Part1 Mencari Istri

1024 Kata
Brak ! Suara dokumen yang di lempar di atas meja mengejutkan ke enam wanita seksi di depannya. Brice Harold memijit keningnya begitu usai membaca misi baru yang ia dapatkan dari klien. “Apa mereka sudah gila menyuruhku untuk menikah ?! Damn!” sungut Brice kesal, tak habis pikir klien tersebut menyuruhnya untuk menikah dalam menjalankan misi ini. Dan hal itu tidak dapat ia ajukan keberatan karena misi ini turun langsung dari bagian pemerintahan. “Mr. B, jadi apa yang harus kami lakukan?” Brice melihat satu per satu asistent bayangannya itu, mulai dari Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon dan Zeta, “Apa aku menikahi salah satu dari kalian saja? Lagi pula ini hanya untuk penyamaran ‘kan?” “Tidak bisa Mr. B. Itu terlalu beresiko,” tolak salah satu wanita yang berinisial Alpha. “Benar kata Alpha, meskipun kami membuat identitas palsu. Tidak menutup kemungkinan cepat atau lambat akan menimbulkan kecurigaan.” Imbuh Gamma menyetujui apa yang di katakan oleh Alpha. Brice mendengkus, “Hah! Ya sudah, kalian kembali berjaga di posisi masing – masing,” “Baik Mr.B,” jawab ke enam wanita cantik dan seksi itu serempak. “Dan kamu Alpha, besok pagi jangan lupa menemani Jennifer untuk membantunya menjalankan perusahaan. Saat ini, itu adalah tugas utama kamu! Ambil ini untuk data tamu penting yang akan datang besok,” tambah Brice seraya memberikan sebuah amplop coklat kepada Alpha. Alpha berjalan menuju meja Brice dan mengambil amplop coklat tersebut dan berkata, “Siap dilaksanakan Mr. B,” dan diangguki oleh Brice. Kemudian Alpha berbalik dengan tegas, dan berhadapan dengan rekan – rekannya. “Done girl!” kemudian kelima rekannya itu berjalan keluar satu persatu tapi lewat tempat yang berbeda. Delta dan Zeta keluar dari ruangan Brice lewat jendela karena dua wanita kepercayaan Brice itu di tugaskan untuk melihat keadaan dari atap apartment. Sedangkan Beta, Gamma, dan Epsilon keluar dari pintu dengan cara mengendap – ngendap. Tidak ada sedikit pun suara langkah dari para wanita itu. Hingga Alpha pun menyusul keluar setelah memastikan Beta, Gamma dan Epsilon berada di posisi mereka masing – masing. Hanya dalam hitungan lima menit, keenam wanita kepercayaannya itu sudah hilang tanpa jejak dari pandangannya. Brice menarik napas dalam – dalam dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya yang empuk itu. “Hah sialan! Aku lebih baik di suruh turun kembali ke misi pelatihan keluarga Harold dari pada di suruh menikah seperti ini! Sungguh menyusahkan!” gumamnya kesal. Brice kembali membuka map yang tadi ia lempar asal di mejanya. Di bacanya ulang dengan seksama, agar tidak ada yang terlewat. “Satu tahun… Hmmm… Apa aku mencari pe la cur dan mengajukan pernikahan kontrak?” Pria bermanik indah dengan warna biru itu tersenyum miring, “Hahahha! Ide brilian Brice!” kemudian ia beranjak dari duduknya untuk pergi ke sebuah club malam. Begitu ia berada di luar ruangan, Gamma yang memang selalu siaga mengikuti Brice langsung menghampiri Bosnya itu yang entah muncul dari mana, “Ingin saya antar Mr.B?” “Tidak perlu, kamu beristirahatlah lebih awal, aku hanya ingin bersenang – senang di klub.” “Baik Mr. B,” jawab Gamma, dan kembali menghilang dari pandangan Brice secepat bayangan. Pria tampan itu memilih mobil sport Lamborghini berwarna hitam dari sekian banyak mobil yang terparkir di Garasinya. Brice memacu Lamborghini hitamnya melalui jalan-jalan yang padat di malam yang gelap. Lampu-lampu neon menyala di sepanjang jalan, membuat Brice merasa lebih tenang. Tujuannya tidak lain adalah Club AIR, klub malam terkenal di Amsterdam yang dipenuhi dengan banyak wanita seksi. “Setidaknya aku bisa menyeleksi mereka malam ini,” gumamnya yang merasa idenya ini adalah jalan keluar yang paling tepat. Sesampainya di depan klub, Brice memarkir mobilnya. Dan berjalan menuju pintu masuk klub tersebut. Dimana para bodyguard yang berjaga langsung menyapa Brice dengan hangat, “Malam Bos!” “Yoo….” Sahut Brice sambil mengangkat tangannya santai. Dan terus melangkah masuk ke dalam, suara musik berdenyut-denyut di telinganya saat ia melangkah lebih dalam ke dalam klub. Cahaya berkedip-kedip dan laser melintas di langit-langit. Ia memilih untuk duduk di salah satu sudut, tempat favorit setiap ia mengunjungi klub malam karena di tempat ini dia bisa menikmati pemandangan yang menarik di sekitarnya. Para pelayan yang melihat kedatangan tamu VIP mereka dengan sigap menghampirinya, “Selamat malam Bos,” sapa pelayan pria tersebut kepada Brice. “Wine seperti biasa,” jawab Brice singkat. Dengan sigap pelayan tersebut melangkah untuk mengambil pesanan Brice dengan secepat ia bisa. Tidak sampai lima menit Brice menunggu, satu botol Wine dan gelas sudah tersaji di atas mejanya. “Silahkan Bos,” ucap pelayan pria tersebut dengan sedikit membungkuk dan menuangkan wine ke dalam gelas. “Thank’s…” jawabnya singkat dan meraih gelas yang ada di atas meja. Pelayan pria itu pun berlalu meninggalkan Brice untuk menikmati waktunya. Karena sudah ada beberapa wanita yang berdiri di belakangnya, seolah mengusirnya dengan cepat. Dan benar saja, begitu pelayan pria itu berlalu. Para wanita seksi datang menghampiri Brice. Empat wanita cantik dan seksi itu langsung duduk di sisi kiri dan kanan brice yang kosong. “Selamat malam Tuan Brice,” sapa mereka dengan nada menggoda. Brice menyeringai. Beginilah dia kalau ada di club, para wanita akan menempel seperti ngengat kepadanya. Dia tidak perlu bersusah payah mencari wanita. “Hah! Aku berpikir terlalu jauh tadi. Ternyata semudah ini,” gumamnya dalam hati melihat para wanita itu mulai mengelus da da dan wajahnya. Ia menyeruput minuman mahalnya sambil menikmati irama musik yang terus memacu, menikmati service dari wanita – wanita yang ada di sisinya. Dia hanya cukup melihat mana yang pantas untuk dia ajak menikah kontrak. Namun sudah tiga puluh menit bersama para wanita ini, tidak ada satupun yang membuat dirinya tergugah untuk membawa salah satu dari mereka ke atas ranjang. Tiba – tiba alisnya terangkat begitu melihat sosok wanita yang baru saja masuk. Wanita asing yang sepertinya pertama kali ia lihat di Klub ini. Pandangannya tidak dapat lepas dengan keanggunan wanita cantik itu. Rambut pirangnya yang terurai begitu indah di bawah sinar lampu yang memantul di rambutnya. Dress press body yang memperlihatkan lekukan bagai gitar spanyol, begitu sempurna. “Damn! Dia sangat seksi!” batin Brice terus mengikuti gerakan wanita cantik itu. “ Apa dia sendiri?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN