***
Author POV. . . .
Nara berjalan gontai dikoridor agak jauh dari tempat bazar, dengan malas dia memperhatikan gadis yang berjalan disampingnya, Sisi, yang sejak tadi setiap kali Nara bicara hanya ditanggapi dengan kata "ya" atau "oh", membuat Nara jengah harus terjebak bersama Sisi.
"Ini toh pacarnya Davi? nggak banget" Ucap seorang gadis dengan lipstick menor mencegat Nara dan Sisi yang sedang berjalan.
Nara menghentikan langkahnya, menatap bingung, ada tiga orang yang sedang menghadang jalannya dan salah satunya ia kenali sebagai si manusia yang hendak menjadi pho diantara hubungannya dengan Davi, Alona
"Yaah ampun Davi buta apa ya? udahlah ni cewek badannya bantet, rambut urakan, gak bisa dandan, iyuuuh lihat kulitnya gak kerawat gitu" ucap gadis lainnya yang memakai pakaian kekurangan bahan. Nara hanya bengong bingung apa yang sedang terjadi, Nara ini tipe orang yang malas melawan orang-orang bermulut rombeng, buang-buang energi.
"itu dia, gue cuma gak habis pikir kenapa Davi macarin bocah dekil ini, ngerusak harga diri gue" Celetuk pedas Alona. bisa Nara lihat wajah dan perilaku gadis bernama Alona ini sungguh sangat berlawanan, wajah bak mailakat mulutnya jelmaan iblis.
Nara masih diam tidak berniat melawan, toh nanti dia tinggal mengadu ke Daviyang pastinya akan membuat Davi semakin ilfeel dengan Alona, curang memang daripada Davi marah padanya karna bertengkar gak jelas.
"Cabe yuk, Cabe yuk, serebuan aja, murah yuk, cabe busuk" tiba-tiba menyeruak suara ala-ala orang yang sedang menjajahkan dagangan Cabainya. sontak mereka semua menoleh kesumber suara. Siska dan Novi yang berjalan cepat menuju mereka.
"apa lagi ni? susah napas gue, kebanyakan bocah dekil" gadis dengan lipstick menor mengibas-ngibaskan tangannya kewajahnya seolah kepanasan.
"Bengek lo? gak sekalian mati aja? tenang entar gue melayat, kasih tau aja kapan rencananya mau mati" celetuk Siska. memang diantara Nara dan Novi, Siska lah yang paling pemberani dan suka melawan jika ada yang nyinyir dengan mereka.
"Apa lo bilang? berani lo sama gue?" si gadis menor memajukan badannya hendak menjambak rambut panjang Siska, secepat kilat Siska menahan tangan gadis itu dan memelintir tangannya.
"Lo mau apa? siapa lo gue harus takut HAAH? mau ni tangan gue patahin?" semua panik alona dan si gadis berpakaian minim berteriak histeris melihat perlakuan Siska dan mencoba menolongnya.
"Awas ya kalo lo pada macam-macam lagi sama temen gue, gue obrak-abrik tu muka bedak dua meter kalian" Siska melepaskan tangan si gadis menor. untunglah koridor sedang sepi karna semua sedang melihat bazar dihalaman.
Nara dan Novi hanya menahan senyum melihat kelakuan Siska yang brutal. walau terlihat sangat feminim Siska ini jago karate.
"Awas ya lo? gue bales lo" teriak frustasi si gadis menor sambil memegangi tangannya yang tadi diplintir Siska.
"what happen ladies-ladies ? ono opo? teriak berisik" instrupsi Rama yang entah datang dari mana.
"Raa...Ramaa" kata-kata Alona sedikit tersendat melihat kedatangan Rama
melihat situsi ini Rama sudah mengerti apa yang terjadi, dia mengehembuskan napasnya pelan "kalian" Rama melihat kearah para gadis yang tadi berseteru "daripada ngerebutin Davi mending ngerebutin gue" Rama mengangguk-ngangguk. Siska menatap sinis
"Apa kabar Davi ya kalau tau ini?" Rama menatap kearah Alona
"menurut pengamatan gue, Nara gak bersuara sedikitpun jadi bisa gue minta penjelasan kenapa kalian bertiga mencegat langkah nona Kinara?" Rama menatap intensif kearah ketiga gadis nyinyir itu. mereka hanya terdiam tidak berani bersuara karna sepertinya Rama sudah lama melihat kelakuan mereka.
Alona dan kedua temannya mendengus kesal dan berjalan pergi tanpa bersuara sama sekali, membuat Siska tersenyum menang.
" lo gak apa-apa?" Rama mengangkat tangan Siska
"Apaan sih" secepat kilat pula Siska menarik tangannya membuat Rama tersenyum jahil.
"Cieee. . . Nara gak ditanyain ni? kan korban disini nara" celetuk Nara melihat perhatian Rama kepada Siska membuat Novi yang sedari tadi diam ikut tersenyum
"haha. . doain aja jodoh" Rama menyunggingkan senyum manis andalannya
"idih" Siska mengedikkan bahunya ngeri, membuat mereka semua tertawa.
***
Davi berjalan beriringan dengan Anwar yang terlihat gelisah, tanpa mereka sadari ada seorang lelaki sedang menguntit mereka.
lelaki itu mengeluarkan hp nya dan mulai menelpon seseorang masih dengan mengkuti Davi dan Anwar yang berjalan ke belakang gedung Akuntansi yang terlihat sepi.
"Lo dimana?" tanyanya cepat begitu sambungannya diangkat.
"...................."
"gawat bos, Arka Davi ketemu sama Anwar" ia terlihat panik
"....................."
"ini gue lagi ngikutin mereka, mereka kebelakang gedung Akuntansi"
"..................."
"oke gue intai mereka" lelaki itu mengendap-endap mengikuti Davi dan Anwar yang kini sudah berdiri saling menghadap. membuat dia merasa tegang apa yang diinginkan Davi?
"Ada yang mau gue tanya sama lo" suara davi terdengar tegas membuat nyali Anwar terasa ciut.
"ada apa kak?" tanyanya takut-takut
Davi mengeluarkan HP dan menatap sebentar layar HPnya. kemudian tersenyum "jangan tegang gitu, gue bukan mau malak lo kok"
anwar tertawa canggung. davi menatap Anwar terdiam sesaat membuat bukan hanya Anwar yang tegang tetapi juga lelaki yang sedang menguntit mereka.
"Lo. . ." Davi terlihat berpikir mencari bahan obrolan. "Lo suka Anime ?" Anwar mengangkat kepalanya yang sedari tadi takut menatap kearah Davi.
"haaah? iya kak" jawabnya bingung, bukan hanya dia yang bingung bahkan lelaki yang menguntit mereka terlihat terperangah.
"One Piece?"
"iya, Gue bahkan punya semua seri komiknya kak." jawabnya masih bingung. apa sebenarnya yang Davi inginkan.
"hardcopy? lo punya volume 1 nya?" Davi terlihat antusias, Anwar mengangguk semangat. walau dia masih bingung.
Davi menjentikkan jarinya "lain kali gue boleh lihat?" Anwar mengangguk lagi mendengar ucapan Davi "minta nomor lo dong. nanti kapan-kapan kita sharing"
walau bingung Anwar mengambil HP yang diulurkan Davi dan memasukkan nomornya.
"thanks, yuk balik cari cewek lo, takutnya diembat orang" Davi tersenyum dan mulai beranjak dari tempat mereka berdiri. Anwar benar-benar kebingungan padahal jelas tadi davi seperti ingin bicara hal serius dengannya.
lelaki penguntit itu mengangkat Hp lagi dan menaruhnya ditelinga, sejak tadi memang ia tidak mematikan HP nya.
"Lo dengerkan? kayaknya gue terlalu berlebihan" katanya saat melihat Davi dan Anwar pergi
"....................."
"oke" Lalu dia mematikan Hpnya dan beranjak pergi.
***
Davi memdang Hpnya melihat kontak bernama Anwar dilayarnya. senyum yang tadi tersungging ramah menghilang begitu ia berpisah dengan Anwar dan berdiri sendirian di tepi koridor memandangi seorang lelaki sedang menelpon dan beranjak menjauh dari tempat dia berdiri tadi.
Davi membawa Anwar kebelakang gedung Akuntansi, sudah banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya, sudah siap menintrogasinya. awalnya dia tidak sadar kalau sebenarnya ada seseorang yang mengikutinya, sampai saat ia membuka hpnya hendak merekam semua pembicaraannya dengan Anwar.
Rafli Raditya Zeroun : hati-hati dikanan lo.
Davi melirik sedikit kearah yang dimaksud Rafli, walau tak terlihat tapi dia tau ada seseorang disana, membuatnya harus memutar otak agar si penguntit tidak tau maksud dia yang sebenarnya. sampai akhirnya ia harus mengurungkan niatnya dan menunda untuk mengintrogasi Anwar. paling tidak dia sudah mendapatkan nomor kontak Anwar
"Gue Seribu langkah didepan lo" ucapnya percaya diri.
***
***
Reno mengeratkan rahangnya ,menggenggam hp nya keras dan menatapnya nanar, dalam hatinya berkecamuk, Marah dan kesal menjadi satu. sampai dia teringat saat pertamakali ia tahu Nara mempunyai pacar.
"Pacaran Mulu lo" Teriak Siska membuat Reno yang berdiri tidak jauh dari mereka menatap tajam kearah suara, dilihatnya Nara sedang berjalan tergesa-gesa menuju parkiran sambil melambaikan tangannya. tanpa pikir panjang Reno mengikutinya.
sampai kemudian Nara menghentikan motornya tidak jauh dari kampus mereka, berhenti didepan rumah kecil yang lebih mirip kos-kosan. Reno celingukan melihat sekeliling, Nara sudah masuk kedalam. dengan sabar dia menunggu sampai dia melihat dua orang lelaki masuk kedalam rumah itu sambil membawa kantong kresek bewarna putih. entah mengapa pikirannya berkata salah satu dari dua orang yang dikenalinya itu mungkin adalah pacar Nara.
Cukup lama Reno menunggu didepan rumah tersebut, Namun, Nara tak kunjung keluar. Akhirnya ia putuskan untuk pergi karna perutnya sendiri sudah mulai berdemo minta diisi. sebelum pergi dia tersenyum miring melihat kearah rumah tersebut, paling tidak dia sudah mendapat petunjuk siapa gerangan pacar Kinara. salah satu dari lelaki itu, pikirnya.
Reno duduk sendirian sambil memakan burgernya sampai lagi-lagi suara yang tidak asing ditelinganya memanggil namanya. matanya sedikit membulat kaget melihat Nara berjalan menuju kearahnya bersama seorang lelaki yang sangat ia hafal wajahnya.
Nara dan lelaki itu duduk dimeja yang sama dengannya.
"Oiya, Kenalin ini , Kak Davi, Pacar gue" Nara tersenyum sumringah, Reno menatap Arka Davi dan Nara bergantian tidak percaya tadi pikirnya mungkin kalau bukan Rafli atau mungkin Rama yang berstatus sebagai pacar Nara, Tapi ini? Arka Davi? orang yang kiranya terlalu jauh untuk seorang Kinara.
Nara pergi memesan makanan meninggalkannya berdua dengan Arka Davi.
"Gak nyangka pacar Nara ternyata lo?" Davi menatap kearah Reno
"gue cuma mau bilang, Selamat, semoga Langgeng" Reno tersenyum sinis membuat Davi menaikkan alisnya bingung.Reno menoleh sebentar melihat kearah Nara yang sedang berdiri mengantri, tanpa menunggu balasan dari Davi, Reno sudah berdiri terlebih dahulu dan meninggalkan Davi.
Reno berjalan keluar kemudian mengambil HP nya, menghubungi seseorang
"gue punya kerjaan buat lo" Katanya saat telponnya tersambung
"Hooy" Reno sedikit tersentak saat sebuah tangan menyentuh bahunya "Melamun lo?" dilihatnya Rexa sedang berdiri disampingnya, menatapnya dengan bingung.
"emm. . . gue jalan dulu ya" Reno terlihat sedikit gelagapan. dan berjalan meninggalkan rexa yang masih terlihat bingung.
"Woooy mau kemana lo? tega ninggalin gue" Rexa sedikit berteriak saat melihat Reno berjalan menjauhinya. Reno hanya melambaikan tangannya.
setelah agak jauh, Reno menatap layar Hp nya mencari sebuah nama dalam kontak HP nya dan menghubunginya.
"Ngumpul, sekarang ditempat biasa" Ucapnya datar.
****
Nara duduk ditangga bersama Siska dan Novi setelah tadi berhasil mempertemukan kembali Sisi dengan Anwar. tadi dia bertanya pada Anwar dimana Davi tapi Anwar sendiri berkata kalau dia tidak tahu, karna tanpa dia sadari dia sudah berjalan sendirian sejak mereka selesai bicara dibelakang gedung Akuntansi.
Nara : dimana?
Read
Nara menunggu sesaat namun tidak kunjung dibalas oleh Davi padahal jelas-jelas sudah di read.
Nara : BALAS WOOOOY!!!
Read
Nara :
balas...
balas...
balassssss....
Kangen. . .
Nara mulai jengah menunggu balasan Davi, dia sudah bersiap akan meneror Davi sampai lelaki itu membalas pesannya.
Prince : Miss U too. . .
Nara tersenyum kecil melihat pesan dari Davi walau dalam hatinya mengumpat sendiri.
Nara : dimana??
Nara kembali menunggu balasan Davi.
Prince : diatas
Nara : diatas mana?
Read
Nara kembali menunggu balasan dari Davi jelas-jelas disana tertulis 'sedang mengetik' tapi pesannya tidak kunjung masuk, sepanjang apa memangnya pesan yang di ketik Davi sampai tanda online di profil Davi berubah menjadi offline.
Nara menggerutu kesal, berbicara tidak jelas dengan HP nya membuat dua sahabatnya yang sedang makan es krim disampingnya menatapnya heran.
"nih, eskrim lo, mulai cair" Siska menyodorkan es krim Nara yang sejak tadi dipegangnya.
"buat Lo aja gak nafsu gue"
"gak ah" Siska menyodorkan eskrim didepan Nara "buat lo aja Nov" Novi yang berada disamping Kiri Nara ikut menolak.
"Gak mau ah, entar beku otak gue" Novi menggelengkan kepalanya, sementara Nara merasa bodo amat, sampai sebuah suara muncul entah dari mana.
"Buat gue aja" katanya membuat mereka bertiga menegakkan kepala dan menoleh kearah suara, dianak tangga paling atas, sedangkan mereka duduk dianak tangga paling bawah.
"kak Davi?" nara tersenyum sumringah melihat Davi sudah duduk anteng entah sejak kapan disana.
"laah. . . kakak sejak kapan disitu?" Nara berdiri dari duduknya
"hmm. . . sejak sesorang marah-marah karna chatnya cuma di Read " Davi tersenyum jahil, dan berjalan menuruni tangga.
"sengaja ya? " Nara memanyunkan bibirnya membuat Davi tertawa.
"ya udah sini eskrimnya" Davi mengambil eskrim dari tangan Siska membuat gadis itu diam membisu, dalam hatinya ia masih sangat menyukai Davi walaupun sudah pernah ditolak tidak bisa dipungkiri pesona Davi memang sangat dahsyat.
"Gue pinjam Naranya dulu" davi meraih tangan Nara dan menaruhnya dilengannya
Novi dan Siska hanya mengangguk kecil tanpa bersuara.
Davi membuka eskrim cup yang nyaris mencair, mencicipinya sedikit lalu memaksa Nara untuk membuka mulutnya.
"Aaaaaa" Davi sedikit membuka mulutnya agar Nara ikut membuka mulut saat Davi menyodorkan sesendok kecil eskrim kepadanya. Nara memakannya sampai sesaat kemudian wajahnya memerah, dia berbagi sendok eskrim dengan Davi.
"kak malu" Nara mendongak melihat davi yang sudah siap menyuapinya lagi, dahi menaikkan alisnya dari tatapan matanya Nara tau davi tidak mau ditolak, membuat Nara mau tidak mau menurutinya.
"takut dinyinyirin lagi" Ucapnya saat Nara menengok kesekelilingnya banyak mata yang memperhatikan mereka, davi masih terlihat cuek.
"kan udah kakak bilang kalau ada yang jahatin adek, ngadu aja sama kakak, jangan bertindak sendiri" Davi membuang cup eskrim yang sudah kosong kedalam tong sampah, kemudian mengelus lembut rambut Nara.
"kakak Ahhhh. . . tangannya bekas eskrim, lengket" Nara protes saat dia rasa agak lengket dirambutnya setelah davi mengusap kepalanya. Davi tertawa melihat nara memajukan bibirnya kesal.
mereka berdiri didepan sebuah ruangan bertuliskan 'R. BEM' Nara celingukan melihat sekelilingnya, tanpa sadar Davi menggiringnya ke Ruang BEM yang bahkan tidak pernah dikunjungi Nara setelah masa Ospek dulu.
"Ngapain kesini kak?" tanya Nara saat mengikuti Davi masuk, dilihatnya tidak ada siapapun didalam ruangan itu.
davi mengajak Nara duduk diatas karpet Hijau dipojokan tempat biasa Davi numpang tidur, membuat gadis itu duduk dan menyelonjorkan kakinya.
"kakak mau istirahat capek" tadinya Nara pikir Davi akan menyender dibahunya namun apa yang dipikirkannya bahkan lebih gila, membuat wajahnya memerah dan jantungnya berdetak tak karuan, davi membaringkan kepalanya di pangkuan Nara, dan menghadapkan kepalanya keperut Nara, membuat gadis itu menahan Nafasnya dan merasa membeku.
"Nafas nanti pingsan" Davi menutup matanya sambil tersenyum kecil membuat Nara merasa malu.
"kak"
"hmmm"
"gak pa-pa ni? nanti ada yang datang" ucap Nara takut
"terus?"
"maluuu"
"sejak kapan adekku ini malu-malu" Davi menyubit kecil pipi Nara membuat gadis itu tambah membatu, tidak biasanya Davi manja seperti ini.
"kakak mau tidur jangan ganggu" Davi menutup matanya, membiarkan kesadarannya menghilang.
nara bingung sekarang apa yang harus dilakukannya, bagaimana jika seseorang masuk dan melihat mereka, ini benar-benar sangat memalukan namun terasa romantis pikirnya.
Benar saja tidak sampai 10 menit Davi tertidur 3 orang masuk kedalam ruangan tersebut dan terlihat kaget melihat Nara yang duduk tegang dengan seorang lelaki yang kepalanya ada dipangkuannya, bisa mereka kenali itu Arka Davi.
"Molor?" rafli masuk dan langsung duduk didepan meja disudut ruangan menaruh beberapa berkas diatasnya. Nara mengangguk kecil, bisa dia kenali 2 dari 3 orang yang masuk saat ini, Rafli, Alona dan seorang pria lainnya yang Nara tidak kenali. Alona menatapnya sinis, membuat Nara memutar bola matanya jengah.
seorang lelaki yang tak nara kenali itu berjongkok tidak jauh darinya "Sorry" katanya membuat nara menatap bingung.
"ini pelakunya" Ucap rafli tanpa melihat kearah Nara dan fokus pada berkas diatas meja, sementara Alona hanya berdiri mematung memancarkan aura tidak suka.
Nara mengangguk kecil "Nggak apa-apa kok, toh hubungan kami baik-baik saja" nara sedikit melirik kearah Alona yang sudah duduk disamping rafli.
"gue pikir Davi gak punya cewek, sorry banget, oiya gue Nazar" lelaki bernama Nazar itu mengulurkan tangannya kemudian Nara membalasnya dan menyebut namanya "Nara" mereka berbicara sedikit berbisik takut mengganggu Davi.
"untung aja, tadinya gue udah ada firasat bakal babak belur" Nara menatap bingung kearah Nazar, tidak mengerti. membuat Nazar melanjutkan kalimatnya "lo gak lihat gimana marahnya Davi pas tau kalau gue ngupload foto dia, baru pertama kali gue lihat dia ngamuk kayak gitu" Nazar mengangguk-ngangguk kecil.
Nara hanya tersenyum menanggapi ucapan Nazar, pantas saja davi saat itu seperti menahan emosi saat menjemputnya dikelas.
"sekali lagi sorry banget ya, kapok gue ngelihat Davi marah"
"Davi jinaknya cuma sama Nara" Ucap Rafli tanpa menoleh kearah mereka membuat Alona menatap Rafli tidak suka, jangan tanya karna Rafli jauh lebih tidak suka dengan Alona, menurutnya gadis itu adalah orang munafik karna itu dia selalu berbicara ketus dengan Alona.
Nazar tertawa kecil "Asiiknya yang kasmaran" Nara tersenyum malu mendengar ucapan Nazar.
Nara menunduk melihat kearah Davi yang sedang tertidur pulas. dia tau Davi sangat menyayanginya. entah apa penyebabnya sehingga Davi bisa menyukainya, Namun dia bersyukur diantara semua gadis cantik diluaran sana Davi memilihnya, walau mereka tidak tau apa yang akan terjadi berikutnya.
***