“Ziva!” Maryam memanggil saat Ziva sudah berada di ambang pintu mengikuti Ammar. Langkah Ziva terhenti kemudian berbalik mendekati ibunya. “Ya, Ma?” Ziva menatap ibunya ragu-ragu. “Apa kamu memiliki perasaan yang sama terhadap Ammar?” Pertanyaan itu membuat Ziva tercekat dan malah terdiam. Belum pernah ia membicarakan hal seprivat ini pada ibunya, terlebih mengenai laki-laki. Canggung sekali ia jadinya. “Tanpa kamu menjawab, Mama tahu kamu menyukai Ammar,” ucap Maryam penuh keyakinan. Ibu mana yang tidak bisa membaca hati anaknya? Dari tatapan Ziva ke Ammar dan sebaliknya, ia bisa menangkap dengan jelas apa yang tersembunyi di hati putrinya. “Ziva, Mama nggak akan melarangmu bersilaturahmi dengan laki-laki, itu sudah menjadi hakmu di usiamu sekarang. Tapi kalau bisa, selesaikan dul