Rangga memulai olah raga keringat dengan Dina. Rangga membuka pakai Dina dengan merobek baju tidur milik Dina dan membuangnya begitu saja.
"Kamu nakal, Sayang," ujar Dina dengan manja.
"Aku nakal hanya padamu, bukan kepada wanita lain," jawab Rangga.
Rangga yang sudah tidak tahan segera mendekatkan diri ke leher Dina. Sapuan lidah Rangga mengenai kulit leher Dina hingga membuat Dina mengerang dan meliuk-liuk.
"Shhh, uhmmm, lagi, Sayang," erang Dina.
Dina menjambak rambut Rangga dan menekan kepala Rangga agar lebih memperdalam sapuan lidahnya.
"Aku sudah tidak kuat lagi, aku benar-benar ingin memakanmu sayang," ucap Rangga yang sudah tidak tahan ingin melakukan penyatuan dengan Dina.
"Lakukan saja, Sayang, aku siap," sahutnya dengan suara parau.
"Baiklah, kita mulai, Sayang!" Rangga segera membuka pakaianya hingga keduanya polos.
Rangga segera bermain permainan keringat, dia tidak peduli jika ada yang mencarinya. Atau dia tidak perduli akan dosa yang dia lakukan saat ini Rangga sudah melupakan semuanya. Rasa kesalnya dia tumpahkan semuanya. Wajah Anggi terus menari di pikirannya hingga dia terus bermain tanpa henti. Dina benar-benar, merasa puas karena suami sahabatnya bisa dia rebut dan sekarang ada di depannya.
"Enak sekali, kamu benar-benar membuat aku candu, Sayang," ucap Rangga merasakan adiknya di jepit oleh inti Dina.
Keduanya bermain dengan bahagia, berbagai gaya yang mereka lakukan dan sudah berkali-kali keduanya mendapatkan kenikmatan.
***
Anggi masih melamun memikirkan foto yang dikirim oleh Della. Hatinya begitu sakit suami yang dia cintai harus kembali bermesraan dengan sang sahabat.
"Kenapa Mas, kenapa kamu masih tetap bersamanya, tidak bisakah kamu sedikit saja menghargai aku. Apa yang harus aku lakukan lagi Mas, apa aku harus menyerahmu atau aku mempertahankanmu dengan menghampiri Dina untuk memintanya melepaskanmu?" tanya Anggi dalam hati.
Anggi menghapus air matanya, dia akan berusaha untuk mempertahankan Rangga seperti yang Della katakan. Tidak ada salahnya jika dia berusaha merebut suaminya.
Di rumah orang tua Rangga kedua kakak beradik yang di minta untuk menyampaikan pesan dari sang Ayah segera mendekati Tuan Sarwono Wiyata untuk memberitahukan jika mereka sudah menyampaikan ke Rangga dan Anggi mengenai undangan sang Ayah ke mereka berdua.
"Assalamu'alaikum," salam keduanya saat memasukki rumah dan mendekati Tuan Sarwono dan Nyonya Sherly.
"Walaikumsalam," sahut keduanya.
"Hmm, kalian sudah pulang. Apa sudah kalian sampaikan pesan dariku?" tanya Tuan Sarwono ke anaknya.
"Sudah Pa, kami sudah sampaikan. Tapi, Rangga tidak ada, hanya Anggi saja yang kami jumpai. Kami juga sudah katakan untuk datang bersama Rangga nanti. Papa sudah telpon Rangga secara langsung?" tanya Amora.
"Nanti saja Papa telpon dia. Lagipula, dia dikantor dan dia pasti sedang sibuk, Papa tidak mau ganggu," jawab Tuan Sarwono.
Amora dan Naomi menganggukkan kepala mendengar jawaban Tuan Sarwono. Keduanya saling melirik satu sama lain dan tersenyum. Nyonya Sherly curiga dengan kedua anaknya.
"Ya sudah, Papa mau ke kantor, hari ini ada teman Papa yang mau datang. Kami sudah janjian ke kantor. Ma, Papa pergi dulu," ucap Tuan Sarwono pamit dengan istrinya.
"Iya, Pa," jawab Nyonya Sherly.
Nyonya Sherly mengantar sang suami ke luar rumah. "Apa kita tidak sampaikan ke Papa dan Mama tentang Rangga dan Anggi, Ra?" tanya Naomi ke Amora.
"Buat apa, Anggi itu berlebihan. Aku tidak percaya jika Rangga itu selingkuh dengan sahabat Anggi yang si Dina itu. Rangga itu cinta mati dengan Anggi jadi mustahil Rangga berbuat seperti itu. Sudah kita diam saja jangan sampai Papa tahu, bisa diomelin Rangga," jawab Amora meminta ke Naomi untuk tidak mengatakan ke Tuan Sarwono.
Naomi pun menganggukkan kepala dan dia setuju dengan apa yang Amora katakan. Nyonya Sherly yang datang dari luar segera bergabung dengan kedua anaknya.
"Kalian kenapa masih di sini, apa kalian tidak ke kantor. Jangan jadi pemalas kalian, pergi sana. Bantuin adik kalian itu, Mama mau arisan dengan teman sosialita Mama," ucap Nyonya Sherly.
"Hari ini, Naomi ada janji dengan teman, Ma. Jadi, tidak ke kantor," jawab Naomi. "Sama, Amora juga, besok saja," sahut Naomi lagi.
"Kalian berdua ini, tidak ada hari lain ketemu teman. Kapan kalian akan menikah, adik kalian sudah menikah kalian tidak. Oh ya, tadi Mama lihat kalian senyum sendiri dan kalian terlihat aneh sejak pulang dari rumah Rangga, ada apa? Apa kalian menyembunyikan sesuatu?" tanya Nyonya Sherly penuh curiga.
Amora dan Naomi tidak menjawab mereka saling pandang dan memberikan kode dengan lirikan matanya. Nyonya Sherly, semakin curiga dengan kelakuan kedua anaknya.
"Cepat ngomong, kenapa kalian saling lempar pandangan seperti itu. Apa wanita itu marah kalian ke sana atau dia mengusir kalian?" tanya Nyonya Sherly.
"Tidak, kalau mereka mengusir kami tidak mungkin kami mengatakan seperti itu ke Papa. Anggi tadi katakan kalau Rangga selingkuh dengan Dina. Mama tahu Dina sahabat Anggi itu. Nah, katanya Anggi ketemu dengan keduanya di Mall, kami tidak percaya dan balik marah ke Anggi karena menuduh Rangga selingkuh. Apa Mama percaya dengan apa yang Anggi katakan?" tanya Amora balik.
"Lagi pula menurutku, Anggi itu tidak bisa menjaga Rangga dan dia juga penyakitan. Sampai sekarang, Anggi tidak bisa berikan Mama cucu, jadi menurutku pantas Rangga selingkuh," ucap Naomi balik.
"Eh, tunggu dulu, apa kamu percaya adik kita selingkuh?" tanya Amora memandang ke arah Naomi.
Naomi mengangkat bahunya, dia tidak tahu karena belum lihat. "Entahlah, aku tidak tahu. Mungkin saja tidak, tapi dari apa yang aku lihat, Anggi itu tidak bohong. Menurut Mama bagaimana, kalau seandainya Anggi ke sini dan mengatakan ke Papa, Rangga pasti akan di usir atau mungkin Rangga akan di coret dari daftar warisan," jawab Naomi.
Nyonya Sherly terkejut mendengar kedua anak perempuannya mengatakan hal itu, dia tidak menyangka anaknya seperti itu.
"Mama tidak percaya dengan apa yang Rangga lakukan. Kalian tahu sendiri jika Rangga dan Anggi itu saling mencintai. Mama sudah melarang Rangga menikahi Anggi tapi Rangga tetap menikah juga dengan Anggi. Jadi, menurut Mama, wanita mandul itu berbohong," jawab Nyonya Sherly yang tidak percaya jika Rangga selingkuh.
"Kami juga tadi membantahnya dan meminta Anggi untuk tidak berbicara dengan Papa masalah ini. Mama harus omelin si Anggi itu agar tidak fitnah Rangga," hasut Amora ke Nyonya Sherly.
"Benar, Ma, kalau sampai Anggi kasih tahu ke Papa, maka habis lah Rangga," jawab Naomi singkat.
Nyonya Sherly terdiam mendengar perkataan anaknya. Nyonya Sherly tidak mau jika anaknya di salahkan oleh suaminya.
"Mama punya ide," ucap Nyonya Sherly singkat sambil melihat ke anaknya.