Pengaduan Pahit

1001 Kata

Ziva bertemu Dalman saat melintasi teras. Pria bertopi itu menatap wajah sembab Ziva yang masih dilelehi air mata. Meski tanpa penjelasan, Dalman sudah tahu apa yang sebenarnya telah terjadi saat manik matanya sekilas menatap tas besar yang ditenteng oleh tangan kecil Ziva, tas yang dulu Dalman tenteng saat Ziva memasuki rumah itu. Ia yakin penyebab tangisan Ziva tak lain adalah makian pedas Prity. “Neng, ini untuk pegangan di jalan. Semoga bermanfaat.” Dalman menyerahkan beberapa lembar uang yang baru saja ia rogoh dari kantong celananya dengan tatapan prihatin. Masyaa Allah… Tanpa sadar batin Ziva bergumam salut pada pria itu. Sudah sangat buruk perlakuan Ziva selama dulu menjadi tetangga Dalman, namun lihatlah apa balasan Dalman terhadapnya, semua tentang kemuliaan. “Makasih, O

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN