Banyak sekali yang mereka obrolkan, Ali mulai bercerita bahwa nantinya saat Mita ikut ke daerah pondok harus bisa berpakaian menggunakan gamis lebar dan cadar karena memang lingkungan disana benar-benar agamis. Mita mengangguk paham dan mengerti dengan lingkungan seperti itu, hingga membuatnya berpikiran bahwa nanti harus membeli gamis yang bercadar. Lalu, tiba-tiba terbesit pikiran yang mengganggunya sejak dua hari kemarin saat hari pernikahan mereka.
"Mas, bolehkan Mita bertanya?"
"Boleh sayang, ingin bertanya apa?"
"Apakah nanti akan ada acara ngunduh mantu di Tegal? Atau mungkin di Bogor?" Pertanyaan Mita membuat Ali terdiam dan bingung harus menjawab apa dan bagaimana.
"Tidak ada," balasnya menunduk sedih. Mita bisa melihat kesedihan dari mata suaminya itu.
"Mas kenapa?"
Ali menggenggam tangan istrinya dan tiba-tiba bulir air mata jatuh membasahi pipinya, tubuhnya bergetar dan ia menangis tergugu. Mita terkejut melihat Ali menangis seperti anak kecil begitu, rasanya ingin ketawa namun ia menahan agar tak menyakiti hati suaminya itu.
"Sebenarnya, aku berantem hebat sama Emak di saat malam menjelang pernikahan kita," ucapnya di sela-sela tangisnya itu.
"Apakah Emak tidak setuju dengan pernikahan kita, Mas?"
"Bukan sayang, bukan seperti itu. Emak setuju, bahkan sangat setuju dengan pernikahan kita."
"Lalu kenapa?"
"Emak tersinggung karena tidak di ikut sertakan dalam acara kita. Padahal, aku hanya tak ingin Emak banyak pikiran dan lelah, tetapi salah paham dengan semuanya," ucapnya dengan tangis makin menjadi.
"Mungkin Emak salah paham dengan apa yang Mas sampaikan. Dan membuat Emak sakit hati atas ucapan Mas. Sungguh, Mas tak punya maksud untuk menyakiti hatinya, tetapi Emak benar-benar salah paham," isaknya di sela-sela tangis. Ia menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil. Lucu saat melihatnya menangis seperti itu, lagi-lagi ada perasaan ini tertawa namun ditahan semaksimal mungkin agar ia tak tersinggung.
"Sudahlah Mas, ini hanya kesalahpahaman biasa, tenang ya. Semua akan baik-baik saja," hibur Mita pada suaminya.
"Tidak Dik, ini salah Mas. Benar-benar salah, sungguh Mas sangat menyesal sekali. Ini murni kesalahan Mas, ya Allah merasa sangat menyesal sekali," ucapnya frustasi. Mita menatap lekat lelaki dihadapannya itu, ia pandangi dengan seksama, lelaki itu benar-benar menyesal dan sorot matanya menjawab semuanya.
"Sudah Mas tenang. Nanti kita temui Emak ya, minta maaf sama beliau," jawab Mita mengelus mesra punggung suaminya.
"Mas takut, Dik."
"Apa yang Mas takutkan?"
"Mas takut Emak tidak mau memaafkan. Mas benar-benar menjadi anak durhaka, Dik."
"Ya Allah Mas, jangan bicara seperti itu, sayang."
"Senakal-nakalnya anak, yang namanya orang tua itu pasti akan memaafkan anaknya. Tidak ada orang tua yang akan memakan anaknya sendiri apalagi seorang Ibu, Mas," ucap Mita menenangkan. Ali langsung memeluknya dan menangis dipelukan Mita. Gadis itu merasakan getaran luar biasa dari tubuhnya, suaminya benar-benar menangis tergugu seakan mempunyai kesalahan besar sekali.
Jangan berpikiran bahwa pengantin baru akan selalu bermesraan dan penyatuan setiap malam seperti pengantin baru lainnya yang hidup ada manis-manisnya gitu kayak salah satu merk air mineral. Hidup Mita berbeda dan ini adalah awal dimana ia harus menyelesaikan satu persatu masalah yang ada di keluarga Imam Hamdali-suaminya- dan masalah pertama yang harus diselesaikan adalah masalah kesalahpahaman antara Ali dan Emak.
Mita mulai memikirkan bagaimana cara meminta maaf pada Emaknya. Awal Mita akan mengalami permasalahan seperti tersangkut benang yang kusut dan sangat rumit, mau tidak mau harus meluruskan satu persatu terlebih dahulu benang yang kusut tersebut. Ia menarik nafasnya panjang, menatap langit-langit yang menurutnya saat ini lebih enak dan indah untuk dipandang sambil memikirkan sesuatu yang entah mana lebih dulu harus dipikirkan. Pandangannya beralih ke lelaki di sampingnya, ia memandang lekat wajah suaminya yang sudah terlelap tidur pulas karena kecapean menangis tadi.
Ali terlelap dengan sangat lucu pasalnya lelaki itu memeluk Mita dengan sangat erat seakan takut apabila jika ditinggalkan oleh wanita itu. Mita menarik nafas panjangnya berkali-kali, tiba-tiba ia teringat dengan Ayahnya dan berandai-andai jika ayahnya masih hidup, ia pasti akan bercerita dan meminta solusi pada Ayah sebab beliau mengerti betul sikap dan sifat keluarga Emak Juleha. Dengan keyakinan hati dan niat, Mita yakin bahwa dirinya akan bisa menyelesaikan masalah yang akan dihadapi di depan.
Bismillah, aku pasti bisa meluruskan kembali benang yang kusut ini. Ayah, tenangkan aku dan bantu dengan doamu dari atas sana. Aku menyayangimu, Ayah.
Mita mulai memejamkan matanya, mencoba tertidur agar esok pagi lebih segar. Sebab, esok pagi ia harus kembali berangkat mengajar, masa cutinya sudah habis dan sudah harus kembali lagi ke sekolah.
***
Adzan subuh berkumandang, sepasang suami istri bangun dari tidurnya yang lelap, mereka segera mandi dan melaksanakan kewajiban sholat subuhnya. Burung berkicauan satu sama lainnya saling sahut menyahut. Mita membereskan kamar tidurnya, membuka pintu jendela balkonnya dan menghirup dalam-dalam udara pagi hari yang begitu sangat segar sekali. Wanita itu merentangkan kedua tangannya menikmati udara pagi dan menanamkan pikiran positif bahwa hari ini akan lebih baik dari sebelumnya.
Ya Allah sungguh nikmat sekali pagi yang Kau berikan, terimakasih atas tidur lelap yang membuat pikiranku sedikit tenang. Semoga, hari ini lebih baik dari hari kemarin dan keberkahan menyelimuti diri dan menghujani kehidupan kami berdua. Ya Allah izinkan aku untuk bisa menyelesaikan satu persatu masalah yang sudah menunggu di depan dan selalu bantu aku dengan pikiran yang positif juga hati yang tenang.
Mita sedang asik berbicara dalam hati sambil menghirup udara segar, tiba-tiba ada sebuah lengan kekar yang memeluknya dari belakang dan menghirup dalam-dalam aroma leher Mita yang menurutnya sangat membuat candu. Mita membuka matanya, ia terkejut tiba-tiba ada yang memeluk namun seketika seulas senyum tertarik dari bibir mungilnya, rasa bahagia mendera hatinya dan merasa sangat dicinta. Mita membalikkan tubuhnya dan suaminya langsung mengecup mesra kening wanita itu.
Mita segera prepare untuk berangkat sekolah, kali ini tidak seperti biasanya sebab berangkat sekolah diantar oleh suami. Ada rasa canggung, malu dan bahagia yang menyelimuti diri. Canggung sebab sebelumnya Mita tidak pernah dekat ataupun bersama lelaki lain. Malu sebab ini pertama kalinya ia berangkat bersama lelaki yang sudah menjadi suaminya. Bahagia sebab akhirnya ia bisa merasakan seperti teman-temannya yang berangkat kerja bersama suami. Setelah prepare, mereka sarapan bersama dan disana sudah ditunggu oleh Bunda beserta Kak Anjani dan Mas Rizky.
"Sudah habis masa cutinya, Dik?"
"Iya Kak. Enggak banyak ambil cuti kemarin, Adik hari ini berangkat rencananya juga akan minta cuti lagi," ucapnya tersenyum, rona bahagia terpancar dari pasangan suami istri baru itu.
"Mau kemana, Nak?"
"Ke Bogor Bun, honeymoon kata Mas Ali," ucapnya malu-malu.
"Hoalah Adik kecil Kakak sudah mulai beranjak dewasa rupanya mengerti honeymoon," ledek Kak Anjani.
"Masa masih kecil aja sih, Mih. Mamih ini ada-ada saja," timpal suaminya.
"Kemarin-kemarin Adik kita ini 'kan masih kecil, Pih," balasnya terkekeh.
"Sekarang, ternyata sudah mulai dewasa," lanjutnya, Bunda ikut terkekeh atas ucapan Kak Anjani. Mita hanya memanyunkan bibirnya saja, ia merasa bete pagi hari.
"Mamih ya iihh, suka menyebalkan alias rese banget. Mita cubit ni," sanggah Mita gemas.
"Sudah-sudah, kita sarapan dulu. Nanti kau terlambat berangkat ke sekolah, Nak."
Mereka semua sarapan dengan perasaan penuh bahagia, walaupun personil dalam keluarga Sasongko ada yang kurang namun mereka berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan bahagia. Selesai sarapan, mereka semua kembali ke aktivitasnya masing-masing. Mita sudah bersiap untuk di antar oleh suaminya. Di perjalanan ke sekolah tak ada banyak obrolan, justru mereka lebih banyak diam dengan pikirannya masing-masing, Mita sedang memikirkan apa jawaban yang akan ia timpal saat teman-teman kantornya mulai jahil. Sesampainya di sekolah, Mita hampir lupa dan nyelonong saja masuk namun lengannya di cekal oleh Ali.
"Adik lupa berangkat sama suami?"
"Astaghfiraallah, maaf Mas. Belum terbiasa."
"Adik pikir Mas tukang ojeg?" tanyanya terkekeh.
"Eh? Ya Allah Mas, enggak begitu. Maaf belum terbiasa," balas Mita menunduk.
"Enggak pa-pa sayang. Mas hanya bercanda," balasnya. Mita langsung salim dan berpamitan masuk ke dalam sekolah. Ali kembali pulang ke rumah.