Hujan kembali mengguyur Jakarta pagi ini, cuaca benar-benar sedang buruk, dan Azela harus berangkat begitu pagi karena hari ini jadwal Geza cukup padat. Wanita itu juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk pergi ke apartement Geza. Biasanya dia akan naik kereta, namun karena cuaca tidak mendukung dia memutuskan untuk naik taksi.
Udara yang begitu dingin membuat Azela rasanya benar-benar ingin libur hari ini dan melanjutkan tidurnya hingga siang nanti. Namun keinginannya hanya akan menjadi imajinasi yang tak terwujud, jadwalnya cukup padat kali ini. Geza memiliki tiga pemotretan hari ini. Dia juga menjadi bintang tamu untuk variety show dan mengikuti kegiatan sosial bersama member Leonid. Malamnya dia akan kembali perform bersama Henry untuk lagu duet terbaru mereka.
Azela tiba di apartement Geza tidak lama kemudian, dia langsung membuka apartement Leonid dan melihat keadaan apartement yang begitu sepi, pasti semua anggota masih terlelap mengingat cuaca seperti ini. Azela melirik arloji di tangan kirinya yang menujukkan pukul enam, sedangkan pemotretan pertama Geza bersama member Leonid untuk sebuah brand e-commerce dijadwalkan jam tujuh pagi.
Pintu yang kembali terbuka membuat Azela menoleh, melihat sang manager Leonid datang dengan baju yang sedikit basah.
”Hai, La. Kau sudah datang, pasti anak-anak belum bangun ya? Padahal mereka ada pemotretan jam tujuh. Aku akan membangunkan mereka tapi tidak dengan Geza. Aku menyerah membangunkan anak itu, aku menyerahkannya padamu. Ayo, kita tidak memiliki banyak waktu, jam tujuh kita sudah harus di sana.” Mahajana, sang manager langsung bergegas ke kamar Tristan untuk membangunkan pria itu, sedang Azela juga langsung bergegas menuju kamar Geza.
Gadis itu menghela napas panjang begitu membuka pintu kamar Geza dan melihat pria itu masih bergelung dengan selimutnya, menutupi seluruh tubuhnya dengan posisi meringkuk.
”Za, kau hanya memiliki tiga puluh menit untuk bersiap. Cepat bangun.” Azela langsung menyibak selimut Geza, membuat pria itu mengerang keras merasakan hawa dingin menyapa kulitnya terbukti dengan Geza yang semakin meringkuk memeluk tubuhnya.
“Za.” Azela memegang bahu Geza dan membalikkan tubuh pria itu, membuat Geza kembali mengerang dan menarik lengan Azela sekuat tenaga hingga membuat tubuh Azela terjerembab dan jatuh di atas pria itu. “Geza Arsyanendra!! Bangun!!” Azela berteriak keras, memukul d**a pria itu di saat Geza justru menggumam tidak jelas dan semakin memeluknya erat.
Namun tetap saja hal itu tidak membuahkan hasil, membuat Azela langsung mencubit pinggan Geza sekuat tenaga hingga Geza berteriak kesakitan dan akhirnya membuka matanya, Azela juga akhirnya bisa terlepas dari kungkungan pria itu. Tanpa ragu Azela menarik lengan Geza dan berteriak sekali lagi menyuruh pria itu bangun.
“Kau benar-benar!! Berhenti mengangguku Azela Zakeisha!” Geram Geza yang kini sudah duduk dan menatap tajam pada Azela, namun Azela tidak gentar mendapat tatapan marah itu.
“Mengganggu yang kau maksud adalah bagian dari pekerjaanku untuk memastikan kau tidak telat memulai schedule hari ini. Cepat bersiap. Kau memiliki waktu terbatas.” Azela kembali menarik Geza untuk turun dari tempat tidur, membuat pria itu mengerang kesal namun juga tidak bisa menolaknya, dia tidak akan pernah bisa kembali tertidur jika Azela sudah membangunkannya, karena jika dia memaksa tetap mengabaikan wanita itu, Azela akan terus mengganggunya sampai dia bangun dari tempat tidur, tidak ada kata menyerah bagi gadis itu dan dia akan melakukan apapun untuk membuat dirinya bangun dari tempat tidur.
“Cepat! Kau tidak memiliki banyak waktu. Ada yang kau inginkan untuk sarapan? Jangan meminta yang aneh-aneh, kita tidak memiliki banyak waktu.” Ucapan Azela membuat Geza mendengus dan menatap malas pada Azela.
“Ya sudah, untuk apa kau menawarkanku jika aku tidak memiliki pilihan. Kau akan selalu membuatkan sandwich kan? Pergi sana.” Balas Geza sengit, membanting pintu kamar mandi dengan keras, membuat Azela ikut menggeram dan meninggalkan kamar pria itu.
Menuju dapur dia menemukan Mahajana yang tengah membuat sesuatu, pria tiga puluh dua tahun itu memang Azela akui sangat multitalent, pria itu benar-benar sesuatu dan bisa melakukan semuanya. Namun, entah kenapa hingga saat ini Mahajana masih melajang.
“Sarapan apa yang kau buat, Mas?” Tanya Azela membuat Mahajana yang tengah sibuk membuat sarapan seperti biasanya.
“Ah, aku hanya membuat kopi untuk mereka seperti biasa, dan toast bread, tapi aku juga membeli bubur ayam untuk anak-anak.” Azela hanya mengangguk dan mengurungkan niatnya membuat sandwich karena sarapan sudah disediakan oleh Mahajana.
“Bagaimana kabarmu, sepertinya akhir-akhir ini Geza menjadi lebih sibuk karena single barunya juga project duetnya dengan Henry ya? Dia juga lebih sering menjadi guest star. Kau masih akan bertahan kan? Aku tidak bisa kehilanganmu, kau satu-satunya orang yang bisa bertahan untuk Geza sejauh ini.” Mahajana membuka obrolannya, membuat Azela tertawa. Pria itu selalu menanyakan dan ketakutan akan hal yang sama. Takut jika dia meninggalkan Leonid dan Geza.
“Ya Tuhan, Mas. Bisa tidak kau ganti pertanyaan itu dengan yang lain? Aku menikmati pekerjaan ini walaupun melelahkan. Aku mengatakannya padamu berkali-kali. Bertemu orang-orang seperti kalian lah yang membuatku bertahan dan nyaman. Lagi pula, aku juga semakin memahami karakter Geza dan tidak lagi sulit seperti di awal menjadi asistennya. Dia tidak sebrutal dulu walaupun masih menyebalkan.” Azela tertawa mengingat semua kenangannya, membuat Mahajana menampilkan ekspresi leganya dan ikut tertawa.
“Wahh, obrolan apa yang membuat wajah kalian berserk-seri? Mas, jangan coba-coba menggoda Azela atau pawangnya akan mengamuk.” Dewa datang sudah rapi dengan pakain casualnya seperti biasa. Menatap Azela dan Mahajana penuh selidik, membuat Mahajana langsung mendecak kesal, menyerahkan secangkir kopi pada Dewa.
“Aku hanya bertanya, apa Azela masih sanggup menghadapi Geza.” Ungkapan Mahajana membuat Dewa tersedak.
“Azela sayang, kau adalah wanita kuat. Aku yakin kau bisa menaklukan si gila itu. Kau sudah membuktikannya selama ini. Kita tidak bisa kehilangamu, sayang.” Dewa dengan wajah dramatis mendekat pada Azela, membuat Azela hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Dewa yang memang suka berlebihan.
“Apa? Ada apa ini? Kau akan kemana Azela, kami tidak mau kau pergi.” Ryan yang baru memasuki dapur ikut mendekat, menggenggam tangan Azela tanpa ragu, terlihat lebih drama dari Dewa.
“Kalian apa-apaan. Cepat sarapan dan kita berangkat.” Suara itu menginterupsi drama pagi ini, tau-tau Geza sudah menarik Azela dari Ryan dan Dewa dengan tatapan kesal, membuat Dewa dan Tristan memberikan tatapan penuh arti.
“Aww pawang sudah datang, kita bisa apa. Mari sarapan.” Teriak Ryan dan Dewa menuju meja makan, Abian dan Tristan yang sejak tadi menonton ikut tertawa melihat kelakuan teman-temannya.
“Mana sandwich-ku?’ Tanya Geza saat tidak menemukan sandwich di meja makan, membuat Azela gelagapan.
“Aku tidak membuatnya, Mas Jana sudah membuatkan toast bread dan membeli bubur juga, kau bisa memakannya.” Ungkap Azela membuat Geza mendecak kesal, pasalnya dia sudah membayangkan memakan sandwich buatan Azela yang enak seperti biasanya, namun gadis itu lagi-lagi membuatnya kesal.
“Aku tetap mau sandwich yang kau buat untuk nanti. Buatkan saja.” Geza duduk dengan menggerutu, membuat Azela hanya bisa menahan kekesalan dalam hatinya.
“Ya Tuhan. Bayi besar tengah merajuk. Uhh menggemaskan sekali.” Abian mengejeknya dengan nada merajuk, mempergakannya pada Ryan dengan mencubit gemas pipi Ryan. “Sayang, aku hanya mau sandwich buatanmu.” Dia menggoyang-goyangkan pipi Ryan, membuat Ryan juga ikut bertingkah. Menangkup pipi Abian dan membelainya lembut.
”Tentu sayang. Aku akan membuatkannya dengan penuh cinta.” Ryan tidak mau kalah, suaranya dibuat mendayu-dayu, membuat Dewa dan Tristan menahan tawanya. Namun, saat Mahajana melihat Geza dengan tatapan menghunusnya pada anak-anak Leonid. Mahajana langsung mengambil tindakan untuk mencegah perang pagi hari.
”Ehem! Cepat selesaikan sarapan kalian, kita tidak memiliki banyak waktu.” Suara Mahajana yang tegas dan tak terbantahkan membuat semuanya langsung terdiam dan duduk di mejanya masing-masing. Pun dengan Azela yang langsung cekatan membuatkan sandwich permintaan Geza.
“Bukankah setelah pemotretan ini, Geza juga memiliki jadwal pemotretan lain untuk Stars Magazine bersama Issabel, member dari girl grup baru itu. Apa nama grup mereka?” Mahajana tengah mengingat-ingat pendatang baru yang akan memiliki kerja sama dengan Geza.
“Ya. Girlband SkyHigh.” Azela menyahuti, membuat Jana mengangguk paham. Sedang Geza hanya acuh karena dia sendiri belum pernah mengenal secara langsung anggota dari SkyHigh itu.
“Jika begitu, kalian membawa mobil sendiri saja. Karena yang lain hari ini hanya ada pemotretan dan acara social nanti sore.” Jana memutuskan, membuat Azela mengangguk paham, memang nanti sore Geza kembali memiliki jadwal dengan Leonid untuk mengikuti acara sosial.”
“Oke, Mas.” Balas Azela siap, bertepatan dengan sandwichnya yang sudah jadi.
“Baiklah. Semua ayo bergegas. Kita tidak memiliki banyak waktu lagi.” Ucapan Jana membuat semuanya langsung beranjak, pun dengan Azela yang terlihat sibuk memastikan semua kebutuhan Geza dan barang-barang wajib yang harus dibawa milik pria itu tidak tertinggal.