Bab 26

1048 Kata

Dia tersenyum, lalu menarik napas panjang. Setelah itu dia menatapku dengan lekat. Aku sengaja mengalihkan perhatian pada apa saja, biar gak gugup. Toh dia saja tadi sudah bilang kalau kotak marun itu bukan untukku. “Ra, saya di sini bicara di luar hubungan kerja, karenanya saya memilih tempatnya di sini dan bukan di kantor.” Aku bergeming. Kebat-kebit sih, masih ngarep walau sudah gak mungkin. “Saya mau memastikan dulu sama kamu. Apakah benar sekarang ini kamu sendirian?” Aku mengangkat wajah. Benarkah yang aku dengar, dia mulai bertanya tentangku. “Kamu masih sendiri kan?” Dia kembali menegaskan. Aku menelan saliva. Iya, sih … sebetulnya masih sendiri. Walaupun tengah menjadi pacar seminggunya Bang Ferdi, tapi masa sih aku cerita, kan malu kalau dia tahu kami segabut itu. A

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN