Wanita Jadi-jadian

1364 Kata
"Yang seperti itu lebih baik gak usah didengerin, cukup tutup telinga saja dan tinggalkan." Ucap Imam Seraya menutup kedua telinga gadis yang berjalan di sampingnya. Ayu pun mendongakkan kepalanya menatap wajah teduh di hadapannya itu. Imam kembali memberikan senyum manisnya. "Ayo kita kembali ke kakak mu. Bukan kah kalian sebentar lagi akan pulang? Aku juga harus pulang." Lanjutnya lagi, mereka pun kembali berjalan melewati setiap kamar yang ada di hotel itu menuju ruangan Aichal. "Baik lah kita sudah sampai." Kini pasangan muda itu sudah berada tepat di depan ruangan sang kakak. "Terimakasih kak." Ucap Ayu dengan suara lirihnya. Imam kembali mengusap lembut pucuk kepalanya, gadis itu hanya bisa terdiam dengan perlakuan manis itu. "Kalian sudah selesai makan malam romantisnya?" ucap Tere bersamaan dengan selesainya kegiatan romantis Imam, setelah pintu ruangan itu terbuka. Aichal juga sudah berdiri di belakang Tere. "Apaan sih ini wanita setengah jadi-jadian nyerocos aja." Gerutu ayu dalam hati dengan pandangan sinisnya ke arah Tere. Sementara Imam lagi-lagi hanya bisa tersenyum malu. "Sudah selesai kan dek pertemuan dan perpisahannya, ayo kita pulang!" ajak Aichal dengan candaannya. "Kalau begitu saya pamit duluan kak, sis Tere." Pamit Imam yang kini menyalami Aichal dan tere namun siapa sangka wanita bermata biru itu menariknya ke dalam pelukannya. "Sering-sering ke sini ya manis!" pinta Tere seraya mengelus punggung kekar Imam. "Ya ya sis." Ucap Imam yang sudah tak tahan dengan wanita itu. Sementara Ayu hanya bisa membelalakkan matanya melihat pemandangan itu. Lain halnya dengan Aichal yang hanya bisa menahan tawa dan segera mendekati serta merangkul bahu adiknya. "Aku pulang dulu Yang!" pamit Imam ke Ayu setelah berhasil lepas dari pelukan Tere. "Ya kak hati-hati." Ayu tidak menyangka kalau Imam akan memanggilnya sayang di hadapan kakak dan temannya yang bermasalah itu. Mereka pun berpisah kembali di malam bertabur bintang itu dengan suara nyanyian ombak yang terdengar merdu. "Wah sepertinya ada yang sudah jadian nih?" goda Tere. "Haduh mbak Ter jangan mulai deh, kita masih teman biasa." Jawab Ayu dengan tatapan tak sukanya. "Sudah lah kalian jangan mulai ribut, lagi pula hanya ada dua jenis lelaki yang segampang itu mengumbar kata sayang ke seorang perempuan yang baru dikenalnya. Jenis yang pertama adalah lelaki yang memang setulus hatinya menyukai perempuan itu, dan jenis yang ke dua adalah lelaki yang memang adalah seorang pemain wanita." Tutur Aichal menengahi percakapan yang pasti akan berujung perdebatan itu, Tere yang mendengar perkataan sang sahabat langsung tertawa dengan suara lelakinya yang keluar. Sementara Ayu hanya geleng-geleng kepala seraya menyaksikan hal itu. "Astagfirullah Ter itu suara ketawa tolong dikondisikan dong!" Aichal mengingatkan seraya menepuk punggung Tere. "Astaga lupa akuh." Ucap Tere yang sudah sadar dengan dirinya dan menghentikan tawa menyeramkannya itu. "Eh tapi ceramah mu bagus juga lho mas. Ustadz nyasar dari mana lah ini. Hahaha." Lanjut Tere lagi yang kembali terkekeh. "Ih sialan emang nih bencis, kayaknya nyindir aku pake panggil kakak Aichal mas segala. Ish." Batin Ayu yang merasa kesal karena panggilan Tere ke kakaknya. "Sudah lah, aku pulang ya Re. Kamu baik-baik di sini, jangan menyeramkan kayak tadi lagi ya!" pamit Aichal yang kini memeluk wanita bermata biru itu. "Baiklah sayang, aku akan merindukan mu!" jawab Tere seraya melepaskan pelukannya. "Besok juga masih bisa ketemu!" saut Ayu dengan nada sedikit jutek. "Eh bersuara juga dia!" celetuk Tere dengan senyum lebarnya. "Ya lah jenk aku kan gak bisu." Balas Ayu lagi. "Hahaha." Tere tertawa, "ya sudah kalian hati-hati ya. Nah lebih baik kan begitu cantik, karena aku juga tetap kakak mu lho." Lanjut Tere kini dengan senyum ramah yang manis. Untuk pertama kalinya Ayu pun jadi luluh melihat senyum wanita cantik itu. "Kenapa dia bisa secantik itu sih!" batin Ayu yang kini memuji kecantikan Tere. "Ya sudah ayo kita pulang, nanti kemalaman di jalan!" ucap Aichal yang kini merangkul bahu sang adik dan membawanya pergi. "Hati-hati di jalan ya kalian berdua." Ucap Tere seraya melambaikan tangannya. Aichal juga membalas dengan melambaikan tangan tanpa menoleh ke arah Tere. ***** "Kak kenapa sih si Tere eh sis Tere eh mbak Tere itu luengket banget sama kakak? Kakak gak punya kelainan penggemar sesama jenis kan?" celetuk Ayu ketika mereka sudah berada dalam mobil, sontak ucapannya membuat sang kakak yang tengah sibuk memasang sabuk pengamannya tertawa terbahak-bahak. "Ya Allah dek, pikiran mu itu lho kacau banget sih. Baru juga ketemu sama vitamin Sea nya eh sudah kacau aja itu susunan syaraf otak lu dek." Seloroh Aichal yang kini sudah bersiap tancap gas meninggalkan hotel miliknya. Mobil itu pun melaju memecah jalanan malam dengan suasana yang indah itu. "Ish kakak mah di tanya malah begitu, habisnya segitu lengket banget sama si Tere. Kakak masih waras kan kalau Tere itu sama jenis kek kakak?" Ayu semakin heran melihat kelakuan sang kakak yang hanya tertawa. Aichal kembali terkekeh. "Dek kamu kan tau sendiri Tere itu sahabatnya kak, dan kita juga pernah bahas ini bukan? Jadi tolong lah adek hargai aja dia. Lagi pula dia kan gak ngerugiin kita dek!" pinta Aichal tulus, Ayu memang sudah membahas dengan sang kakak ketika pertama kali pertemuannya dengan Tere setahun lalu. Tentu setelah mereka pulang dari pertemuan. "Tapi kak kalau misalnya nanti kakak punya pacar terus dia lihat kakak sama si Tere saja kek gitu kelakuannya, bisa-bisa kakak bakalan di putusin tau!" pesan bijak sang adik. "Terlalu jauh mah kamu mikir dek. Tapi kalau sampai seperti itu ya sudah biarkan saja itu cewek putusin kakak. Cewek mah kan masih banyak kalau dia gak bisa menerima keadaan ya sudah tinggalin." Bela Aichal dengan santainya. "Sangat berharga kah Tere buat kakak?" tanya Ayu memastikan dengan wajah cemasnya. "Sangat lah dek, sangat berharga." Jawab Aichal dengan yakinnya. "Sepenasaran itu kah kamu tentang siapa Tere dek?" lanjut Aichal. "Penasaran lah kak, gila apa itu cewek jadi-jadian sampai segitunya di bela sama kakak." Wajah Ayu kini berubah kesal. Kini wajah sang kakak berubah serius dan menatap dalam ke arah adiknya itu sekilas lalu kembali fokus ke jalanan. "Baiklah kalau kamu ingin tahu siapa Tere sebenarnya." Lirih pria muda itu. Sesi ini benar-benar terasa menegangkan bagi gadis itu. Bahkan jantungnya saja sampai berdebar menunggu kelanjutan dari perkataan sang kakak, hal yang tak terduga apa yang akan keluar nantinya. Ayu pun mengangguk kan kepalanya tanda kalau ia sudah siap mendengarkan. "Kamu masih ingat sama bang Teo gak?" tanya Aichal kini. "Masih, memangnya kenapa kak? Kita kan lagi bahas Tere kenapa malah jadi bang Teo sih?" jawab Ayu dengan wajah herannya. "Ya dia lah bang Teo." Aichal. "Hah maksud kakak?" "Bang Teo itu sekarang berubah menjadi Tere dek." Sekali lagi Aichal menegaskan. Seketika itu juga Ayu membelalakkan matanya tak percaya, belum lagi mulutnya yang juga terbuka membulat seperti donat. "Tutup mulutnya dek, nanti nyamuk masuk!" Aichal mengingatkan seraya tetap fokus menyetir. "Kakak lagi gak becanda kan?" tanya gadis itu yang masih tak percaya. "Ngapain juga kakak becanda dek. Sekarang kamu sudah paham kan kenapa sampai kakak bersikap seperti itu sama Tere." Aichal meyakinkan adeknya itu. "Tapi kak bagaimana bisa kak bang Teo jadi Mis Tere itu lho?" Ayu masih saja tak bisa terima kalau bang Teo yang dulu ia sempat kagumi bisa berubah jadi makhluk jadi-jadian itu. "Kakak juga belum alasannya apa dek, tapi yang jelas dia memang benar Teo dek." Lirih Aichal dengan wajah sedihnya. "Lah bagaimana kakak bisa gak tau alasannya. Kakak kan sahabatnya dekatnya bang Teo, masa gak tau sih?" Ayu masih keras kepala. "Eits jangan di samakan ya versi persahabatan wanita dengan lelaki dek. Kita tidak seperti kalian yang bersahabat terus semua t***k bengek kehidupan pribadi di ceritakan semua. Beda jauh bumi sama langit ya. Persahabatan antar lelaki masih tetap ada ranah pribadi yang tidak bisa kita bagi begitu saja. Dan kakak sangat menghargai bagaimana pribadinya Teo, nanti kalau sudah waktunya dia mau berbagi ya pasti dia akan cerita. Tugas kakak cuma satu yaitu kasi dukungan dan berusaha melakukan yang terbaik untuknya." Tutur Aichal panjang lebar. Malam panjang dengan cerita yang mengejutkan. Tapi dari percakapan panjang itu setidaknya Ayu bisa melupakan sejenak apa yang terjadi padanya di akhir sesi makan malam yang tak terduga itu. Sungguh kalau ia sampai mengingat hal itu malam ini dapat di pastikan ia tak akan bisa tidur sampai pagi karena kata-kata menyakitkan dari mantan sahabatnya itu. Perjalanan dua bersaudara itu pun terus berlanjut, menyusuri jalan dengan hiasan langit cerah bertabur bintang di atas sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN