Bab 4. Terlambat

1020 Kata
"Lepaskan aku, Akbar," pinta Stela seketika mengurai pelukan. "Kalau kamu emang suka sama aku, kenapa baru bilang sekarang? Kenapa gak dari dulu-dulu kamu nembak aku, hah?" "Karena saya keburu lulus, Stela. Sedangkan kamu baru kelas 10 waktu itu," jawab Akbar. "Saya kuliah di luar negeri dan baru kembali hari ini." Stela diam seribu bahasa seraya memalingkan wajahnya ke arah lain dengan perasaan kesal. Meskipun Akbar kuliah di luar negeri, bukankah jaman sudah canggih sekarang? Mereka bisa saja berpacaran jarak jauh, masih ada alat komunikasi canggih yang disebut dengan handphone, bahkan internet pun bisa menjangkau ke seluruh penjuru dunia jika memang Akbar serius dengan perasaannya. "Oke, sekarang kamu udah jadi istri Abang saya, tapi--" Akbar menahan ucapannya. "Tapi apa?" tanya Stela datar tanpa menoleh. "Kalau kamu tidak mendapat kebahagiaan dari Abang saya, saya siap memberi kamu kebahagiaan, Stel." "Maksud kamu, aku selingkuh sama kamu, gitu?" Stela akhirnya menoleh dan menatap wajah Akbar. "Kamu pikir aku ini wanita apaan? Lagian, Jayden itu kakak kamu, Akbar. Astaga!" "Apa kamu yakin bakalan kuat punya suami seperti Abang saya?" Stela diam seribu bahasa kembali memalingkan wajahnya ke arah lain. "Apa kamu yakin rumah tangga kalian akan bertahan lama?" Stela masih bergeming. "Saya yakin kamu terpaksa menikah sama dia dan gak ada pernikahan yang akan bertahan lama di saat tidak ada cinta di antara kalian berdua." Stela menggigit bibir bawahnya keras. Ya, apa yang baru saja diucapkan oleh Akbar memang benar adanya. Ia terpaksa menikah dengan Jayden, dirinya pun tidak yakin apakah ia akan sanggup menjalani pernikahan tanpa adanya rasa cinta. Satu yang pasti, Stela tidak tahu sampai kapan dirinya bisa bertahan menjalani biduk rumah tangga yang penuh dengan kepalsuan, bahkan tidak ada ketulusan dari mata Jayden suaminya. Yang dia lihat dari mata Jayden hanyalah nafsu belaka. Stela bahkan tidak dapat merasakan seperti apa nikmatnya bercinta. "Kenapa kamu diam saja, Stel?" tanya Akbar seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Stela. "Aku ngantuk, aku mau istirahat dulu," ujar Stela seketika berbalik. Akan tetapi, langkah seorang Stela seketika terhenti saat melihat suaminya berdiri tepat di depan pintu ruang makan mengejutkannya dan juga Akbar tentu saja. Stela seketika merasa gugup, sedangkan Akbar segera berbalik dan membuka kulkas kemudian meraih botol air mineral dari dalam sana. Jayden berjalan menghampiri. "Lagi apa kamu di sini, sayang?" tanyanya lalu memeluk tubuh Stela mesra. "Apa kamu tau, Mas nungguin kamu di atas lho." Stela tersenyum hambar. "Aku habis minum, Mas. Ini aku mau naik," jawab Stela datar. "Kamu belum tidur?" "Gimana Mas bisa tidur kalau istri Mas masih di luar? Mas gak bisa tidur tanpa kamu, sayang." Stela lagi-lagi tersenyum hambar, kalimat manis yang diucapkan oleh suaminya ini penuh dengan kepalsuan. Ia bahkan tidak merasa tersentuh sama sekali ketika sebutan sayang itu terlontar dari bibir manis seorang Jayden Cole. Namun, ada satu hal yang membuat Stela merasa penasaran, mengapa Jayden terlihat biasa saja? Apa suaminya ini tidak mendengar percakapan mereka? Stela memejamkan kedua matanya penuh rasa syukur. Sedangkan Jayden dengan sengaja mengecup tengkuk Stela seraya melirik wajah Akbar. "Kita ke kamar yu, sayang. Mas lagi pengen," ujarnya dengan sengaja. "Tadi 'kan udah, Mas. Badanku sakit semua," jawab Stela lagi-lagi dengan wajah datar. Akbar seketika mengepalkan kedua tangannya merasakan sesuatu yang panas terasa membakar hatinya di dalam sana. Bahkan terasa membumi hanguskan seluruh organ inti di dalam tubuhnya. Akbar seketika memalingkan wajahnya ke arah lain seraya tersenyum kecut. "Abang ini gimana sih? Jangan bikin iri kaum jomblo dong," ujar Akbar. "Abang gak liat ada saya di sini?" Kali ini Jayden yang tersenyum kecut. "Justru Abang sengaja memanas-manasi kamu biar kamu cepat kawin juga. Mau sampai kapan kamu ngejomblo, hah?" "Itu karena jodoh saya masih jadi istri orang, saya lagi nungguin jandanya seseorang," celetuk Akbar lalu berjalan begitu saja meninggalkan ruang makan dengan perasaan kesal. "Dasar anak gak tau diri, udah tau seseorang yang kamu maksud itu udah jadi istri orang lain. Cari yang masih singlelah, emangnya wanita di dunia ini cuma dia doang, dasar anak nakal," sahut Jayden tersenyum sinis. Stela seketika mengusap tengkuknya yang sempat di kecup oleh Jayden. Suasana di rumah itu terasa begitu mencekam bahkan lebih horor dari rumah kosong sekalipun. Bagaimana tidak, dia berada di situasi yang sangat sulit. Jayden adalah suaminya dan dia sama sekali tidak mencintai pria ini dan Stela merasa, Jayden pun merasakan hal yang sama. Sedangkan Akbar adalah pria yang tulus mencintainya dan ia pun merasakan hal yang sama sebenarnya. Namun, cinta mereka terhalang tembok yang sangat tinggi dan tidak mungkin dapat didaki, bahkan meruntuhkannya sekalipun adalah hal yang sangat mustahil. "Kenapa kamu masih diam di sini, Stela sayang?" tanya Jayden seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Stela. Wanita itu menatap sekeliling, Akbar sudah tidak berada di tempat itu, tapi mengapa suaminya ini masih memanggilnya dengan sebutan sayang? Stela tersenyum sinis menatap wajah suaminya. "Tadi katanya mau tidur duluan? Kenapa kamu turun?" tanya Stela datar. "Hmm! Karena saya gak bisa tidur tanpa kamu," jawab Jayden tersenyum ringan. Stela menghela napas panjang seraya tersenyum menyeringai. "Akting kamu benar-benar luar biasa, Mas. Kenapa kamu gak jadi aktor aja sih?" decaknya lalu berbalik dan berjalan meninggalkan suaminya. Jayden menatap kepergian Stela seraya menghela napas panjang. Ia bersikap biasa saja bukan berarti dirinya tidak tau dan tidak mendengar apa yang Stela bicarakan dengan Akbar. Namun, Jayden menghargai keteguhan hati istrinya karena sudah menolak Akbar secara terang-terangan bahkan setelah dirinya memperlakukan sang istri dengan sangat kasar. Apakah benih-benih cinta itu mulai tumbuh di hati seorang Jaden Cole? Entahlah, hanya dia sendiri dan Tuhan Yang Maha Esa yang tahu pasti. "Terima kasih karena kamu udah menolak Akbar mentah-mentah, Stela. Saya sudah bersikap kasar sama kamu, tapi kamu masih menghargai saya sebagai suami kamu," batin Jayden. Akbar tiba-tiba saja kembali ke ruang makan sesaat setelah Stela naik ke lantai dua sementara Jayden masih berada di sana. Jayden yang hendak melangkah terpaksa menahan langkahnya ketika melihat kedatangan sang adik. "Kamu belum tidur, Akbar?" tanya Jayden santai. "Ada yang mau saya bicarakan sama kamu, Bang," ujar Akbar menatap tajam wajah sang kakak. "Kita bicara besok aja, Abang lelah." Jayden melanjutkan langkah kakinya. "Kenapa harus Stela? Dari sekian banyak wanita yang ada di dunia ini, kenapa harus dia wanita yang Abang nikahi?" Jayden sontak menghentikan langkah kakinya. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN