Pukul lima sore nina baru pulang dari sekolah karna ada less tambahan yang dia ikuti hari ini alhasil dia pulang sendiri karna Abigail sudah pulang lebih dulu.
Di sepanjang jalan yang di langkahi nina sejak keluar dari sekolah dia merasa seseorang sedang mengikuti tapi saat dirinya menoleh ke belakang tidak ada siapa-siapa hal itu membuat nina takut sembari mempercepat langkahnya.
Sesampainya di rumah nina segera menutup pintu rumahnya sampai mamanya yang ada di dalam segera menghampiri.
"Ada apa sayang? Apa ada tamu di luar?"
"Tidak ada mah, Nina cuman kecapekan" jawab nina dengan nafas yang tersengal, setelah itu dia berlari ke arah kamarnya.
Nina menjatuhkan diri di atas tempat tidur yang cukup untuk dirinya seorang dengan posisi tengkurap dan tas masih di punggungnya. Gadis berambut lurus sebahu itu membalik badan menatap langit-langit kamar.
"Hari ini kenapa kaya ada yang gak beres ya kok rasanya anak baru itu tadi ngikutin?" gumam nina sebelum pandangannya menoleh ke luar jendela. Kakinya membawa dia melangkah ke sana setelah meletakkan tas di atas meja belajar.
Dia melihat pemandangan di luar kamar di lantai dua, langit menampilkan warna jingga menunjukkan sebentar lagi akan gelap. Nina menghela nafas panjang dari bibirnya sebelum menutup tirai jendela.
Nina masuk kedalam kamar mandi tak lama baginya untuk membersihkan tubuhnya lalu kembali ke dalam kamar sembari mengeringkan rambut dengan handuk, matanya menangkap sesuatu di atas meja belajar.
Setangkai mawar merah di ambil dari atas meja oleh nina, nina menoleh ke kanan dan kekiri mencari siapa yang meletakkan bungan mawar ini di kamarnya namun dia tidak menemukan siapa-siapa.
"Mah"
"Iya sayang, ada apa?" sahut retya- mama nina.
"Tadi ada yang masuk ke kamar nina ya?" Tanya nina balik menyusul Retya yang duduk di sofa sembari merajut sesuatu.
"Eh gak ada tuh. Emangnya ada apa"
"gak ada sih cuman nina penasaran aja masa ada mawar di kamar nina"
"Oh itu, iya tadi mama nemu itu di depan pintu pas kamu baru pulang jadi mama kira itu punya kamu setau mama kamu itu suka banget sama mawar jadi mama ambil dan taruh di meja karna kamunya tadi lagi mandi"
"Kalo gitu nina ke kamar lagi ya mah mau belajar"
"Belajar yang pinter ya"
"Iya mama ku sayang" nina memeluk Retya sebelum kembali ke kamar.
Nina menutup pintu kamarnya menghampiri bunga mawar yang dia taruh ke dalam vas. Nina mencoba mengingat apakah waktu pulang tadi dirnya sempat membeli bunga atau seseorang memberinya? Tapi kenapa dirinya sama sekali tidak ingat.
Gadis itu duduk di kursi belajarnya namun tiba-tiba sesuatu yang keras seperti menghantam jendela kamarnya dari luar. Nina segera menghampiri membuka tirai jendela sembari melihat apa itu tadi.
"Mungkin hanya seekor burung" batin nina tapi sekelebat bayangan hitam lewat di depannya, nina segera menutup kembali tirai jendela.
"Apa itu tadi?" nina memejamkan mata mencoba mengintip ke luar jendela lagi untuk memastikan bayangan tadi. Sesuatu dengan tubuh besar bermata merah menyalang seperti sedang melihatnya dari luar pagar tepatnya di atas sebuah pohon.
Refleks nina langsung berteriak. Tak lama Retya datang terburu-buru.
"Nina ada apa?" seru retya.
"Mah ada hantu di pohon sana" nina menunjuk keluar jendela. Retya membuka tirai jendela melihat pohon yang di maksud nina namun tidak ada apa-apa.
"Tidak ada sayang mungkin kamu salah lihat" retya membantu nina duduk di tepi tempat tidur.
"Gak mah dia ada di sana matanya merah badannya besar"
"Tidak ada apa-apa nina, sudah sekarang kamu tidur saja mungkin kamu salah lihat karna terlalu serius belajar" retya menyuruh nina berbaring kemudian dia menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh nina.
"Nina takut mah"
"Mama tunggu sampai kamu tidur ya" nina mengangguk. Retya mengusap rambut nina sampai gadis berkulit putih itu tertidur.
**
Hari ini cuaca tidak mendukung sejak tadi subuh hujan turun mengguyur kota membuat nina harus datang ke sekolah dengan membawa payung.
Terlihat Abigail sedang menunggunya di depan pintu gerbang sekolah sambil membawa payung juga, Abigail menyapa nina dengan senyum ceria.
"Selamat pagi!"
"Pagi, sudah dari tadi menungguku?" Tanya nina.
"Tidak juga kebetulan aku juga baru datang, ayo masuk bersama" Abigail menutup payungnya agar di bawah satu payung dengan nina.
Nina tersenyum melihat tingkah Abigail yang selalu ingin menempel padanya seperti perangko.
Abigail mengambil payung nina setelah mereka sampai di sekolah namun nina mengambilnya kembali.
"Biar aku saja yang membawanya aby dan kamu membawa milikmu" kata nina.
Abigail berdecak
"Aku kan berniat baik untuk membawakan payungmu"
"Tak apa yuk ke kelas disini dingin" ajak nina sembari menggambit sebelah tangan Abigail.
Lelaki dengan kebiasaan menutup diri itu ada di sana duduk di kursi paling akhir menyendiri dari teman yang lain. Fathir, lelaki itu seperti tak tersentuh hanya pandangannya saja yang sering nina lihat jangankan mendengar suaranya melihat dia tersenyum saja tidak pernah.
Nina dan Abigail meletakkan payung mereka di pojok kelas bersama payung teman-teman yang lain, nina menyempatkan menoleh kearah fathir dan seperti biasa lelaki itu juga melihatnya. Nina menggeleng pelan bisa saja lelaki itu sedang menandai letak payungnya agar tidak tergeser dan tertukar dengan siswa lain kan?.
"Hari ini dingin sekali ya" Abigail menggsokkan kedua telapak tangan mencari kehangatan. Nina juga ikut melakukan hal yang sama.
"Mama ku tadi membawakanku minuman penghangat badan apa kau ingin mencobanya" nina menyodorkan botol hijau di depan Abigail. Abigail menggeleng cepat sembari menjauhkan botol itu darinya.
"Kau lupa aku sangat tidak suka minuman penghangat badan lebih baik aku kedinginan dari pada harus meminum itu" Abigail menunjuk botol nina sembari bergidik.
Nina tidak merasa kecewa karna Abigail telah menolak minuman yang di buat Retya. Karna sejak dulu Abigail memang tidak suka, pernah sekali nina memaksa Abigail untuk mencobanya namun berkhir dengan gadis itu sakit selama beberapa hari karna mual-mual bahkan berat badannya jadi turun beberapa kilo.
"kau tidak berniat diet lagi dengan meminum jamu ini" goda nina menyodorkan kembali botol tadi.
"Aku lebih memilih berat badanku naik dari pada harus meminum itu lagian masih banyak bahan dan cara lain untuk diet kan?" geram Abigail menjauhkan kembali botol nina.
Nina tertawa singkat sebelum memasukkan benda itu ke dalam tasnya lagi.
Di sisi lain fathir memperhatikan kegiatan nina entah itu percakapannya dengan Abigail atau tawanya, ada sesuatu yang membuat fathir harus memperhatikan nina dan fathir tidak ingin ada orang lain yang mengetahui itu.
****