Azela menoleh ke arah Galen yang sedang fokus menyetir tanpa mau mengajak gadis itu untuk mengobrol, sedari tadi Azela menggerutu dalam hati karena Galen seperti patung yang sama sekali tidak mau mengajaknya untuk sekadar basa-basi menanyakan kabarnya, umurnya berapa, atau habis dari negara mana, ah benar-benar menyebalkan, padahal Azela sudah terpana pada wajah Galen yang tampan, satu hal yang Azela tahu bahwa laki-laki yang ada di sampingnya ini adalah barista di kedai kopi milik kakaknya yang baru dirintis. Dengan melawan ego, akhirnya Azela bertanya terlebih dahulu, ia penasaran tentang siapa laki-laki yang ada di sampingnya ini, daripada menunggu dia membuka suara duluan itu mungkin adalah hal yang mustahil. “Nama lo Galen ya?” tanya Azela dengan senyuman manis, perempuan itu memilik