Edna menatap handphonenya dengan ragu lalu melihat ke kanan dan kiri cubicle di dalam kantornya. Pagi ini terlihat masih sepi.
Ia tengah menunggu Ghe, tapi Edna lupa ternyata Ghe sedang keluar kota dari kemarin dan baru kembali hari ini.
Perlahan Edna menelpon seseorang dan sebuah nama muncul di handphonenya. Ghe.
"Edna,..." panggil seseorang dengan suara khas yang berat tapi lembut itu terdengar di telinganya.
"Aku ganggu gak mas?" tanya Edna ragu.
"Kamu sudah terima kado ku?" tanya Ghe seolah tahu apa yg akan Edna bicarakan.
Edna terdiam dan mengingat tiba-tiba ada sebuah kado yang tersimpan di laci meja kerjanya kemarin dan kado itu dari Ghe.
"Sudah kuterima dan aku berniat untuk mengembalikannya."
"Kenapa?"
"Mas, aku tak bisa menerima hadiah semahal itu dari kamu, apalagi kalau suamiku tahu ia pasti tidak suka."
"Jangan katakan itu dari aku, ..."
"Aku gak berani mas, barang itu terlalu mahal untukku."
"Aku tak ingin kamu kembalikan. Kalau tidak mau, sudah buang saja ke tempat sampah!"
"Mas,..."
Tak ada suara.
"Baik, jika ingin kamu kembalikan. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk teman kecilku ini,..."
"Aku sudah cukup senang mas Ghe perhatian dan tahu kalau aku besok ulang tahun." ucap Edna pelan.
"Kalau gitu, gimana kalau besok sore aku traktir kamu makan saja di cafe bawah? Jangan menolak lagi." pinta Ghe di ujung sana.
"Oke." jawab Edna ragu lalu memutuskan hubungan telepon.
Edna melamun sesaat. Sejak ia masuk kedalam kantor ini, hubungannya dengan Ghe memang termasuk cepat dekat, apalagi sebelum ia menikah dengan Dru, tapi setelah menikah pun Ghe tak mengurangi dan mengubah cara pertemanan mereka.
Ada rasa bersalah dihati Edna, kali ini ia menyadari bahwa Ghe ada rasa padanya dan Edna berkontribusi untuk memupuk perasaan itu karena tak memberikan batasan yang jelas pada Ghe. Ia merasa sangat bersalah pada Dru.
Mendadak Edna merasa merindukan Dru, suami yang menurutnya menyebalkan, selalu ngatur dan m***m.
Tanpa sadar Edna menghubungi Dru.
"Ed,..." sapa Dru di ujung sana.
Edna hanya diam.
"Ed,..." panggil Dru lagi ketika tak mendengar suara apapun.
"Mas,..." pangil Edna pelan.
"Ya?" tanya Dru sabar menunggu.
"Kepencet! Maaf ya!" jawab Edna dengan suara datar.
"Ya udah gpp, bagus gak sengaja kepencet jadi aku bisa denger suara kamu di jam segini," jawab Dru dongkol, di dalam hatinya ia berharap Edna menceritakan soal tas itu.
"Udah ah, aku mau kerja,..."
"Ngobrol dulu sama aku Ed,..."
"Tiap hari kita juga ngobrol mas."
"Ya kali aja kamu mau cerita apa gitu,..." pancing Dru.
"Nggak ada! Udah ah! Jangan lupa nanti jemput aku ya mas, bye."
Lalu terdengar suara klik sebelum Dru sempat mengatakan apapun.
Dru menatap handphonenya sesaat. Hati gundah, tapi ia percaya pada Edna, walau ada perasaan atau tidak pada dirinya, Edna bertanggung jawab atas pernikahannya.
***
Pagi yang cerah.
Dru memperlakukan Edna seperti anak kecil yang sedang berulang tahun dan membuat Edna gerah.
"Mas ah! Norak!" ucap Edna saat suaminya masuk kamar membawakan kue ulang tahun kecil dengan topi ulang tahun dan bernyanyi dengan suara gak karuan.
Dru pun menyodorkan kue untuk ditiup tapi Edna malah meletakan kue ulang tahunnya diatas meja.
Perlahan ia menghampiri Dru dan memeluknya sambil membenamkan wajahnya di d**a Dru yang lebar.
Dru tertegun sesaat.Ini pertama kalinya Edna berinisiatif terlebih dahulu untuk memeluknya.
Ia pun membalas pelukan Edna dengan hati bahagia.
"Ed,..."
"Makasih ya mas,..." ucap Edna dengan suara lembut dan semakin memeluk Dru erat lalu mengecup bibir suaminya pelan.
"Ed, kamu gak apa apa kan?" tanya Dru saat merasa aneh melihat Edna memeluknya begitu lama.
Edna hanya memejamkan matanya. Hatinya merasa gelisah, ia tak berani menatap mata Dru yang polos.
Bagaimana bisa ia mengatakan pada suaminya kalau hari ini ia akan bertemu dengan Ghe untuk makan bersama di sebuah kafe di kantor sedangkan kemarin malam Dru sudah bersemangat untuk menjemput dirinya agar mereka bisa menghabiskan waktu bersama di mall sambil nonton dan makan malam untuk merayakan ulang tahun Edna. Tapi Edna harus bertemu dengan Ghe untuk mengembalikan hadiah yang Ghe berikan.
"Aku gak apa apa. Aku lagi menikmati dipeluk sama suamiku yang norak tapi baik hati ini." puji Edna.
Dru menatap wajah Edna yang bersandar di dadanya.
Pagi ini Edna berdandan cantik sekali. Rambutnya diikat ekor kuda, wajahnya dirias tipis tapi bibirnya terpulas lipstik warna merah sehingga membuat Edna tampak polos, cantik sekaligus menggemaskan.
Dru menatap Edna dalam lalu mengecup keningnya gemas.
"Ayo siap siap.Karena hari ini hari spesial kamu, Ny. Dru diantar sampai depan lobby kantor." ajak Dru.
"Hari ini kamu berangkat lebih dulu aja mas. Aku nanti dijemput Dita, soalnya mau langsung pergi meeting ke kantor client. Kantornya jauh, bisa terlambat jika harus berangkat dari kantor." tolak Edna tiba tiba seraya melepaskan pelukannya dan menjauh dari Dru.
"Kantornya dimana? Biar kalian aku antar saja." ucap Dru sambil merapikan kemejanya.
"Nggak usah, Dita bawa mobil. Kalau mas Dru antar nanti kamu bisa terlambat sampai kantor selain itu juga membuat kita kesusahan naik kendaraan umum online saat selesai meeting nanti." tolak Edna lagi.
"Okay. Tapi malam ini kita jadi bersenang senang kan ya, kamu yakin mau langsung ketemu di mall? Gak mau aku jemput dulu?" tanya Dru sembari memeluk Edna kembali dari belakang.
"Iya, kita ketemu di mall aja langsung." jawab Edna berusaha tenang dan riang.
Dru mencium tengkuk Edna mesra. Ia merasa kecanduan untuk menyentuh istrinya.
"Ayo cepat berangkat, nanti kamu terlambat. " usir Edna sambil melepaskan pelukan Dru dan menyuruh suaminya cepat- cepat berangkat kerja.
Dru pun menurut ia pun mengambil kunci mobil dan tasnya di iringi langkah Edna dari belakang.
Edna menatap Dru yang sedang memanaskan mobil. Ia merasa sangat bersalah karena sebenarnya ia berbohong pada Dru.
"Mas,..." panggil Edna spontan.
Dru pun menoleh. Edna berlari menghampiri Dru dan lagi-lagi memeluk Dru erat.
"Ayo sana berangkat." suruh Edna lalu menutup pintu mobil. Dru menjalankan mobil perlahan sambil terus menatap Edna dari kaca spion nya.
Sikap Edna terasa ganjil untuk Dru tapi benar-benar membuatnya bahagia. Dru tak sabar untuk segera menyelesaikan pekerjaannya lalu pergi bersenang senang dengan Edna.
Setelah memastikan mobil Dru benar benar hilang dari pandangan, Edna segera kembali kedalam rumah dan segera menuju walking klosetnya. Ia mengeluarkan kado pemberian Ghe. Ia mengusap tas itu perlahan dan segera mengemasnya kembali.
Edna ingin segera mengembalikan tas itu dan tak ingin membuat Dru merasa dikhianati olehnya.
Bersambung.