Prolog [Akhir Hidup ku]

1554 Kata
Happy Reading! - - - Pada hari itu. Dimana hidupku akan berakhir. Semua itu terjadi begitu saja, ketika aku dan sang putri mahkota minum teh bersama, tiba-tiba saja. Bruk! Sang putri jatuh dari kursinya setelah meminum teh, "Putri!" seruku dengan panik kemudian bergerak cepat menghampirinya, tangan ku menyentuh dan menggoyangkan pundaknya, "Putri! bangunlah putri!" Sia-sia, ia sama sekali tidak sadarkan diri. Aku menoleh ke seluruh ruangan, tidak ada siapapun di sana selain diriku dan sang putri, dengan cepat aku bangkit dan pergi keluar dari sana, aku mata ruby ku melihat ke berbagai arah mencari seseorang. Kemudian aku menangkap sosok dua pelayan yang tengah berjalan sembari berbincang, "Pelayan! pelayan!" panggilku menghampiri mereka dengan panik. "Nona Garthside? a-ada apa?" tanya salah satunya bingung. "Aku mohon cari putra mahkota, atau siapapun itu! sang putri tidak sadarkan diri tiba-tiba!" ucapku dengan panik. "Tenanglah nona Garthside, aku yakin Pangeran sedang berada di ruang kumpul dengan bangsawan lain, katakan ini sangat penting." ujar salah satu pelayan menyuruh temannya, ia mengangguk kemudian berlari cepat menuju dimana putra mahkota berada. Setelah itu aku bersama pelayan itu segera pergi ke ruangan dimana sang putri berada, lalu pelayan itu menghampiri tubuh sang putri, tangannya memegang pundak tunangan putra mahkota itu, "Tuan putri? tuan putri." panggilnya tapi tidak ada jawaban. "Bagaimana ini? apa tuan putri punya sakit?" tanyaku khawatir, pelayan itu berdiri kemudian ia mengambil cangkir teh yang diminum sang putri, ia mengernyitkan alis dan menatap ku dengan sorot curiga, sedangkan aku menatapnya dengan penuh tanya. tak-tak terdengar suara ramai langkah kaki, aku berdiri dari posisiku, kemudian menatap pintu, muncul sang putra mahkota bersama duke Castillon, yang merupakan tunangan ku juga bangsawan lainnya. Sang putra mahkota menghampiri putri kemudian memeluknya, lalu ia memegang pipi sang putri dengan lembut, "Charol? Charol?" panggil nya tapi tidak ada respon dari sang putri. "Apa yang terjadi?" Tanya putra mahkota pada pelayan yang membawanya dengan nada amarah. "Seseorang meracuni sang putri, Pangeran." Ucap pelayan yang berdiri di sampingku, aku menoleh padanya dengan sorot terkejut. "Siapa yang terakhir kali bersama putri charol?!" Tanya salah seorang bangsawan pada semua orang di ruangan itu. "Aku hanya melihat nona Garthside yang berada disini bersama tuan putri." Pelayan itu kembali membuka suara, dan seketika tatapan tajam semua orang tertuju padaku. "Tunggu! Tadi aku memang berada di ruangan ini berdua dengan tuan putri, tapi aku tidak melakukan apapun!" Jelas ku. "Kau kan yang membuat teh untuk Putri Charol, kemudian menaruh racun disana?!" Tanya seorang bangsawan lainnya sembari menunjukku. "Tidak! Aku berani bersumpah! Teh itu sudah ada sebelum aku datang!" Aku berusaha membela diriku. "Tidak ada penjahat yang mengakui perbuatannya, Pangeran Gionard." Ucap salah seorang bangsawan lain dan menoleh ke arah putra mahkota, Semua orang juga menatapnya. Pria yang akan menjadi kaisar di masa depan itu mengatupkan bibirnya dan menatap ku dengan mendengus kesal. "Ksatria! kurung nona Garthside di penjara bawah tanah, jangan beri dia makan dan minum sedikit pun! siapapun yang mencoba memberikannya atau bahkan membantunya, tidak ada ampunan nyawa dari ku." Titahnya, segera para ksatria menarik kedua lenganku, aku tersentak dan berusaha melepaskan diriku. "TIDAK! TUNGGU PANGERAN! BUKAN AKU PELAKUNYA! AKU BERSUMPAH ITU BUKAN AKU!! REITHEL!" aku memanggilnya, dan para ksatria itu terdiam sejenak, begitupun semuanya. "Kau.....percaya padaku kan?" Aku bertanya dengan penuh keyakinan sembari tersenyum getir, tetapi pria berambut hitam itu hanya diam menatapku dengan dingin, seketika aku terkejut membeku melihat netra biru muda nya yang memandang ku tidak peduli. Para ksatria kembali membawa ku dengan paksa, aku meronta-ronta berusaha melepaskan diriku. "TIDAK, KUMOHON! INI SALAH PAHAM! AKU MOHON TOLONG DENGARKAN AKU!" Sekeras apapun aku berteriak... Seberusaha apapun aku memohon... Mereka sama sekali tidak peduli... ⬛⚪⬛ Aku bisa mendengar suara langkah kaki yang menuju sel tahanan ku, aku mengangkat kepalaku dan mata ruby ku membulat berkaca-kaca melihat orang yang datang ke sel tahanan ku. Ayah dan ibuku, lebih tepatnya mereka adalah orang yang mengadopsi ku. Mereka datang mengunjungi ku setelah sekian lama aku tunggu. Aku menyunggingkan senyuman senang dan sedikit mengeluarkan air mata bahagia, dan dengan cepat aku berdiri lalu bergerak menuju pintu sel. KRANG! Sayangnya dua rantai yang terikat di pergelangan kaki ku menahan gerakan ku untuk mendekati mereka, dan membuatku terjatuh di hadapan nya. Aku mengangkat kepalaku lagi, dan menatap mereka dengan sorot memohon dan tersenyum dengan getir. "Ayah...ibu...tolong, keluarkan aku dari sini." Ujarku masih dengan sorot yang sama. Ibu menatapku dengan alis menurun, sedangkan ayah hanya terdiam dengan alis bertautan dan ekspresi tidak jelas. "Ini pasti salah paham, aku mohon, Ayah...ibu..." Sekali lagi aku memanggil mereka dengan nada sedih. "Terima saja Eloise." seketika aku merasa di pukul oleh sesuatu yang sangat keras, ketika ayah ku mengatakan itu. "Ta-tapi ayah..." Aku berujar dengan suara gemetar. "Eloise, semua bukti sudah tertuju padamu, tidak ada saksi di ruangan itu, dan saat kejadian hanya kamu dan putri charol di sana, jadi tolong terimalah dan tebus kesalahan mu." Ujar wanita yang sudah sangat ku sayangi seperti ibu kandung ku. Aku benar-benar terkejut dengan ucapan mereka, nafasku seketika sesak dan mulai terisak. "Ta-tapi, itu benar-benar bukan aku! Percaya lah ibu-ayah! hiks, aku benar-benar bersumpah itu bukan aku." Seru ku dengan isak tangis. "Hentikan eloise, kamu harus mengakui dan tebus kesalahan mu." Tegas pria itu. Aku menatap mereka dengan sorot tidak percaya di tengah air mataku yang berjatuhan. "Sampai jumpa eloise." ucap mereka terakhir, kemudian berjalan pergi meninggalkan ku. Aku terkejut, kemudian aku bergerak cepat dan bangkit berusaha meraih pintu sel, tetapi lagi-lagi tertahan oleh rantai berat yang mengikat pergelangan kakiku, sehingga aku kembali terjatuh. "BUKAN AKU SUNGGUH! AKU MOHON AYAH-IBU!! PERCAYA PADAKU! AKU TIDAK MELAKUKANNYA!!" Teriak ku tanpa ada satupun yang mempedulikannya. "Sungguh...bukan aku...bukan aku yang melakukannya...." Gumam ku merintih dengan tangis. ⬛⚪⬛ Dua hari setelahnya. Di hadapan kaisar, aku menggunakan baju putih panjang lusuh, rambut pirang ku kusut, dan kaki tanganku di rantai, aku berdiri sembari menunduk meratapi nasib ku. Kini di adakan pengadilan kekaisaran, putri mahkota sampai saat ini belum sadar, dan semua orang kekaisaran sangat mengkhawatirkan sang putri, dan hal ini juga semakin membuat ku di posisi terburuk. "Aku memutuskan....untuk menjatuhkan hukuman mati pada Eloise Somnivera Garthside." Tegas kaisar sembari mengetuk palu. Kalimat kaisar seketika membuat ku mengangkat kepala dan memandangnya dengan sorot terkejut. "Tunggu yang mulia! Saya mohon! tolong percaya pada saya! Bukan saya pelakunya!" Aku berseru pada kaisar berambut darah itu, aku berlari cepat ke arahnya, tetapi para ksatria menahan pundak dan rantai ku, netra zamrud kaisar menatapku tajam. "Tetapi semua bukti sudah terlihat, aku tidak memberi belas kasih padamu." Ucap kaisar nya pahit, lalu meninggalkan tempat. "I-itu salah!....ITU SALAH!! AKU BERSUMPAH BUKAN AKU YANG MELAKUKANNYA!! AKU MOHON TOLONG DENGARKAN AKU!!! SEKALI SAJA!!!" Aku berteriak dengan kencang setengah terisak. "HUWAAAA!!!" Aku benar-benar sendirian... ⬛⚪⬛ Hari itu akhirnya tiba. Dua ksatria datang kemudian membuka pintu sel tahanan ku, lalu mereka membuka rantai sel dari pergelangan kakiku. Setelah itu mereka kembali merantai kaki dan tanganku dengan rantai yang mereka bawa, lalu menarik ku keluar dengan kasar dari sel tahanan ku. Aku berjalan di dalam sebuah lorong yang gelap tetapi terdapat sebuah cahaya terang di ujung nya, dan ketika sampai, aku melihat sebuah panggung yang terbuat dari kayu dan di atas terdapat tali yang sudah di simpul untuk hukuman gantung. Dan di sekitar panggung itu ada banyak orang yang merupakan rakyat roxane yang berkumpul di sana. Aku masih tidak percaya dengan kejadian semua ini. Aku di tuduh begitu saja, kemudian hukuman mati ku di saksikan banyak orang, mereka bahkan mencerca ku dengan berbagai kalimat tuduhan atas perencanaan pembunuhan pada putri mahkota, yang dimana bukan aku pelakunya. 'Apa salah ku hingga mereka tega melakukan itu?' KRANG! Rantai ku memaksaku pergi ke atas panggung, lalu mereka menempatkan ku di depan simpul tali tambang yang cukup besar, di bawah kaki ku terdapat sebuah pintu kecil yang pasti akan membantu mencabut nyawaku. Sang algojo mulai menempatkan simpul tali itu di leherku, ketika mereka hendak memberi aba-aba, tiba-tiba seseorang naik ke atas panggung kemudian berjalan ke hadapanku. "Pendeta agung mathias." Sebut salah satu ksatria di dekat ku. Pendeta mathias memberi hormat pada kaisar. "Mohon maaf yang mulia, sebelum pelaksanaan hukuman mati ini, izinkan aku mendoakan terlebih dahulu gadis ini." Ujar sang pendeta. Sang kaisar mengangguk, kemudian pendeta mathias bergerak dan berdiri tepat di hadapan ku, pria itu membuka sebuah buku kitab, dan mulai membacakan doa padaku. Aku tidak tahu harus bereaksi apa, tapi mendengarnya cukup membuatku sedikit lebih tenang, setelah selesai membaca doa, pria itu menatapku dengan sorot sedih. "Maafkan aku tidak bisa membantu mu, tetapi," pria itu menahan ucapannya dan menatap ku sendu, "Jika kau memang tidak bersalah, aku yakin dewa akan melakukan sesuatu yang terbaik untuk mu." Jelas nya. Kemudian ia berjalan pergi meninggalkan ku. Aku mengatupkan bibirku menahan tangis, kemudian menatap ke depanku, mataku terkejut melihat apa yang ada di sana, sosok orang tua ku yang tengah duduk dan menatap ku dengan santai, seakan tidak mempermasalahkan hal ini. Dan tidak jauh dari sana aku melihat Reithel yang duduk bersama seorang wanita, dari pakaiannya ia pasti merupakan seorang bangsawan. Aku pernah mendengar sebuah rumor bahwa reithel berselingkuh, sebelumnya aku tidak pernah percaya dengan hal itu, tetapi sekarang— "Haha." Aku tertawa miris pada diriku. Netra langit reithel bertemu dengan iris ruby milikku, aku menatap nya dengan sorot dan senyum nanar. "Seharusnya aku tidak mengharapkan apapun..." "Hukuman mati di mulai!" Ucap sang algojo, semua orang langsung bersorak seakan senang dengan kematian ku. "Jika memang kesempatan itu ada—" ZRUG! Berikan itu padaku. - - - To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN