Wirda Wiyasa

2148 Kata
Januarta sanjaya Satyas dengan segala kekuasaannya memaksanya menikah karena ingin melancarkan balas dendamnya. Pernikahan yang sama sekali tidak dinginkan oleh Wirda, apalagi diumurnya yang menginjak delapan belas tahun, harusnya ia menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya dikampus, bukan menjadi seorang istri seperti ini. Wirda menatap langit-langit kamar dan ia mengelus perutnya yang mulai membuncit, Janu memang tidak melukainya secara fisik, tapi Janu telah melukainya secara mental. Janu ingin membuatnya gila dan akhirnya melukai dirinya sendiri seperti Jiran adiknya Janu yang memilih bunuh diri karena ulah Kelvin Kakak sulungnya. Wirda meneteskan air matanya dan ia tak ingin tinggal disini lagi, apalagi ia merindukan keluarganya. Villa mewah ini menjadi penjara baginya, ia tak mungkin terus berada disini hingga kehamilannya diketahui Janu dan ia tidak bisa lepas dari Janu lagi. Wirda selalu mengingat ucapan Janu yang mengatakan jika apa yang terjadi pada Jiran, harus terjadi juga pada dirinya. Itu alasan Janu memaksanya tidur bersama dan berniat menjatuhkan mentalnya, hingga ia gila dan bunuh diri. Janu berharap Kelvin Wiyasa sama menderitanya dengan dirinya yang kehilangan adiknya, dengan cara seperti itu. Tapi Wirda bukanlah seorang yang lemah, karena ia berkeyakinan jika Kakak sulungnya Kelvin Wiyasa tidak bersalah. Wajah Wirda pucat pasih karena ada banyak hal yang ia pikirkan, apalagi kondisinya saat ini sedang hamil. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras dari balik pintu, hingga pintu kamar yang terkunci ini terbuka. "Saya datang menjemputmu pulang!" Ucapnya. "Saya Serkan, sepupu Janu," ucapnya memperkenalkan diri. Wirda meneteskan air matanya dan tanpa isakan, ia menatap Serkan dengan berani. " Apa kau diminta Mas Gatra untuk membawaku pulang?" Tanya Wirda. "Apa dia yang memintaku dan bukan Mas Kelvin?" Tanya Wirda. Gatra Candrama merupakan Kakak ipar Wirda dan ia adalah suami Aruna Wiyasa kakak perempuan Wirda. "Keduanya yang memintaku datang membawamu pulang," ucap Serkan. Melihat dari kondisi tubuh Wirda, ia telah menduga jika Wirda telah dimiliki Janu. Janu melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar ini membuat Wirda mengalihkan pandangannya memilih untuk tidak melihat Janu. Ia sangat terluka atas perlakukan Janu padanya dan ia berusaha untuk menyembunyikan kehamilannya karena hari ini adalah kesempatannya untuk bebas dari Januarta Sanjaya Satyas. "Dia akan aku bawa pulang!" Ucap Serkan menatap Janu dengan dingin. "Tidak bisa, dia telah menjadi istriku," ucap Janu mengeraskan rahangnya dan ia tidak akan membuarkan istrinya dibawa pergi Serkan. "Berapa kau membelinya dari Indra Wiyasa!" Tanya Serkan. Indra Wiyasa adalah Ayah kandung Wirda Wiyasa dan memang Indra yang telah menikahkan paksa Wirda dan Januarta. "Itu bukan urusanmu!" Ucap Janu kesal. "Kau berjanji akan mengabulkan satu permintaanku beberapa tahun yang lalu. Kau menganggapnya hutang bukan, aku menagih hutangmu!" Ucap Serkan. Bukan tanpa alasan ia membantu Wirda bebas dari Janu, karena ia tidak ingin Janu adik sepupunya ini mendekam didalam penjara karena kasus penyekapan dan pemaksaan. "Aku menginginkan dia tetap menjadi istriku apapun yang terjadi!" Ucap Janu dan ia menatap Wirda dengan dingin. "Tanyakan padanya apa dia mau tetap tinggal disini menjadi istrimu!" Ucap Serkan. "Tidak perlu bertanya karena dimana aku tinggal, dia akan tinggal bersamaku!" Ucap Janu dingin, ia tidak ingin Wirda pergi darinya. "Tidak, saya mau pulang, saya mau bertemu keluarga saya. Saya mohon bawa saya pergi dari sini!" ucap Wirda tanpa banyak berpikir dan ia menatap Serkan dengan tatapan memohon. Janu mendekati Wirda namun Wirda mengalihkan pandangannya seolah ia tak sudi menatap Janu. Tampak jelas kemarahan diwajah cantik itu. "Kalau kau tidak mengizinkan saya pulang yang akan segera kau temukan, hanya mayat saya disini, tapi bukannya memang itu yang kamu inginkan," ucap Wirda membuat Janu mengeraskan rahangnya. "Kau bisa memeriksa kebenaran atas bukti yang aku tunjukkan tadi Janu, jangan menetang ingat saya menagih hutangmu dan kau harus membayarnya dengan membebaskannya!" Ucap Serkan. Sebagai Kakak sepupu Janu yang tertua ia juga bertanggung jawab jika membiarkan Janu melakukan kesalahan lagi. Ia ingin memperbaiki kesalahan Janu adiknya ini dengan membebaskan perempuan yang Janu sekap. Serkan menarik tangan Wirda agar mengikutinya dan ia melangkahkan kakinya keluar dari Villa ini. Janu mengeraskan rahangnya, ia memiliki hutang budi kepada sepupunya Serkan dan lagi pula jika benar apa yang dikatakan Serkan dan bukti ini adalah kebenaran jika Kelvin Wiyasa tidak bersalah, ia telah melakukan dosa yang begitu besar. Apalagi dua hari yang lalu, ia telah menikahi Wirda dengan wali nikah Indra Wiyasa. Ia memberikan sejumlah uang dan membebaskan hutang Indra Wiyasa, agar bisa memperistri Wirda. Janu mengikuti Serkan dan Wirda yang saat ini berada dihalaman rumah, saat Wirda ingin masuk kedalam mobil. Wirda memutar tubuhnya menghadap Janu. "Saya akan menganggap semua ini adalah mimpi buruk yang datang kedalam hidup saya yang penuh luka. Anggap saja saya dan kamu tidak memiliki urusan apapun dan kita tidak pernah bertemu!" Ucap Wirda dingin. Ia masuk kedalam mobil bersama Serkan dan mobil melaju dengan kecepatan sedang. Wirda meneteskan air matanya dan ia berusaha kuat menghadapi semua masalah yang ia alami. Janu menatap mobil yang telah pergi menjauh itu dengan dingin. Ia sangat emosi saat ini dan ingin sekali memukul Serkan yang telah berani membawa pergi istrinya. "Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah lepas dari saya Wirda Wiyasa, kamu milik saya!" Ucap Janu dingin. *** Wirda Wiyasa telah bekerja kurang lebih satu tahun di perusahaan Satyasfood, ia menjadi seorang sekretaris yang cekatan dan hebat. Dibalik kaca mata yang ia pakai tersimpan mata indah yang menarik perhatian kaum Adam, namun Wirda selalu berusaha untuk menjauh dari laki-laki yang terlihat menyukainya. Bukannya tidak mau memiliki hubungan baru, tapi ia ingin fokus mencari uang demi putra semata wayangnya yang ia beri nama Damar. Dulu Wirda tinggal bersama Maminya Laksmi, Kelvin dan Oma Mentari namun sekarang Oma Mentari sudah meninggal dan hanya tersisa dirinya dan Laksmi. Sedangkan Kelvin tinggal di Rumahnya sendiri bersama anak perempuanya. Wirda telah meminta Kelvin untuk tinggal bersama di Kediaman Wiyasa, namun Kelvin menolaknya karena ia tidak ingin pergi dari rumah yang menyimpan kenangannya bersama sang istri. Kediaman Wiyasa sebenarnya bukanlah rumah milik keluarganya lagi, rumah ini telah Indra Wiyasa Papinya jual karena perusahaan mereka bangkrut dan kemudian dibeli Aruna Kakak perempuan Wirda. Aruna Wiyasa tak ingin kediaman yang menyimpan banyak kenangan itu diambil orang lain. Bagi Wirda dan Laksmi mereka tinggal di kediaman utama Wiyasa saat ini hanya menumpang di Rumah ini dan oleh sebab itu Wirda tidak ingin merepotkan keluarga suami Aruna yang telah baik dan banyak membantu dirinya juga keluarganya. Bahkan Wirda memilih untuk bekerja diperusahaan lain alih-alih perusahan keluarganya apalagi perusahan Kakak iparnya. "Ma, Damal nggak mau sekolah," ucap Damar. "Kenapa?" Tanya Wirda. Damar menggelengkan kepalanya dan itu membuat Wirda menghela napasnya. Anaknya sangat keras kepala dan ia tahu pasti jika kemungkinan besar anaknya ini, mirip Januarta Sanjaya laki-laki yang sangat ia benci. Pernikahan bersama Januarta terjadi bukanlah keinginannya dan saat itu, ia masih sangat muda namun telah mengalami hal buruk akibat dendam yang mendarah daging yang dilakukan seorang Janurta Sanjaya pada keluarganya. "Meleka nanya sama Damal mana Papanya Damal, Ma? Papanya Damal kan nggak ada lagi," ucap Damar. Wirda mengelus kedua pipinya Damar dan ia mencium pipi gembul putranya itu. "Bukan nggak ada lagi sayang tapi Papanya Damar itu tinggalnya jauhhh banget jadi susah untuk pulang," ucap Wirda. "Papanya Damal itu pisah sama Mama?" Tanya Damar membuat Laksmi yang sejak tadi hanya mendengarkan ucapan Damar hanya bisa menghela napasnya. Sebenarnya Januarta pernah beberapa kali menemuinya dan memang meminta maaf padanya atas apa yang dilakukannya kepada Wirda. Bahkan Janu juga telah mengirimkan sejumlah uang setiap bulannya untuk kebutuhan Damar dan Wirda, namun tetap saja Wirda menolak pemberian Janu. Laksmi akhirnya memutuskan untuk menabungkan uang itu dan berharap jika suatu saat uang itu akan dipergunakan Damar dan Wirda. Mungkin nanti untuk pendidikan Damar karena Janu tidak ingin putranya itu hidup kekurangan. "Sayang nggak semua orang tua itu ada Mama dan Papanya. Lihat Mama, Papa Mama nggak ada kan sayang..." ucap Wirda. "Papanya Mama ada, itu Kakek Indla," ucap Damar. Wirda bingung menjelaskan kepada Damar, ia ingin sekali mengatakan jika benar ia telah berpisah dengan Januarta yang merupakan Papa kandung Damar sama halnya dengan Laksmi Maminya atau neneknya yang juga berpisah dari Kakeknya Indra. "Pokoknya Damar mandi sekarang, kalau nggak mandi nanti Mama nggak jadi hari minggu ke Rumah Bunda Aruna, katanya kamu mau main sama Mbak Cinta, Kasih sama Richi," ucap Wirda. Biasanya jika ia menyebut nama ketiga keponakannya itu pasti Damar akan mengikuti perintahnya. "Iya Damal mandi," ucap Damar dan ia melangkahkan kakinya sambil menyebikkan bibirnya menuju kamar. "Mi...nih anaknya Janu ngeselin Kan Mi..." ucap Wirda membuat Laksmi tersenyum. "Yaudah kamu pertemukan saja dia sama Papanya!" Ucap Laksmi. "Ogah enak saja, dia yang bikin hidup aku hancur Mi," ucap Wirda. "Nggak baik memupuk dendam nak, sampai saat ini Janu juga nggak menikah lagi. Jelas-jelas kalian itu belum cerai nak....coba kamu ketemu sama dia dan ajak bicara dari hati ke hati!" Ucap Laksmi. "Nggak mau," ucap Wirda. "Udah lima tahun Wirda, Mami rasa sudah cukup kemarahan kamu nak!" Ucap Laksmi. Wirda memilih diam dan ia tidak menanggapi ucapan sang Mami. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar untuk memandikan Damar putranya. Mengingat sosok Janu membuatnya kesal dan akhirnya ia akan menangis karena kesal. Bagaimana tidak seharusnya ia mengalami masa indah menjadi mahasiswa dikampus, namun ia hamil dan menikah muda karena dendam seorang Janu. Dendam yang seharusnya tidak ia lampiaskan kepada dirinya karena sejatinya, ia tidak tahu apapun mengenai kematian adik kandung Janu. Tinggal bersama Janu bagaikan neraka karena Janu mengintimidasinya, menyiksanya dengan kata-kata tajam bahkan memperlakukannya dengan kasar. Ia tidak ingin mengalami hal itu lagi dan lebih memilih menjauhkan diri dari trauma masalalu yang ingin ia lupakan. Meskipun Janu telah meminta maaf dan bahkan tak kunjung menceraikannya atau bahkan menikah lagi. Wirda ingin Janu merasakan hukuman darinya yaitu rasa sepi. Ia bahkan tak pernah mengizinkan Janu Wirda masuk kedalam kamarnya dan menuju kamar mandi, ia melihat putra kecilnya itu telah besar. Putranya mulai penasaran dengan sosok ayah kandungnya yang tidak pernah ia izinkan untuk bertemu dan ternyata Janu benar-benar tidak menemui putranya itu secara diam-diam meskipun ingin. "Mama yang antelin aku sekolah ya Ma!" Pinta Damar. Wirda sedang melumuri tubuh Damar dengan sabun dan ia tersenyum mendengar permintaan putranya ini. "Oke nak, Mama yang antar Damar ke sekolah," ucap Wirda. "Siapa yang jemput Damal sekolah nanti?" Tanya Damar. "Hmmm....siapa ya?" Goda Wirda. "Mama aja atau Papi Kelvin," ucap Damar. "Mama saja, nanti mama izin sama bosnya Mama buat jemput Damar atau nanti kalau Mama nggak bisa jemput Damar, siapa tahu Bunda mau jemput Damar," ucap Wirda mengingat Aruna Bundanya Damar yang merupakan kakak perempuannya. Aruna Wiyaaa sangat menyayangi Damar dan setiap libur sekolah pasti Aruna selalu mengajak Damar liburan bersamanya. Apalagi Damar dan Richi anak bungsu Aruna juga sekolah di sekolah yang sama. "Oke Ma," ucap Damar. Setelah selesai mandi, Wirda memakaikan seragam sekolah Damar, saat ini Damar sekolah di Tk dan putranya ini sungguh mengagumkan karena telah bisa membaca dan menulis. Wirda menduga jika kecerdasan Damar kemungkinan besar diturunkan oleh Papanya yang memang cerdas. Setelah itu Wirda segera mengganti pakaiannya dan ia juga telah menyiapkan bekal berupa bento untuk putranya dan juga dirinya. Sebenarnya Aruna Kakak perempuannya itu memintanya untuk bekerja di perushaaannya, namun lagi-lagi Wirda menolaknya dengan alasan ia tidak akan berkembang jika terus dimanjakan oleh kakak-kakaknya. Wirda telah siap dengan rok selutut dan blazer bewarna putih yang ia kenakan. Ia memakaikan Damar tas dan memegang tangan Damar, lalu melangkahkan kakinya menuju lantai dasar. "Aduh cucu nenek udah siap ke Sekolah, ya?" Tanya Laksmi. "Udah Nek," ucap Damar. "Rajin-rajin sekolah biar pintar Damar!" Pinta Laksmi. "Iya ini, Damal Sekolah," ucap Damar. Laksmi melihat motor yang terpakir diparkiran dan ia mengehla napasnya karena betapa keras kepala putrinya ini yang memilih memakai motor dari pada mobil miliknya yang dibelikan Aruna dan Kelvin anak-anaknya. "Pakai mobil Mami saja Nak, nanti kalau hujan gimana?" Tanya Laksmi khawatir. "Kan nggak hujan Mi," ucap Wirda membuat Laksmi menghela napasnya. "Wirda ini bukan anak Mami yang manja tinggal dan hanya bisa minta uang sama Mami. Wirda punya Damar dan harus bisa mandiri loh Mi, kalau Wirda selalu dimanjakan akan ada alasan...." Ucap Wirda terhenti dan ia melihat kearah Damar. "Wirda tidak ingin Janu mengambil Damar dari Wirda," ucap Wirda pelan dan suaranya terdengar lirih. Tidak memiliki penghasilan bisa menjadi senjata Januarta Sanjaya untuk mendapatkan hak asuh anaknya. "Dia nggak akan sekejam itu sama kamu, kalau dia mau Damar. Dia pasti sudah merebut Damar dari kamu," ucap Laksmi. Untung saja pembicaraan mereka ini tidak didengar Damar karena Damar sedang berbincang dengan maid yang sudah bagaikan ibu asuh bagi Damar. "Dia mana berani waktu itu mengambil Damar dari aku Mi, apalagi Mas Gatra nggak akan membiarkan itu terjadi," ucap Wirda mengingat sosok Kakak iparnya yaitu suami Aruna yang memiliki kekuasaan dan bisa saja menghancurkan Januarta Sanjaya jika berani mengganggunya dan Damar. "Kalau begitu kamu urus cerai dan kamu menikah lagi saja biar aman, kalau Damar bisa Mami yang urus. Bagi Mami yang terpenting kamu itu bahagia nak!" Ucap Laksmi. "Kalau dia yang mau nikah lagi, dia saja yang urus surat cerai Mi karena untuk saat ini aku masih ingin sendiri," ucap Wirda. Ia belum ingin merajut kisah cinta dengan siapapun saat ini meskipun tak sedikit laki-laki yang tertarik padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN