Ketika masuk ruangan Ezra sudah ada 3 anak sedang diberi pengarahan oleh Ezra membuatku hanya bisa diam lalu Ezra menyuruhku duduk di sebelahnya melalui kode mata dan bahasa tubuhnya karena hanya di situ tempat yang kosong dan bisa aku tempati. Tidak berselang lama Ezra setelah aku duduk langsung mengakhiri pembicaraan dengan mereka, aku hanya diam karena memang belum tahu terlalu banyak mengenai kondisi pabrik dan aku orang baru pertama kali masuk hari ini.
"Kita tunggu Pak Taufik ya" ucap Ezra dan aku hanya bisa mengangguk mendengar perkataan Ezra tersebut.
"Saya belum melihat Pak Yudi" ucapku menghilangkan keheningan menatap Ezra yang tampak sibuk.
"Pak Yudi keluar sama GM ketemu sama orang yang menawarkan mesin" kata Ezra "tadi sudah bertemu dengan Ella?" aku mengangguk “bagus karena kalau tidak ada aku maka Ella yang mengurus semuanya” aku mengangguk sekali lagi “asli mana?”
Aku menatap bingung namun aku segera menjawabnya "sini, pak" membuat Ezra menatapku bingung tapi hanya bisa diam dan mengangguk paham.
Selanjutnya Ezra menanyakan mengenai latar belakangku, Ezra juga bercerita bagaimana di sini sampai akhirnya dia bertahan dengan posisi saat ini dan aku hanya bisa mendengarkan. Tidak berapa lama orang dari pihak outsourcing yang bernama Taufik datang menurut info dari satpam dan langsung di bawa ke ruangan Ezra ini.
"Terlambat ya?" tanya Taufik "maaf" lalu pandangannya ke arahku.
"Gak kita lagi diskusi saja" jawab Ezra yang langsung mengenalkan kami karena tatapan Taufik seolah ingin tahu mengenai diriku.
Selanjutnya pembicaraan di d******i oleh mereka berdua sedangkan aku hanya mengamati, aku mencoba membaca karakter mereka berdua. Ezra mengeluhkan karyawan yang keluar masuk serta peraturan baru bagi karyawan produksi yang dikeluarkan perusahaan membuat karyawan tidak betah berada di sini. Ezra tampak serius namun santai ketika berbicara dan tidak terpancing emosi walaupun Taufik terkadang emosi bila tidak sesuai dengan anak-anak di bawah pengawasannya. Aku tidak menyalahkan Taufik karena bagaimana pun menginginkan kebaikan bagi anaknya hanya saja mengenai perusahaan aku sendiri belum terlalu paham di hari pertama kerja ini.
"Bagaimana pendapat kamu tadi?" tanya Ezra ketika Taufik keluar dari ruangan sambil menatapku.
"Kalau saya seharusnya dari pihak Pak Taufik ada aturan mengenai karyawan bukan hanya asal memberikan" jawabku "seakan-akan Pak Taufik lepas tanggung jawab apabila ada yang keluar lalu menyalahkan perusahaan"
"Lalu seharusnya?" tanya Ezra menatapku tajam.
"Pak Taufik memberikan pembekalan kepada anak-anak setidaknya apa akibat yang diterima apabila resign mendadak atau tindakan apa yang dilakukan pihak Pak Taufik apabila itu terjadi" jawabku "tapi ini pemahaman saya maaf kalau salah, pak" Ezra mengangguk “tapi saya tidak menyalahkan Pak Taufik atas karena bagaimana pun perusahaan harus memberikan hal terbaik bagi karyawannya agar tidak keluar masuk seperti ini karena ketika ada karyawan baru secara otomatis akan membuat waktu untuk mengajarinya” lanjutku sambil menatap Ezra dengan takut karena memberikan pendapat yang tidak seharusnya dilakukan pada hari pertama bekerja.
"Ok" kata Ezra sambil tersenyum "kita makan siang sudah waktunya istirahat" Ezra merapikan berkas yang ada di mejanya.
Aku langsung berdiri "kalau begitu permisi, pak" menatapku dengan terkejut entah karena apa.
"Mau ke mana?" tanya Ezra sebelum aku melangkah "kita ke kantin bersama berkumpul dengan anak-anak produksi agar kamu tahu bagaimana mereka"
Mau tidak mau aku mengikuti Ezra menuju kantin karena tadi aku sudah mengeluarkan alasan agar kami tidak bersama ke kantin dan dengan tatapan tajamnya aku hanya bisa diam, di dalam sudah penuh karyawan yang makan siang di mana kebanyakan adalah orang-orang produksi berdasarkan cerita Ezra sedangkan aku hanya diam mendengarkan.
"Orang-orang staf jarang makan di sini kebanyakan minta OB untuk beli dan makan di ruangan" jelas Ezra "kecuali orang-orang HRD kalau gak sibuk pasti kesini" sambung Ezra ketika menatap sekitar “kantin ini memang untuk karyawan jadi tenang saja kita gak perlu mengeluarkan uang” aku mengangguk paham.
"Makan di sini?" tanya Wisnu yang ikut bergabung" gimana tadi?" sambil menatapku.
"Udah kelar urusan?" tanya Ezra mengalihkan "tumben makan di sini?"
"Mana ada urusan kelar aneh-aneh kamu, males makan di luar abis makan ini keluar urus aset perusahaan" jawab Wisnu "gimana tadi? diapain sama Ezra?" mengalihkan pandangan ke arahku.
"Asem kaya bakal aku apa-apain anak orang" omel Ezra sebelum aku sempat menjawab “tanya dia pasti jawab baik tentang gue” Wisnu mencibir perkataan Ezra.
"Gak ngapa-ngapain cuman mengamati Pak Ezra dan Pak Taufik" jawabku menghentikan tindakan tidak masuk akal mereka berdua apalagi ini di kantin yang banyak anak di dalamnya apalagi aku anak baru.
"Kalau cuman kita aja jangan formal santai aja" ucap Wisnu sambil tersenyum.
"Tumben Bos Wisnu disini" ucap Rio yang merupakan leader maintenance ikut gabung dan langsung mengambil tempat di samping Wisnu.
"Kenapa lagi? capek urusan sama kalian" ucap Wisnu dengan malas menatap Rio “mesin itu seharusnya di cek tiap saat bukan seperti ini bukannya udah tahu?”
"Eh ada Audrey sang karyawan baru" sapa Rio tidak menghiraukan perkataan Wisnu, aku hanya bisa mengangguk "udah punya pacar belum?"
Ezra dan Wisnu langsung tersedak mendengar pertanyaan Rio yang dibalas dengan tawa geli Rio seolah apa yang ditanyakan hal biasa sedangkan aku hanya diam menunggu perkataan Rio kembali mengenai pertanyaan yang keluar tersebut, pandanganku beralih ke Wisnu dan Ezra yang tampak seolah tidak peduli namun menunggu jawabanku.
“Memang kenapa?” tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Rio.
"Di sini yang single Ezra kalau aku sudah nikah nah si Wisnu ini gagal nikah karena ceweknya selingkuh" jelas Rio "kalau kamu?"
"Ada, pak" jawabku singkat dan langsung melanjutkan makan seakan malas untuk melanjutkan pembicaraan mengenai pacar.
Aku sendiri tidak tahu kenapa aku menjawab ada padahal intensitas waktu hubunganku dengan Keanu pacar aku agak berkurang, setelah aku dinyatakan terima kerja Keanu sudah jarang menghubungi aku seolah diriku tidak penting buat dirinya.
"Gak ada kesempatan buat kalian" ucap Rio menatap kedua pria yang ada di dekatku dan seketika membuat aku mengalihkan pandangan "tapi tenang sebelum janur kuning mah santai" memberikan senyuman jahil.
Selanjutnya mereka bertiga berbicara mengenai permasalahan yang terjadi berkaitan dengan tugas Wisnu sedangkan aku hanya mendengarkan sambil makan karena tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Seharian sebagai karyawan baru aku mengamati mereka, mencoba membaca kepribadian dan karakter mereka serta membaca PP, SOP, Job Desc masing-masing departemen. Reni belum memberi tugas berat hanya meminta aku membaca sampai jam pulang, kalau pun ada yang berat hanya tadi berurusan dengan Ezra dengan pihak luar, Henidar juga bertanya apa yang dibicarakan dan akhirnya aku cerita apa yang terjadi ketika proses pembicaraan tersebut.
"Pulang naik apa?" tanya Reni ketika kami keluar ruangan setelah selesai membereskan meja yang penuh dengan apa yang aku pelajari.
"Dijemput, mbak" jawabku mencoba untuk sopan.
"Pacar?" tanya Wisnu yang berada di samping.
Aku menggeleng "yang jemput kakak"
"Kenapa memang?" tanya Reni menatap Wisnu "mau gebet? gue bilangin Mak Heni" menggoda Wisnu dan membuat Wisnu mencibir perkataan Reni “tu anak harus cepat cari pengganti” setelah selesai tertawa.
Wisnu langsung melangkah ke parkiran diikuti Reni setelah berpamitan denganku, sedangkan aku duduk di depan menunggu jemputan rencananya Miftah tapi tiba-tiba diganti Nizar karena menurut info Miftah harus lembur dadakan, otomatis aku menunggu karena mereka mengabari detik-detik menjelang pulang.
"Tunggu dijemput? gak bawa kendaraan sendiri?" tanya Ezra yang tiba-tiba muncul di dekatku sedikit membuatku terkejut.
Aku mengangguk setelah meredakan rasa terkejut "belum boleh sementara soalnya kemarin abis nabrak" aku tersenyum masam mengingat kejadian tersebut.
"Rumahnya dekat RS Internasional kan?" tanya Ezra yang aku jawab dengan mengangguk namun aku bingung dari mana Ezra tahu.
"Sayang" panggil seseorang ketika aku melihat Keanu menjemputku "tadi Nizar ngabarin gak bisa jemput kebetulan aku longgar jadinya ya jemput kamu" jelas Keanu lalu menggenggam tanganku karena tidak segera merespon.
"Mari Pak Ezra" pamitku begitu sadar jika masih ada Ezra, namun aku melihat sorot mata Ezra seperti tidak suka dengan Keanu tapi apa peduliku karena dia bukan siapa-siapa bagiku.