"Apa sih Mas? Mikirnya buruk sekali, istri mana coba yang mau bunuh suami sendiri?" celetuknya. Mata Ilyas memandang tajam dan tak mendengarkan Amira. Memilih mengobati sendiri, sementara Amira memperhatikan cara suaminya yang begitu telaten mengoles salep. "Jangan dilihat terus, nanti cakarannya makin menyebar," sindir Ilyas. "Apaan sih! Cuma dilihat doang pelit amat." Ilyas meliriknya. "Besok aku ada jadwal operasi full seharian. Bisa belikan makanan dan antar ke rumah sakit?" Melihat suami yang sudah selesai mengobati, Amira pun mengemas lagi obatnya pada kotak. Lantas, kepala menoleh dan mulut mulai menyahut. "Kan bisa pesan makanan di luar, seperti biasa." Helaan napas Ilyas terdengar. "Aku ngajak kamu makan bareng di rumah sakit." "Ih yang jelas dong Mas. Lagi pula orang itu