Bab 23

1157 Kata

“Hill! Cepetan!” Aku menggedor pintu kamar mandi berulang. Gegara keasyikan tidur dan membayangkan wajah tampan Mas Bos Duren, bangunku kesiangan. Sudah jam lima sekarang. Belum lagi puatan pesanan dia semalam telur dadar mata sapi. “Bentar!” Hilda menjawab santai, tetapi tak kunjung datang. Aku menggaruk kepala. Belum salat shubuh juga. Duhh, kacau. Duduk termenung pada kursi plastik yang ada di dapur sempit kami. Menunggu Hilda sambil terkantuk-kantuk dan sesekali menguap. Namun terdengar guyuran air masih belum berhenti. Hilda kalau sudah mandi memang menghabiskan waktu. “Hill, airnya isi!” “Iyaaa!” Lagi, aku masih harus menunggu. Sudah sepuluh menit berlalu. Akhirnya, karena kesal. Aku gegas menuju wastafel. Aku mengambil wudhu di sana. Semua berjalan lancar hingga akhirny

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN