Angga menampar pipi putrinya dengan amat sangat keras, hingga bekas tamparannya sangat membekas di kulit putih perempuan itu. Sang ayah benar-benar marah dan kecewa, lagi-lagi ia merasa gagal menjadi seorang ayah, padahal ia sudah menjaga Ranaya dengan amat sangat agar kejadian yang menimpa Raniya tidak terjadi kepada Ranaya, tapi ia salah, hal itu Kembali terjadi, Angga harus merasakan kekecewaan itu lagi, padahal ia menaruh harapan besar kepada putrinya ini agar menjadi dosen seperti yang ia inginkan selama ini. Namun nyatanya, kini di dalam Rahim Ranaya telah tumbuh janin yang membuat masa depan Ranaya menjadi berantakan, tidak mungkin mereka membiarkan Ranaya untuk melanjutkan Pendidikan di Jerman dengan keadaan berbadan dua seperti ini. Biar bagaimana pun juga Ranaya tetaplah putri me