Mata Amira mendelik kaget. Kemudian tangan langsung memukuli Ilyas. Karena sekali lagi, suaminya tidak tahu tempat. "Apa sih? Diajak yang enak malah mukul," keluh Ilyas sedikit menghindar. "Ya makanya kalau ngomong diatur." "Kamu pikir mulut ini staf kereta? Ngatur jadwal jalannya kereta?" celetuk Ilyas. Bibir Amira langsung cemberut. Jemari Ilyas yang menyentuh bibirnya dengan tatapan mata tertarik, langsung Amira tepis kasar. "Sadar!" Semua orang melirik ke arahnya yang berteriak. Ilyas mendelik menyalahkan, karena mereka mendadak jadi pusat perhatian. "Serasa ingin karungin kamu, Amira." Amira menarik napas, berusaha sabar dengan sifat suaminya. Namun, Amira menggeser duduknya sedikit jauh dari Ilyas. "Ya, geser saja terus, bila perlu sampai jatuh," komen suaminya. "Jahat seka