Pagi Yang Buruk

1099 Kata
"Maaf, Neng. Motor saya mogok." ucap supir ojek online itu seraya meminta maaf karena dia tidak dapat melanjutkan perjalanannya mengantar penumpangnya. "Ya Tuhan ..." Gumam Zea sambil menepuk jidatnya, ketika dia tahu motor yang dia tumpangi mogok ditengah jalan. Tidak jadi soal jika dia sedang santai tidak ada mata kuliah yang berat. Tapi saat ini mata kuliah pertamanya adalah kebudayaan dan sejarah Jepang dimana dosennya menurut Zea sangat galak bin killer disiplin akut dan pelit nilai. Kalau saja kemarin Zio tidak memakai motornya, mungkin dia tidak akan memesan ojek online dan terjebak mogok ditengah jalan. Zea biasa pergi ke kampus menggunakan motor maticnya, tetapi karena mobil abangnya sedang di bengkel jadi dia meminjam motor Zea, janji mau dipulangkan hari itu juga tapi sampai pagi ini belum datang juga padahal motor itu mau Zea pakai. Alhasil dia memesan ojek online melalui aplikasi yang ada diponselnya. Siapa sangka ojek online itu motornya mogok dipertengahan jalan. Tin!!! Tin!!! Suara klakson mobil sedan hitam pekat mengagetkan Zea yang sedang fokus pada ponselnya yang hendak memesan ojek online yang baru untuk melanjutkan perjalanannya. Tin!!! Tin!!! Sekali lagi mobil itu membunyikan klakson mobilnya. Kening Zea sampai menyernyit heran dan dia berusaha melihat siapa didalam mobil itu tapi usahanya sia-sia karena kaca mobil itu dilapisi plastik hitam film yang gelap. Kesabaran Elvan habis karena melihat mahasiswinya yang diam saja disana, akhirnya dia keluar dari mobilnya dan memanggil gadis itu. "Cepat masuk, kalau tidak kamu akan terlambat pelajaran saya." Perintah Elvan pada Zea.  Karena merasa heran melihat pria yang keluar dari mobil adalah Dosen galak bin killernya dan dengan seenaknya sang Dosen menyuruhnya masuk kedalam mobilnya tanpa basa basi, kepala Zea menoleh kekiri dan kekanan mencari orang lain yang di ajak oleh sang Dosen. "Ngapain lihat kiri kanan, saya maksud itu kamu. Emangnya ada orang lain lagi didekat kamu?" ucap Elvan sarkas. "Sa-saya, Pak?" Tanya Zea sambil menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk mengarah kewajahnya. "Iya kamu, siapa lagi. Cepat masuk! Nanti saya telat."  Ingin rasanya Zea melempar kamus bahasa Jepang yang dipegangnya langsung ke wajah dosennya itu, tapi niat itu Zea urungkan karena melihat karisma pria yang berusia tiga puluh lima Tahun itu tampak tampan, garis wajah yang tegas dan berwibawa, kulit putih bersih dengan rambut hitam legam dan mata yang sedikit sipit tajam membuat Zea tidak bisa terlalu lama memandangnya takut dia jatuh cinta pasalnya gadis itu sudah memiliki pacar yang berbeda jurusan dengannya dikampus. Zea sedikit menunduk tidak berani menatap wajah sang Dosen karena jujur Elvan adalah tipe pria idamannya, dia lebih suka tipe pria Jepang dari pada Korea yang menurutnya terlalu manis seperti boys band yang lagi meledak di Indonesia. Pria Jepang lebih terlihat tegas perawakaannya walaupun mereka satu rumpun Asia. "Hai, apa kakak adalah mahasiswi papaku?" Tanya seorang anak laki-laki yang Zea tebak usianya sekitar lima Tahunan itu mengagetkan Zea ketika dia masuk kedalam mobil sedan milik dosennya. Karena tidak berani bersuara Zea hanya tersenyum menjawab pertanyaan anak itu. "Duduk yang benar Yuza, kita harus sedikit ngebut agar kita tidak terlambat." ucap Elvan pada putranya yang duduk disampingnya. Sepanjang jalan Zea terus berfikir, sungguh dia tidak menyangka kalau dosennya itu telah menikah dan memiliki anak. Ayah dan anak sama tampannya pikir Zea. Tapi ada satu yang mengganjal hatinya, kenapa mereka hanya berdua, kemana istri dari dosennya itu, dimana ibu anak itu. Kenapa dia tidak ikut mengantar anaknya sekolah. Beberapa pertanyaan berputar dikepala Zea.  Tanpa dia sadari mobil itu berhenti tepat didepan gerbang sebuah sekolah alam. "Selamat belajar, jagoan. Nanti siang papa jemput kamu." ucap Elvan memberi semangat pada putranya. "Okay, Papa. Hati-hati dijalan. Bye papa ... Bye kakak cantik." Teriak Yuza dari luar mobil sambil melambaikan tangannya. Sontak Zea reflek membalas lambaian tangan anak dosennya itu sambil tersenyum ramah. "Cepat pindah depan sini, saya bukan supir kamu!" singgung Elvan sekaligus menyuruh mahasiswinya pindah tempat duduk kekursi depan tepat disebelahnya. Senyum manis Zea seketika sirna mendengar ucapan sang Dosen. Lalu dia mengikuti perintahnya pindah ke kursi depan. "Sudah mahasiswi tapi kalah sama anak TK." Singgung Elvan lagi membuat kening Zea kembali menyernyit. "Yuza saja bisa pasang sabuk pengaman sendiri, apa harus saya yang pasangkan?" Lanjutnya sambil mengkedikkan dagunya kearah sabuk pengaman mobil yang ada dikursi yang Zea sedang duduki sekarang. Lagi-lagi dia yang kena, hatinya kini bukan hanya kamus bahasa Jepang yang ingin dia lempar kewajah sang dosen tapi dia ingin membalikan mobil itu sekarang juga kalau tidak ingat dia harus segera sampai kampus. Dengan cepat Zea langsung memasang sabuk pengaman itu dengan sedikit kasar menunjukan pada dosennya kalau dia tidak suka disinggung seperti itu. *** "Kamu pulang pergi naik ojek online?" Tanya Elvan sedikit ramah membuka percakapan karena dia tidak suka keheningan didalam mobil membuatnya menjadi ngantuk. "Tidak, Pak. Baru hari ini karena motor saya dipakai abang saya yang mobilnya sedang di service di bengkel." Jawab Zea menjelaskan. "Kamu kuliah naik motor?" Elvan kembali bertanya memastikan ucapan mahasiswinya itu. "Iya, Pak. Kenapa? Saya lebih memilih naik motor dari pada mobil," "Oh, tidak apa-apa." Elvan hanya sedikit heran jika wanita bisa mengendarai motor dan memilih kemana-mana dengan motor dari pada mobil. Obrolan mereka terhenti disana karena mobil Elvan juga berhenti diparkiran khusus untuk dosen yang sudah disiapkan oleh Universitasnya. "Makasih Pak atas tumpangannya." Ucap Zea dengan sedikit menundukan badannya menghormati dosen yang lebih tua darinya. Elvan hanya menganggukan kepalanya lalu pergi berlawanan arah dengan Zea karena pria itu harus mengambil buku-bukunya yang dia tinggal diruangannya. *** "Sayang, kamu dari mana aja? Kenapa lama baru sampai kampus? Dan tadi kenapa bisa barengan sama dosen yang kamu bilang galak bin killer itu?" Tanya Pandu kekasih hati Zea, pria itu protes karena sudah menunggu lama sejak tadi di fakultas sastra seorang diri. "Bang Zio belum balikin motor aku, tadi aku tuh kesini naik ojek online terus motornya mogok. Pas aku mau pesan yang baru malah ketemu sama dosen itu, dia maksa aku ikut katanya biar gak telat kelasnya nanti. Kurang setengah jam lagi, masih lama padahal. Huft!" Keluh Zea pada pacarnya. Sebagai pacar Pandu hanya bisa menghibur hati Zea yang sedang kesal menjadi bahagia. Dengan rayuan gombalnya Pandu mengobral janji-janji palsunya pada Zea. Pertemuan Zea dan Pandu hanya sebentar karena waktu yang Zea miliki sedikit, dia harus segera masuk kelas sebelum dosennya itu datang. *** Untung Zea duluan sampai di kelasnya. Selang beberapa menit Elvan menyusul masuk di belakang Zea. Sebenarnya Elvan dan Zea bersamaan tiba di lantai tiga, bersamaan keluar dari lift hanya berbeda lift. Zea keluar dari lift mahasiswa sedangkan Elvan keluar dari lift khusus dosen. Melihat Zea, pria itu memperlambat langkahnya agar mahasiswinya itu lebih dulu masuk dari pada dia. Sebelum masuk kedalam kelas, Elvan melihat Zea sempat ngobrol serius dengan seseorang berambut pendek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN