lezat nan bergizi. “Bik, nanti Adit lanjut kuliah nggak?” tanya Hana sebelum ia melanjutkan menyuapkan nasi ke dalam mulut. Nyak Adit diam sejenak, sebelum akhirnya ia mengatakan bahwa tabungan untuk Adit kuliah belum terkumpul banyak, ada namun tidak begitu banyak. Tampak ada keraguan dari sinar wajah Nyak Adit, Hana sendiri merasa tak enak menanyakan hal ini namun kemudian tema pembicaraan pun berubah walaupun masih perihal membahas tentang Adit. Sesekali diiringi tawa canda yang makin menghidupkan suasana membuat Hana nyaman mengutarakan pemikiran dan juga pendapatnya kepada asisten rumah tangganya tersebut. Apalagi merupana orang terdekat Adit yang sesekali bisa ia tanya seputar hal yang ingin ia ketahui tentang Adit. Entah mengapa ada banyak hal yang membuat Hana begitu tertarik seputar kehidupan Adit, bahkan tanpa ia sadari semenjak ia pindah ke sini pun sudah banyak hal yang membuat ia tertarik dengan seorang lelaki berparas tampan yang terlihat sederhana dan sosok yang menyenangkan, teman yang baik dan satu-satunya orang yang ia kenal di awal kedatangan Hana ke sekolah. Tak terasa hari sudah menjelang sore, sepertinya papa dan mama Hana belum ada tanda-tanda hendak pulang. Biasanya mama akan menelepon Hana untuk menanyakan apa yang Hana inginkan, tapi bisa saja ya kalau mama dan papa Hana lupa akan itu. Hana sendiri merasa tak enak karena seharusnya sudah mendekati jam pulang kerja. Sebenarnya tak apa kalau Bibik menemani Hana apalagi tentu ada banyak pekerjaan rumah lain yang harus Bibik selesaikan. “Nyak kok lama banget ya Pak, kok nggak pulang-pulang” tanya Adhim. Biasanya Nyak jam lima sudah minta jemput, tetapi sekarang sudah pukul setengah enam sore. Bapak pun berinisiatif untuk menelepon Nyak menanyakan kiranya kapan Nyak akan pulan. Setelah di telepon ternyata Nyak juga lupa untuk mengabari bahwa Nyak akan pulang terlambat karena harus menemani Neng Hana, anak majikan istrinya tersebut. Urusan rumah memang sudah Bapak, Adit dan Adhim bantu menyelesaikan. Nasi dan lauk yang di buat siang tadi juga masih ada, namun karena biasanya Nyak membawakan beberapa jenis masakan yang memang sudah dilainkan oleh Istri Pak Suryo untuk Nyak bawa pulang ke rumah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN