Wirda sedang berada di Rumah kediaman Wiyasa bersama Kelvin Kakak sulungnya dan ia terlihat sangat murka saat ini. Wirda nyaris gila saat melihat Damar berada di Kediaman Januarta Sanjaya Satyas. Ia meneteskan air matanya dan tak sanggup jika Damar dibawa Januarta pergi darinya. "Damar itu hidup aku Mas, hidup aku!" Lirih Wirda.
"Iya Mas tahu, kamu tenang dulu dek!" Ucap Kelvin mencoba menenangkan Wirda.
"Gimana mau tenang, Damar dibawa sama Mama ke Rumah Janu," ucap Wirda.
"Rumahnya Janu itu rumah Damar juga Dek, Damar itu anak Janu dan dia juga berhak bertemu putranya!" Ucap Kelvin.
"Berhak dari mana Mas, aku yang melahirkan Damar dan aku yang merawat dia selama ini...hiks...hiks...tiba-tiba muncul begitu saja kayak gini," tangis Wirda.
"Kamu memang melahirkan dia, tapi sejak dulu saat kamu hamil dia mau bertanggung jawab sama kamu dan saat lahir juga Janu ingin bersama kamu dan Damar, tapi kamu yang menolak," ucap Kelvin mengingat masalalu bagaimana Wirda menangis dan tidak mau bertemu lagi dengan Janu. "Kamu benci banget sama Janu saat hamil, makanya Damar mirip banget sama Janu," ucap Kelvin membuat Wirda membuka mulutnya dan ia segera menghapus air matanya dengan jemarinya. Ia sangat kesal dengan ucapan Kelvin yang sepertinya telah membela Janu dan bukan dirinya.
"Mas Kelvin dikasih apa sama Janu? Kenapa belain Janu? Mas yang adik Mas itu aku loh Mas....hiks...hiks...aku tu dijahatin sama dia karena siapa coba karena Mas..." kesal Wirda.
"Itu kan masa lalu, kita udah sepakat untuk saling maafkan Dek. Ingat kalian itu punya Damar, waktu itu saat kamu melahirkan Mas tanya sama kamu, mau ceria apa nggak? terus kamu jawab biarkan saja begini. Kamu mau ngebalas Janu dengan memisahkan dia sama anaknya dan menggantung pernikahaan kalian. Mas nggak lupa apa yang kamu bilang waktu itu Dek, pada hal kalau saat itu kamu mau cerai meskipun Janu nggak mau cerai, Mas dan Mas Gatra pasti bantuin kamu buat beneran pisah dari dia dan hak asuh sama kamu," ucap Kelvin. Sudah berulang kali saat itu ia mengatakan hal ini namun Wirda memilih untuk pisah tinggal alih-alih mengurus perceraian setelah ia melahirkan.
"Sekarang saja Mas bercerainya tapi bantuin aku buat mendapatkan hak asuh Damar!" Pinta Wirda dengan tatapan memohon.
"Nggak bisa, kamu pikir Janu nggak bisa berbuat sesuatu sama kamu dan Damar?" Ucap Kelvin. "Dia sudah menahan diri tidak melakukan apapun selama lima tahun ini, Mas kira dia akan menyerah dan akhirnya menceraikan kamu tapi dia menunggu dan mengikuti peraturan yang telah diberikan Mas dan Mas Gatra. Jika bukan karena Mas Gatra mungkin kamu nggak akan bebas selama lima tahun ini, kamu nggak bisa fokus kuliah dan bekerja," ucap Kelvin.
"Semuanya juga telah kalian atur, kalian pasti merencanakan semua ini. Aku bisa kerja di Satyasfood tanpa aku tahu kalau si Janu itu ternyata cucu pemilik Satyas grup. Sekarang aku tu merasa dijebak gini sama kalian, kalian nggak ada yang mau bantu aku agar bebas dari Janu, hiks...hiks...," lirih Wirda dan air matanya menetes membuatnya segera menghapus air matanya dengan cepat dengan jemarinya. "Aku nggak mau terpisah dari anakku Mas, apapun akan aku lakukan demi Damar. Damar itu hidup aku, tanpa dia lebih baik aku mati!" ucap Wirda dan ia kembali menteskan air matanya.
"Mama..." Teriak Damar. Damar melangkahkan kakinya dengan cepat mendekati Wirda. Wirda terkejut melihat kedatangan Damar bersama Laksmi Maminya, Wirda segera memeluk Damar dengan erat. Ia menghapus air matanya agar Damar tidak melihatnya yang sedang menangis.
"Assalamuaikum," ucap Wirda.
"Waalikumsalam Ma, Damal lupa tadi bilang Assalamuaikum," ucap Damar.
"Iya nggak apa-apa sayang," Wirda menahan air matanya yang kembali ingin menetes.
"Tadi Damal ke Lumah besal banget Ma, pelginya sama Oma," ucap Damar.
"Damar kedalam dulu ya, mandi sama Mbok, Mama mau ngobrol duduk sama Papi Kelvin dan Oma!" Ucap Wirda.
"Oke," ucap Damar tersenyum riang dan ia segera masuk kedalam rumah mencari Maid yang berada didapur.
Saat ini Wirda menatap Laksmi dengan sendu, air matanya lagi-lagi menetes begitu saja membuat Laksmi menghela napasnya. "Kenapa Mami membawa Damar ketemu Janu? Kenapa Mi?" Tanya Wirda dengan tatapan penuh kecewa.
"Mami mencoba membujuk Janu agar mengerti kondisi kamu, nak..." ucap Laksmi.
"Maksud Mami apa? Mami mau memberikan Damar sama Janu, Mi?" Tanya Wirda dan ia menatap Laksmi dengan wajah bersimbah air matanya. Yang ia butuhkan saat ini adalah dukungan keluarganya tapi sepertinya sekarang tak ada dukungan dari keluarganya.
Laksmi menghembuskan napasnya dan ia mengelus kepala Wirda dengan lembut. "Mami sayang sama kamu nak, apa yang Mami lakukan semuanya demi kamu. Kebahagiaan kamu adalah kebahagian Mami," ucap Laksmi.
"Kebahagian Wirda itu bisa membesarkan Damar Mi dan tidak hidup berpisah dari Damar, kalau kebahagiaan Mami itu aku, kebahagian aku tu Damar," ucap Wirda.
"Wirda kamu dengerin dulu Mami! jangan mengambil kesimpulan aneh yang saat ini ada di pikiran kamu, kamu pasti berpikir Mami dan aku belain Janu!" ucap Kelvin kesal.
"Iya, kalian pasti seperti itu," ucap Wirda.
"Sayang, kamu dengerin Mami dulu ya nak!" Bujuk Laksmi. Ia menatap wajah cantik putrinya itu dengan sendu dan ia menghapus air mata Wirda dengan jemarinya. "Mami itu ke Rumah Janu ingin membujuk Janu agar dia bisa melembutkan hatinya. Dia tidak perlu membawa paksa Damar atau mengajukan permohonan cerai dengan merebut hak asuh Damar dari kamu. Yang Mami inginkan kalian itu berdamai dan berdiskusi tentang anak kalian, sekarang itu bukan lagi tentang kamu dan dia nak, tapi ada Damar yang harus kalian prioritaskan!" Ucap Laksmi.
"Iya aku tahu Mi, tapi Mami tahu kan bagaimana keras kepalanya Janu," lirih Wirda.
"Kamu juga keras kepala, dua orang yang keras kepala kalau berbicara tidak ada yang aku mengalah lalu apa salah Mami mencoba bicara sama Janu dari hati ke hati? Jika tadi Mami tidak segera datang ke Sekolah, Damar pasti akan dibawa paksa para Bodyguard Janu. Pagi tadi Janu telepon Mama, dia bilang sudah saat dia bertindak, dia ingin keluarganya kembali. Kamu tahu arti dari ucapannya?" Tanya Laksmi membuat Wirda menghela napasnya. "Bagi Janu, Damar adalah keluarganya. Damar adalah darah dagingnya yang ingin dia lindungi dan yang ingin dia jaga nak!" Ucap Laksmi.
"Walaupun Mami membujuknya, dia akan tetap bersih keras ingin memgambil Damar dari aku kan Mi?" Lirih Wirda.
"Iya, kita juga tidak bisa melarang seorang ayah ingin bertemu anaknya, setidaknya Mami telah berusaha agar dia tidak membawa Damar sekarang nak, hari ini dia mengalah dan mengantar Damar dan Mami pulang ke Rumah ini. Jika tadi dia bersikap seperti dulu keras dan melakukan apapun sesuai keinginnnya, Damar pasti tidak akan pulang bersama Mami hari ini," ucap Laksmi.
"Aku harus apa Mi, Mas?" Lirih Wirda.
Kelvin menghela napasnya, ia juga tidak bisa melarang jika Janu ingin bertemu dengan putranya bahkan ingin mengambil hak asuh putranya. Lima tahun ini Janu menujukan itikad baik dengan tidak mengganggu Wirda namun, tetap memberikan nafkah untuk Wirda dan Damar. Ia bahkan tidak terdengar memiliki kedekatan dengan wanita lain, apalagi berniat untuk menikah lagi. Hubungan Wirda dan Janu juga masih terikat pernikahan secara hukum dan tak ada peceraian diantara mereka.
"Kembalilah bersama suamimu Wirda, kamu juga cukup dewasa untuk benar-benar menjadi seorang istri dan ibu yang baik Dek!" Ucap Kelvin.
"Mas Kelvin mau aku menjadi istri monster yang tidak memiliki hati dan bersikap semena-mena, lalu dia akan menghancurkan mentalku lagi? Itu maksud Mas Kelvin, ingat Mas apa yang terjadi padaku itu dulu juga karena kamu Mas, ingat itu!" Ucap Wirda.
Kelvin menatap tajam Wirda membuat Wirda terkejut dengan sikap kakak sulungnya ini "Dia dan Mas manusia biasa Wirda, jika dia memang tidak memilik hati seperti apa yang kamu katakan, lima tahun ini dia tidak akan bertahan dengan perjanjian itu," ucap Kelvin.
"Perjanjian apa? Kalian pikir hidupku itu permainan kalian pikir hatiku itu tidak berguna? Ya...kalian tega jahat...hiks...hiks...kalian tidak tahu apa yang aku alami," lirih Wirda.
"Lalu apa yang kau inginkan sekarang, berperang melawan Janu dengan mengajukan perceraian? Kenapa tidak setelah melahirkan kau merengek meminta bercerai? Kenapa selama ini kau diam dan tidak melakukan apapun dengan statusmu yang masih menjadi istri Janu?" Tanya Kelvin dengan emosinya yang begitu tinggi.
"Aku...aku...ingin balas dendam Mas, puas kamu Mas hiks...hiks...aku nggak bersalah tapi masa depanku hancur karena menikah diumur yang masih muda," ucap Wirda.
"Lupakan masa lalu, Janu sudah berubah. Tidak ada gunanya memupuk dendam, dia juga tidak ingin bercerai darimu kalau dia ingin bercerai, dia telah melakukannya dari dulu. Pilihan yang paling benar kembali bersama suamimu, bangun pondasi rumah tangga kalian!" Ucap Kelvin.
"Tidak..." ucap Wirda.
"Kau akan menyesal jika suatu saat Janu menikah dengan orang lain dan Damar memiliki ibu baru," ucap Kelvin.
"Mas Kelvin...jahat..." teriak Wirda menatap Kelvin dengan tatapan penuh permusuhan.