“Nagita … apa kamu tak ingin lagi melanjutkan sekolah?” Entah kenapa tiba-tiba Pak Adrian bertanya seperti itu. “Maksudnya, Pak?” Aku menatapnya. Pandangan mata kami sejenak bertemu pada pantulan cermin. “Kalau kamu mau kuliah lagi, saya akan daftarkan. Asal belajarnya yang benar-benar.” Aku terkejut dan begitu gugup mendengar pertanyaannya. “Tapi kuliah ‘kan mahal, Pak. Pengen sih, Pak. Tapi nanti saya bayarnya gimana?” Aku menggaruk kepala yang sebetulnya tak gatal. “Nanti saya kasih tahu cara bayarnya.” Dia mengangkat satu alisnya ke atas. Duh, serius tanganku mendadak dingin dan aku makin gugup saja. Tiba-tiba saja pikiranku malah memikirkan hal yang iya-iya. Apalagi kini dia sudah berstatus sebagai suamiku. “Horeee sampai!” Suara girang Syla membuat obrolan kami terjeda. Gadi