Hari H dan Malam Pertama

1481 Kata
Seminggu sebelum hari H satu persatu paketan seserahan datang ke rumah untuk dihias dan di titipkan di tetangga agar nantinya jika keluarga Ali datang hanya tinggal mengestafet saja ke keluarganya. Memudahkan dan tidak merepotkan harus membawa banyak barang dari Tegal. Satu persatu seserahan saya bungkus dan hias secantik mungkin agar terlihat bagus dan layak untuk dilihat. Ada rasa puas sendiri saat menyelesaikan semuanya tepat waktu dan menjadi indah. Bunda hanya tersenyum tiap kali anak bungsunya itu tersenyum bahagia setiap mendapatkan kepuasan dengan kecantikan hiasan seserahan tersebut. Beberapa malam sebelum pernikahan, mereka semua lebih sering untuk berkumpul bersama. Kak Anjani memandang dan memperhatikan wajah adik bungsunya dengan sangat lekat, ia merasa wajah adiknya itu sangat kusam dan lecek layaknya pakaian yang belum di setrika. "Mita! Kenapa wajahmu kusam seperti itu, sih!" tegur Kak Anjani. "Mita 'kan enggak dirumah saja, Kak. Kerja, mengurus semua keperluan pernikahan juga sendiri. Kakak dan Mas Rizky sibuk apalagi dalam beberapa waktu belakangan ini Kakak pulang ke kampung Mas Rizky, jadi aku dibantu siapa? Bunda? Aku enggak tega jika harus melibatkan Bunda untuk sebuah kepusingan." "Ya 'kan bisa meminta tolong teman-teman kampusmu." "Kak, jika aku bisa mengerjakannya sendiri maka akan kukerjakan sendiri. Itu lebih baik daripada harus berharap pada orang lain, selesainya lama, kesel iya, ujungnya ngedumel. Aku tak ingin seperti itu, Kak. Jadi ya lebih aman menyelesaikan semuanya sendiri." "Ya sudahlah, terserah apa katamu. Besok Kakak panggilkan tukang pijat langganan, agar fresh dan ada sedikit perawatan yang akan kamu jalani." "Terbaik emang Kak Anjani, sangat luar biasa, i love you, Kak." "Love you too adik bungsu yang menyebalkan." Sikap Kak Anjani memang kadang menyebalkan, tapi sungguh itu adalah caranya untuk menunjukkan rasa sayang. Di setiap omelan dan perkataannya yang kadang menyebalkan tersimpan kasih sayang yang luar biasa. Kak Anjani seringkali kesal dengan kelakuan adiknya yang terlihat sangat tomboy sekali. Ia sebenarnya gadis yang cantik dan manis, namun cara berpakaiannya masih belum bisa baik. Kadang gadis kecil itu juga masih sering memakai celana jeans. Itu yang sering kali membuat Kak Anjani kesal, pernah suatu kali ia marah besar dan hampir membakar semua celana jeans yang Mita punya. Namun semua itu diurungkan dan hanya dipakai sesekali saat tak ada Kak Anjani saja. *** Mita dan Ali masih sering berkomunikasi, karena dalam sebuah hubungan itu komunikasi adalah hal yang paling terpenting. Banyak sekali yang diobrolkan via telepon mengenai semua persiapan pernikahan. Menjelang hari H perasaan Mita semakin tak menentu. Gunda gulana, bahagia, sedih, senyum-senyum sendiri dan masih banyak lagi yang dirasakan menjelang hari H. Terlebih lagi, sikap Ali yang semakin hari semakin mesra, ia selalu mengucapkan kata cinta dan sayang setiap kali bertelepon ria, yang tidak pernah terlewatkan saat ditelepon adalah kata rindu. Ia terlalu sering mengucapkan kata rindu, Mita merasa berbunga hatinya dan tersipu malu akan semua rayuan manja dari Ali. Baru kali ini, Mita dirayu hingga sedemikian rupa, entahlah itu benar-benar dari lubuk hatinya yang paling dalam atau hanya bualan semata. Mita tak memikirkan itu semua, yang jelas saat ini ia merasakan kebahagiaan luar biasa. Hari yang sangat ditunggu-tunggu tiba, hari dimana sebuah momen sakral akan terjadi kembali di keluarga Sasongko. Bahagia, sedih, haru bercampur jadi satu, karena momen bahagia ini tidak dihadiri oleh salah satu anggota keluarga yang benar-benar sangat penting. Hari pernikahan tiba, semua orang sudah duduk manis dan khusu di luar menunggu momen yang paling ditunggu. Ijab diucapkan dengan bahasa arab dan akan disaksikan oleh wali, saksi, teman, kerabat dan juga para malaikat yang ikut hadir di acara tersebut. Prosesi akad nikah di pisah, pengantin laki-laki terlebih dahulu mengucapkan ijab lalu setelah sah, pengantin perempuan keluar untuk tanda tangan. Beberapa saat kemudian, Ali mengucapkan ijab, mulai saat itulah dunia Mita dengan segala sesuatu kesendirian runtuh dan berganti dengan status yang baru. Tangisnya pecah, tergugu dan sangat memilukan, gadis itu menangis sejadi-jadinya karena di hari bahagianya tidak diwalikan oleh Ayah kandungnya sendiri. Harapan terbesarnya selama hidup adalah menikah dan diwalikan oleh sang Ayah. Namun, takdir berkata lain, Ayahnya pergi sebelum ia melaksanakan pernikahan. Setelah selesai akad, Mita dipanggil dan digandeng keluar kamar untuk penandatanganan buku nikah. Saat ia melangkahkan kaki keluar, matanya seakan mencari sesuatu, matanya melihat ke setiap sudut ruangan untuk mencari Emak Juleha-Mertuanya- tetapi ternyata beliau tak datang. Hancur rasanya ketika menikah orang tua lelakinya tak datang. Mengapa Emak tak datang? Apakah tidak setuju dengan pernikahan ini? Atau sibuk dengan pekerjaan? Tetapi, apakah tak bisa beliau berhenti dulu bekerja untuk menghadiri acara pernikahan anaknya? Sedih sekali rasanya, keluarga Ali yang datang hanya kakak dan kakak iparnya saja, ucap Mita dalam hati. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ada masalah hingga Emak sampai segitunya tak ingin meninggalkan pekerjaannya? Ya Allah mengapa dadaku terasa sesak sekali mengetahui mertuaku tak datang, Ya Allah tenangkan hati dan pikiranku agar tetap bisa tersenyum menyambut kebahagiaan luar biasa ini, batin Mita. Setelah selesai penandatanganan, tangan kiri Ali memegang pundak dan tangan kanannya memegang kepala, tepatnya di ubun-ubun ia mendoakan Mita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Kemudian kening Mita di kecup dan ditiup seraya mentransfer apa yang sudah suaminya doakan. "Gadis kecil, kau sangat cantik sekali," bisik suaminya di telinga Mita yang terdengar sangat merdu sekali. "Love you," ucapnya. Untuk yang pertama kalinya Ali mengucapkan kata cinta pada Mita dan membuat gadis itu tersipu malu kali ulah Ali. Seketika senyumnya merekah saat di ucapkan kata cinta oleh Ali. Senyum bahagia terpancar dari semua orang, mereka benar-benar merasakan kebahagiaan. Mata Mita berbinar menunjukkan kebahagiaan yang luar biasa. "Mas," panggilan Mita yang pertama kali pada suaminya. "Iya kenapa, Dik?" "Kenapa Emak enggak datang?" Pertanyaan Mita berhasil membuat Ali terdiam mematung tak bergeming. Ia seakan tak ingin menjawab pertanyaan Mita yang sekarang ini sudah menjadi istrinya. Keluarga Sasongko sebenarnya merasa bingung aneh dan heran, terutama Mas Rizky. Dia benar-benar merasa tak habis pikir bagaimana bisa Emak Juleha tak hadir dalam pernikahan anaknya itu, dimana-mana orang tua pasti akan sangat bahagia menghadiri acara pernikahan anaknya tapi ini aneh sekali. Keluarga Sasongko menutupi keheranannya dan tetap tersenyum bahagia agar tidak merusak suasana bahagia. Entah ini adalah suatu firasat atau memang pernikahan ini tak direncanakan matang-matang, sebab baru setengah hari acara pernikahan tiba-tiba hujan angin dan sangat lebat sekali. Keluarga merasa bingung mengapa alam seakan tak berpihak pada acara pernikahan ini. Setelah Kak Anjani mengingat-ingat ternyata hari ini adalah bertepatan dengan tahun baru imlek, maka dari itu hujan lagi sangat lebatnya. Langit seakan mengerti perasaan Mita saat ini yang sedang sedih dan gundah gulana. Awan gelap menghitam, rintikan hujan masih juga belum berhenti justru semakin deras saja. Ya sudah mereka mencoba menikmati saja suasana yang seperti ini karena tak bisa dicegah. *** Acara telah selesai, malam pun tiba. Hati Mita dag dig dug tak karuan, karena biasanya ia tidur sendirian tetapi sekarang ada lelaki lain yang adalah suaminya namun belum ia kenal lebih jauh. Itu rasanya membuat hati galau tak karuan, bingung harus melakukan apa karena rasanya canggung dan malu sekali. Mita merasa tak betah menggunakan baju pengantin yang super duper ribet itu, ia beranjak dan akan melepasnya. "Dik, biarkan saja dulu. Mas masih ingin memandangmu," ucapnya membuat pipi Mita merah merona. Ali terus memandang Mita seakan pandangannya itu tak ingin lepas dari wajah istrinya. Lalu, tiba-tiba ia memeluk mesra Mita membuat gadis itu terkejut karena baru pertama kalinya ia di peluk oleh lelaki yang ternyata sekarang adalah suaminya hehe. Lucu sekali kejadian ini, karena mereka berdua benar-benar kaku satu sama lainnya. Ali mencium Mita perlahan, bibir mereka saling bertautan satu sama lainnya, tangan Ali mulai meraba setiap inci lekuk tubuh Mita membuat istrinya terbuai akan sebuah permainan yang baru saja ia rasakan. Tubuhnya mendadak panas dan perasaannya tak karuan, ada sebuah gejolak seakan meminta lebih namun Ali tak juga melanjutkan permainannya. Mita merasa ada sesuatu yang aneh namun terasa nikmat. Ali kembali memeluk dan menautkan bibirnya pada bibir mungil Mita. Bibir mungil itu di gigit manja membuat Mita menggelinjang tak karuan. "Malam pertamanya nanti saja ya, Dik. Malu, masih banyak orang yang berlalu lalang di depan kamar kita, lagian masih capek juga 'kan," bisiknya ditelinga Mita. Membuat gadis itu memejamkan matanya namun merasa kecewa. Ia kecewa karena merasa tak ada perlakuan lebih dari suaminya. Namun ia hanya sanggup mengangguk patuh dan segera melepas pakaian, membersihkan diri lalu pergi untuk beristirahat tidur. Ali sudah terlelap tidur, Mita masih belum juga bisa tidur, ia menatap langit-langit dan menerawang jauh. Mulai membayangkan apa yang terjadi jika tadi melanjutkan permainan yang lebih, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya malu. Rona merah di pipinya seperti tomat yang sudah matang. Ia menengok ke arah sebelah, memandang lebih dekat lelaki yang saat ini menjadi suaminya. Gejolak cinta dalam tubuhnya seakan meminta perlakuan lebih namun keadaan tak berpihak padanya. Ia harus menelan harapan kosong malam pertama, tangannya mulai bergerak dan ingin membelai wajah suaminya namun ia urungkan karena takut mengganggu tidur suaminya. Setelah sekian lama diam tak bergeming, ia mencoba memejamkan matanya walaupun susah dan berusaha untuk tidur pulas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN