Perkenalan

1085 Kata
Sore hari yang cerah, setelah menyelesaikan semua perbaikan KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang sudah dicorat-coret saat konsultasi di kampus tadi, Ayu memtuskan untuk pergi melihat balkon kamarnya, semenjak pulang dari Bali dia belum sempat ke sana karena sakit. Di liriknya layar ponsel yang ada di sampingnya, tidak ada pemberitahuan yang masuk. Sudah pukul 5 sore gumamnya seraya melangkah membuka pintu balkon kamarnya. Semua masih tertata rapi dan terawat dengan baik. Tenang sekali di sini bisik nya dalam hati. Pikirannya mulai kembali ke masa lalu, mengenang kenangan-kenangan indahnya dengan lelaki yang tersimpan di hati kecilnya. Saking asyik nya ngelamun sampai tidak sadar ponsel berdering, ada panggilan masuk. "Ya Sya, kenapa.?" "Wa'alaikum salam, lama amat angkat telponnya sudah seperti mau telpon pejabat saja" saut anisya dari seberang sana dengan ketus. "Assalamualaikum, hehe maaf lupa, sorry sorry tadi lagi ada urusan" Ayu membela diri "Ini aku mau izin Nde, tau kan cowok yang tadi ngomong sama Abang di parkiran kampus". "Iya tau kenapa memangnya? " "Nah tadi abang nelpon aku, di suruh aku minta izin ke kamu. itu cowok minta nomor HP kamu, boleh apa nggak aku kasiin ke dia. Begityuu" "Owalah ribet amat acara izinnya sampai pakai lampiran ke kamu segala, hahaha" "Malah ketawa dia, iya kan karena kita sesama wanitah makanya Abang nyuruh aku. Beng ape ndek ni angkak (kasi apa nggak ini)?" saut Anisya yang pakai bahasa sasak di akhir kalimatnya, Ayu malah lucu sendiri setiap denger Anisya pakai bahasa sasak, karena dia aslinya orang Jawa kan jadi aneh aja dialeg nya. Hihi Meskipun sahabatnya itu sudah lama tinggal di Lombok tetap saja mendok Jawa nya tidak hilang. mungkin karena orang tuanya orang jawa tulen. "Kasi aja Sya, sekalian kasi nomor rumah juga nggak apa-apa. Boleh boleh" "Kamu itu mulai sudah, kayak kakak kakak kamu itu orangnya welcome aja" "Hahaha, welcome kok mereka. Kamu nya aja yang nggak sadar. udah buta karena cinta nya si babang. Preet" "Hahaha, awas kamu Yu ya aku bilangin ntar" "Bilangin aja sono, ndek ku takut (nggak takut) " "Ya weslah. Aku matiin dulu ya" TUT TUT TUT Sambungan terputus. Ya elah kalah-kalah nelpon pakai telpon umum aja pakai acara tutut tutut. Hahaha "Ini anak, kebiasaan main matiin aja. Aku kan belum selesai cerita. hiks hiks" Ayu cuma bisa memandangi layar HP nya. Ada foto seseorang di sana. Pemilik senyum manis yang selalu hadir di mimpinya. "Dek cepetan turun, bentar lagi magrib. Kakak tunggu di bawah ya. Kita solat bareng!" tetiba Kakak sudah ada di depan pintu balkon. "Owh ya kak Agil." Ayu langsung bangkit dari bangku itu dan melangkah menuju sang kakak. ***** Imam POV Lama amat sih Anisya timbang minta nomor HP aja kalah kalam minta nomor togel. Aishh bikin penasaran aja. "Eh akhirnya nelpon juga ini anak." "Assalamualaikum Mam." suara Anisya di seberang sana. "Waalaikumsalam, iya Sya gimana sudah selesai izinnya?" kata ku cepat. "Udah, nanti aku chat WA ya. Sorry Lama rada macet bentar." suara Anisya cengengesan. "Hadeh Jalan Tol kali macet, oke lah makasih banyak ya. Aku tunggu jangan lama-lama ya!" "Syiap Mam." "Sekali lagi terimakasih banyak. Assalamualaikum." Kata ku seraya mengakhiri pembicaraan di telpon senja ini. Sudah mau magrib aja, aku harus beres beres dulu. ***** Ayu POV "Yu, gimana KTI mu sudah selesai konsulnya?" tanya kak Anul yang lagi duduk di sampingku. "Sudah kak, tinggal perbaikan sedikit aja dan minggu depan aku sudah bisa ujian kak. " jawabku sambil memutar badanku melihat ke arah kak Anul datang. "Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Oh ya, besok kita pergi liburan yuk sebelum kakak berangkat. " "Yeah, kakak nggak bisa liat aku ujian KTI dong?" aku tertunduk di kursi ku "Ya elah dek. Kan masih ada Kak Agil, Kak Aichal yang nemenin kamu nanti." "Tetep aja nggak seru kak, Papa masih belum bisa meninggalkan kerjaannya di Luar Daerah, Mama juga bakalan berangkat besok pagi ke Paris. Kan jadi sepi!" "Yang penting nanti pas wisuda kita semua hadir kok dek." Anul mengusap kepala adiknya lembut. " Ya sudah kakak balik ke kamar dulu ya, mau menyiapkan berkas berkas yang belum lengkap. " Kak Anul beranjak pergi. Baru saja pintu di tutup, HP ku sudah berbunyi. Ada panggilan masuk, wah nomor baru. Aku berpikir sejenak sebelum mengangkat telpon. Apa ini temannya Abang ya. Aku biarkan telpon itu berdering sebentar, tak langsung ku angkat. Setelah merasa cukup aku baru meraihnya. "Hallo, siapa.? " kata ku membuka percakapan. "Assalamualaikum. Apa ini benar ayu?" tanya suara seorang dari seberang sana dengan lembutnya. Aku melotot, wow suaranya itu lho. Manis sekali. Lembut amat sih mas. Ngakak sendiri dalam hati. "Oh maaf sepertinya salah sambung mas." Aku berbohong mencoba sedikit mengerjainya. "Oh ya. Astaga ma-maaf mbak. " Suara diseberang itu terbata "Maaf maaf aku cuma bercanda, iya ini aku ayu. kamu siapa ya, soalnya nomor baru?" sambar ku cepat sebelum si penelpon menutup telpon mendadak. "Bisa juga kamu baru kenal sudah main bercandanya begitu." Desis suara dari seberang sana. "Maaf, kamu bilang apa suaramu kecil sekali aku tidak bisa mendengar" aku memperjelas suaraku bertanya "Eh itu tidak ada apa-apa, oh ya kenalin aku Imam, temannya Yusuf" ucapnya memperkenalkan diri. "Aku Ayu sahabatnya abang!" balasku. Kami terdiam sejenak. Bingung juga mau ngomong apa lagi, suasana sedikit canggung. "Apa aku boleh berteman denganmu?" ucapnya lagi dengan formal. "Tentu saja, santai aja sama aku Mam. Eh kamu masih kuliah kah?" tanyaku. "Iya masih... " ucapnya tapi aku memotong perkataannya dengan tidak sopan. "Eh Mam bentar ya, sepertinya ada yang ketuk pintu. Nanti kita lanjut lagi" aku mengakhiri panggilan. Percakapan itu berlangsung hanya beberapa menit saja, sebelum suara ketukan pintu itu menghentikan pembicaraan kami. Sosok yang aku kenal memasuki kamarku dengan wajah muramnya. " Sudah bosan hidup kah kak? Sampai wajahnya mendung begitu?" candaku. " Tega banget sih kamu dek." ucapnya seraya menghempaskan tubuhnya di ranjang ku kedua tangannya dilipat dan diletakkan di bawah kepalanya menjadi bantal penyangganya. Aku berjalan menghampirinya dan duduk bersila di samping tubuh atletisnya itu. "Lepaskan beban hidupmu kak. Aku tau semua ini berat!" aku malah meledeknya kembali dengan berpuisi ria sambil menekan nekan d**a bidangnya dengan telunjuk kananku "Keterlaluan kamu ya?" ucapnya seraya menyerang ku tiba-tiba. Tangan kekarnya menyergap tubuhku dan menjatuhkan ku ke ranjang. Kini dia berada di atas tubuh ku dan siap menyerang untuk menggelitik pinggangku. "Hahahahahaha. Ampun kak ampun. Sudah stop kak" pintaku memohon yang sudah lelah tertawa karena geli. Dan kak Anul pun menjatuhkan tubuhnya di sampingku. "Kakak berangkat besok pagi Yu, jadwal kakak di majukan" ucapnya lirih. Deg. Bahagia rasanya memiliki saudara laki-laki serasa kekasih. Pasti kalian iri kan aku sedekat ini. ? Yang jomblo jangan baper ya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN