Seaaan!!

1421 Kata
Arsih memandangnya dengan kawatir " Serius kaki kamu kram? Truss gimana kamu mau pulang.." Arsih berfikir sejenak. " Mau aku panggilin taxi? Atau aku antar pulang..??" Tanya Arsih merasa tidak enak dengan orang yang telah menolongnya mengalami kesakitan karenanya. " Emang mo nyari taxi dimana jam segini? Kalau depan club malam, mungkin pada mangkal taxi, atau depan hotel. Lah, ini kost-an kamu, masuk gang, mana mungkin ada jam segini taxi..." Sean menjelaskan dengan berapi-api, membuat Arsih menyahut dengan cepat. " Kalau gitu, aku anter kamu pulang..." Arsih menatap Sean yang tengah menggaruk kepalanya yang tak gatal, seolah pria itu tengah mencari alasan. " Gimana mau mengantarkan-ku. Sedangkan kondisimu sendiri lebih mengkhawatirkan..." Jawab Sean lagi dan menatap kosong ke arah Arsih yang terlihat bingung, dan itu membuat Sean tersenyum. " Yaudah deh, gini aja...karena ini keadaan darurat, dan sudah terlalu larut malam. Kali ini, Kamu tidur di kost aku aja. Meskipun gak besar, disana ada sofa di ruang tamu, aku rasa cukup untuk sekedar meluruskan badan menunggu waktu pagi..." Jawab Arsih sembari keluar dari mobil. Yang ada di pikiran Arsih saat ini adalah bagaimana membuat orang yang telah menolongnya tak merasa kesusahan. " Baiklah kalau kau memaksaku, dimanapun aku yang terpenting bisa tidur..." Jawab Sean seraya tersenyum senang. " Bukan memaksamu, tolong ralat itu, ini hanya keadaan darurat, catet!" Arsih berjalan dengan langkah cepat di ikuti Sean di belakangnya, berjalan dengan kaki terpincang-pincang sengaja dibuatnya. Entah mengapa dia merasa ingin melindungi wanita itu. " Cepatlah sedikit, aku tak enak jika ada yang melihat, aku membawa laki-laki tengah malam masuk ke dalam kost.." Ucap Arsih menoleh sembari mengerutkan dahi. Separah itukah kram di kakinya yang di sebabkan olehku? Hingga dia begitu tertatih? Hmm...apakah mungkin? Arsih berfikir sembari terus melangkah. " Tidakkah kau melihatku sedang berjalan, Nona? Atau dalam penglihatanmu aku sedang main golf? " Ucap Sean sembari mempercepat langkahnya. Arsih menunggu Sean sampai, baru dia membuka pintu dan memandang kearah Sean yang kini berdiri di sampingnya. " Maaf, ya Kost ku sedikit berantakan.. Aku tadi pagi terburu-buru, lagian aku beberapa hari ini sibuk dan pulang malam terus, karena pekerjaan yang menumpuk maklum Manager ku sedang sakit, jadi tak sempat membereskan kamar ini. Tapi, biasanya kamar ini, amat sangat rapi kok. Ini justru perdana kamar kostku berantakan karena sibuk bekerja.." Jawab Arsih sembari sibuk mengutip beberapa barang yang berserakan termasuk baju dan pakaian dalamnya, dimana dirinya sembarang taruh sebelumnya. Sean hanya tersenyum melihat tingkah lucu Arsih yang berbohong kepadanya. Ia mengamati sekeliling ruang tamu sempit itu dan duduk disana. " Bolehkan aku langsung duduk?" " Ohh, ya. Silahkan duduk dan luruskan kakimu..." Jawab Arsih dengan tangan yang telah penuh oleh barang-barang miliknya. " Sudah-lah aku tak memperdulikan kerapiannya, toh aku kesini bukan untuk menilai kamarnu, aku hanya numpang untuk tidur sejenak, bukan untuk sidak kebersihan.. Aku memahami terkadang wanita karier bisa saja menjadi malas seperti ini.." Sean tersenyum lebar, sembari menggelengkan kepalanya melihat Arsih yang sibuk mondar-mandir mengambil dan menyusun barangnya. " Jaga ucapanmu, aku bukan wanita pemalas. Hanya saja aku sibuk beberapa hari ini.." Jawab Arsih tak mau kalah. " Iya baiklah. Tak mengapa.. Aku tak mempermasalahkan.. Aku sangat bersyukur kau berbaik hati memberiku tumpangan untuk tidur di dini hari gini.." Kalimatnya terhenti, karena matanya menatap foto yang terpajang di samping TV Sean menatap foto demi foto yang terpampang di samping meja Tv itu tak berkedip. Pria inikah kekasih yang menghianatinya? Dari negara mana dia? Ataukah dia campuran sepertiku? Bagaimana mereka bisa berpacaran? Ataukah dahulunya wanita ini adalah penumpang pesawat dimana pria itu menjadi pilot? Tidak! Untuk apa aku mencari tahu? Aku tidak memiliki kepentingan di dalamnya. Menyadari Sean memandangi foto yang terpampang di meja Tv, Arsih buru-buru mengambil foto itu dan menumpuknya di lemari. " Mengapa kau simpan? Bukankah itu bagus daripada kosong tanpa pajangan.??" Tanya Sean pura-pura tak memahami situasi Arsih. " Kamarku terlalu sempit dan foto ini bisa saja hanya menambah polusi udara, lagian hanya akan merusak pemandangan..." Jawab Arsih dengan nada ketus dan menghempaskan bingkai foto yang berisi foto Casey dan dirinya. " Kalau begitu, kau boleh pajang fotoku sebagai gantinya..." Ledek Sean seraya tertawa menatap Arsih yang melotot terhadapnya. " Sepertinya kau menyukai melihatku marah dan teraniaya?" Tanya Arsih yang kini berdiri di depan Sean " Aku senang melihatmu marah? Apa maksudmu? Akulah yang selalu kau aniaya..." Ucap Sean yang tak mengerti maksud perkataan Arsih barusan. " Kanu seneng-kan, kalo ngeliat aku di gampar nenek sihir yang jadi pacarmu, seperti kala itu?" Tanya Arsih menatap tajam Sean yang terkekeh. " Ohh, wanita itu, abaikan saja dia...dunianya sedikit unik untuk manusia normal seperti ku..." Jawab Sean lagi, seraya merebahkan badan nya. " Yasudahlah, aku harus tidur karena aku harus bekerja besok. Masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan. Kau, tidurlah di sofa itu...kalau butuh apa-apa bangunkan saja aku.. Aku dikamar dalam.." Jawab Arsih yang kini meninggalkan Sean yang masih termangu. Tak tahu mengapa Sean merasa nyaman berada di dekat Arsih, entah karena Arsih bersikap luwes dan biasa saja terhadapnya karena Arsih tak mengetahui bahwa Sean adalah putra pemilik twin tower Sutani Group sehingga ia tak perlu bersikap sopan santun dan menjaga jarak, Arsih memperlakukan Sean layaknya seorang teman dan Sean menyukai setiap tingkah Arsih dan perlakuan Arsih terhadapnya. Setelah mengganti baju dan mencuci muka Arsih merebahkan badannya ke kasur ukuran single itu, Arsih adalah tipe orang yang gampang tertidur, sehingga belum 5 menit ia sudah memejamkan matanya dan tertidur pulas, ia tak merasa risih sedikitpun akan kehadiran Sean di kamarnya atau merasa takut akan niat tak baik pria zaman sekarang. Arsih merasa Sean adalah sahabat yang sudah lama tak bertemu sehingga ia dengan santai tidur sedangkan Sean di sofa ruang tamu sendirian. Arsih telah terlelap berpacu antara mimpi yang tengah mengisi tidur malamnya, sedangkan Sean tak bisa tidur sama sekali, maklum saja, dia tak pernah tidur semenderita itu, ranjang empuk nan mewah dengan sprey sutra selalu menghias kamarnya. Akhirnya dia memutuskan untuk membaca - baca buku yang ada di rak buku yang tersimpan dibawah lemari Tv. Sean melihat dibuku milik Arsih disana tertera nama Arsih Ardiananda. Sean mengangguk - anggukkan kepala yang baru mengetahui bahwa nama wanita yang baru saja patah hati adalah Arsih Ardiananda. Sean melihat buku yang lainnya, tapi begitu hendak membaca lagi kantuknya sudah terasa tak berkompromi sehingga dia memutuskan untuk tidur di sofa yang di berikan Arsih. Sean terlelap, terlihat tangannya sibuk memukul nyamuk yang menggigiti tubuhnya, dingin yang menerpa tubuhnya membuat Sean tanpa sadar berjalan menuju kamar Arsih, dan merebahkan badannya di atas kasur single itu. Sean menarik selimut yang menutupi tubuh Arsih dan membagikan kepadanya, sehingga terasa hangat walau AC terpasang. Terasa nyaman bagi Sean seolah dia berada di atas tempat tidurnya yang mewah. Sean memeluk Arsih dengan erat sehingga terasa hangat baginya membuatnya semakin nyenyak, hingga Alarm membangunkan kedua nya. Krriiiiinggg....Kriiiiiigggg...Kriiiinggggg.. Arsih menggeliat manja dan mengangkat kakinya ingin memeluk guling, tapi kakinya terhenti bergerak ketika mendapati gulingnya berubah menjadi keras dan dia merasakan hembusan nafas di punggungnya dan meraba perutnya yang merasakan pelukan, lalu dia menoleh kebelakang dan kemudian dia menjerit " Aaaaaaaawwwwww!! Apa yang kamu lakukan Seaaann!! Mengapa kau ada di tempat tidurku?! Setan alaaaaaassss..!!" Teriak Arsih seraya menutup dadanya dengan kedua tangannya. Lalu perlahan dia meraba badannya untuk memastikan apakah masih terpasang baju tidurnya, dan ternyata semua masih terpasang lengkap. Arsih menghela nafas lega. Sedangkan Sean yang terasa masih ngantuk terkejut mendapati reaksi dari Arsih. " Ada apa kok pagi-pagi sudah ribut sih? Biasakan-lah ucapkan selamat pagi kepada orang yang di sampingmu bukannya malah membuat keributan di pagi hari.." Ujar Sean dengan mata yang masih terpejam, karena kantuk masih menggelayutiny. " Selamat pagi kepalamu itu! Udah nebeng. Maen tidur di ranjangku lagi. Dasar ga tau diri! Mending tadi malem biarin aja, biar tidur di jalanan sekalian..!" Gerutu Arsih mendapati reaksi pria di sebelahnya justry melanjutkan tidurnya, bukannya bergegas bangun dan bersiap untuk bekerja. Arsih beranjak dari tempat tidur dan memanaskan air untuk membuat Sereal sarapan paginya sebelum mandi seperti biasa. "Dasar benalu.. Udah nebeng bukannya tau diri.. Pake sarapan segala tar tuh.. Ngerugiin aja nih orang dari awal ketemu..!!" Gumam Arsih seraya menutup pintu kamar mandi dan bersiap untuk mandi. Seperti biasa Arsih mandi sambil bernyanyi walau suara merdunya yang memang di kagumi sejak kecil. " Bisakah kau diam Nona! Aku lebih suka melihat kau tak bernyanyi. Tolong kasihanilah telinga orang lain.Dan berhentilah bernyanyi.." Ucap Sean dengan masih memejamkan mata dan menarik selimutnya kemudian melanjutkan tidur. " Heh! Suka-suka aku donk! Yang bayar kost juga aku.. kalo gak suka ngapain masih disini?! Pergi donk, lagian udah pagi juga. Ngarep sarapan gratis pasti.Ketahuan dah.. doyan gratisan.." Gerutu Arsih seraya mencuci rambutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN