Keluar dari mobil dengan terburu-buru karena jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 13.55 WIB, membuatnya tak sempat berfikir secara rasional.
Dengan meraih tas sandangnya, dia berlari sembari sesekali merapikan baju, tak ingin terlihat kusut, dia mengikat rambut dengan karet yang dia temukan di Mall yang baru di kunjungi. Arsih memang type wanita yang simple tapi tak biasanya dia separah ini. Meski begitu, karena dasarnya dia memiliki kecantikan alami, sehingga apapun yang di kenakannya terlihat eye catching. Dan orang akan menyukai penampilan Arsih. Di kampusnya dulu, selain terkenal memiliki suara merdu, Arsih juga selalu menjadi trend setter dalam berbusana. Apapun yang di kenakan olehnya, selalu terlihat indah.
Siang itu, Kaki jenjangnya terus melangkah panjang, melewati mobil Range Rover hitam metalic yang terparkir, hingga kilapan mobil itu mampu mengalihkan fokusnya, dan membuatnya menoleh untuk berkaca, Arsih menghentikan langkahnya sejenak, lalu berjalan mundur perlahan, untuk memastikan kejanggalan yang dia rasakan.
Seenggaknya, aku harus terlihat rapi, ingat Arsih. Kau baru sebulan di Sutani Group. Jangan sampai kau di tendang karena penampilanmu seperti gembel! Hmm…sepertinya aku harus menambah lipstick sedikit lagi, agar tak terlihat terlalu pucat.
Setelah memastikan kemejanya rapi, dan ikatan rambutnya tak bermasalah, Arsih bergegas membuka tas dan merogoh lipstick dalam tas, lalu memoles di bibir mungilnya.
Karena terburu-buru, lipstik yang terpoles belepotan di bibir.
Sial! Ni tangan jadi gemeteran kalo terburu-buru. Ayolah kompromi, wahai tangan indahku!
Arsih menggerutu, sembari mulai mengelap bibir menggunakan tangannya dengan ekspresi memonyongkan bibir.
Matanya terbelalak lebar, seketika dia mematung karena terkejut begitu kaca mobil terbuka secara tiba-tiba, tak sampai disitu, jantungnya berdegub kencang antara malu dan terkejut, ketika muncul sesosok wajah tampan dengan kacamata hitam dan hidung mancung sedang menatapnya dengan tersenyum geli.
Tuhan! Kegilaan apa lagi ini? Bagaimana mungkin aku tak memperhatikan mobil yang ada orangnya? Arsih. Mode sembunyikan wajah, right now!
Arsih menunduk dengan cepat menyembunyikan wajahnya yang memerah. Tak memperhatikan pria itu yang meraih tissue mobilnya.
“ Ambil tissue ini, mungkin bisa membantu mengelap lipstickmu Nona…” Sapa pria itu sembari memberikan tissue kepada wanita yang menumpang berdandan di mobil yang di naikinya.
“ Hah? Ehmm. Terimakasih…” Jawab Arsih singkat sembari memejamkan mata, sembari meremas tissue yang di berikan pria itu.
“ Santai saja, aku tak memasang tarif kok berkaca di mobilku…” Lanjutnya lagi menahan tawa, menyadari wanita di hadapannya sangat malu karena tingkah usilnya yang memilih membuka kaca jendela demi menghilangkan kesal di hati yang tengah dia rasakan.
Tertangkap basah oleh sang pemilik mobil, tentu saja membuatnya malu bukan kepalang. Spontan dia memutar tubuh dan hendak menghilang dari tempat itu kalau bisa.
Dosa apa yang aku perbuat, ya Tuhan! bisakah aku mengecil sejenak agar tak terlihat, lalu menghilang dan tak pernah ketemu orang ini, please!
Arsih memejamkan matanya, lalu membulatkan tekad untuk berlari menjauh secepat mungkin dari pria yang telah menutup kaca mobil sembari terkekeh.Tawa pria itu membuat Arsih memukul kepalanya karena kesal.
Arsih, bego!
Setelah memasuki gedung kembar Twin Tower Sutani group, Arsih terus berjalan memasuki ruang meeting yang telah di kirimkan sang manager melalui pesan singkat.
Arsih tak ingin membuat kesalahan dalam bekerja di perusahaan yang menjadi incaran hampir semua orang, karena fasilitas yang diberikan kepada karyawan begitu lengkap.
Kesejahteraan dan kenyamanan yang di berikan perusahaan terhadap karyawannya berimbas dengan loyalitas para karyawan dalam mengabdi di perusahaan tersebut.
Begitu juga dengan Arsih yang baru sebulan ini di terima di perusahaan Cunsomer Goods itu. Tak ingin kerja kerasnya memasuki perusahaan itu sia-sia. Arsih pun selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Setelah melalui drama yang panjang pagi ini, mulai dari ban mobil bocor, tercyduk tengah mengaca di mobil orang, akhirnya Arsih berhasil duduk di antara para manager di ruangan itu, membahas launching product baru.
Duduk satu ruangan dengan para manager, dan pejabat tinggi perusahaan membuat Arsih melupakan kejadian memalukan siang tadi, dan mensyukuri atas apa yang telah di perolehnya hingga saat ini.
Arsih yang baru saja lulus kuliah membuat nya bersyukur bisa bekerja di perusahaan bergengsi itu dengan Jabatan yang tak bisa di anggap rendah itu.
Walau seminggu pertama Arsih bekerja selalu pulang dengan keadaan menangis, Karena terlalu lelah dan ketatnya persaingan dalam berprestasi untuk memajukan perusahaan, membuatnya yang masih pertama kali terjun di perusahaan selalu menjadi bahan bulian, hingga membuatnya hampir menyerah.
Tapi walau begitu Arsih selalu bangun di pagi hari dengan semangat baru, dan mengurungkan niatnya untuk berhenti di perusahaan yang terkenal dengan Kesejahteraan Karyawan nya tersebut.
Siang itu setelah sesi meeting selesai, Arsih segera kembali ke ruangan kerjanya, menyalakan laptop miliknya yang selalu dia bawa kemana pun pergi.
Tuhan! Jangan sampai aku bertemu dengan orang tadi walaupun di kehidupan selanjutnya, ku mohon Tuhan!
Arsih melirik jam di tangannya dan menghela nafas panjang, karena jam pulang telah tiba, sedangkan otaknya masih belum bisa di ajak kompromi untuk konsentrasi dalam bekerja. Bayangan adegan tadi siang membuatnya menyesali diri berkaca sembarangan.
Arsih tak ingin menunda pekerjaannya, Sehingga dia memutuskan untuk lembur dan menyelesaikan laporan yang dia dapat dari para sales promosi yang di tempat kan disana.
Arsih mengetik semua laporan dengan sesekali menggerutu, hingga tak terasa waktu telah menunjuk kan pukul 22.00 malam.
Gak bener nih, kalau di biarin bakalan bisa tidur di kantor aku, mending balik dulu deh, lagian tubuhku sudah keram dan mata tak bisa di ajak kompromi lagi.
Arsih mengemas berkasnya dan mematikan laptop, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tak ada manusia satupun tersisa.
Arsih memutuskan untuk pulang kerumah dan meneruskan pekerjaan nya esok hari, Karena matanya sudah tak bisa di ajak Kompromi lagi. Berkali-kali dia menguap hingga mata nya sudah basah karena kantuk.
Arsih pun bergegas menuruni lift yang membawanya ke lantai dasar gedung kembar nan megah milik Sutani Group. Sesampai nya di Lobi ia berjalan seraya memiring kan kepala nya ke kanan dan ke kiri karena Kepala nya terasa Keram juga dan sesekali memukul-mukul pundaknya.
Sementara mata nya sudah hampir tak bisa di ajak Kompromi lagi, Sisa tenaga 5 Watt sehingga redup dan Loyo. Arsih berjalan dengan memaksakan mata nya terbuka sambil sesekali tak tertahan dan mata nya terpejam, Karena kantuk yang begitu kuat ia rasakan.
Sampai akhirnya
Brughhhhh!!
Arsih terjatuh karena tak sengaja menabrak seseorang.
" Ohhh Maaf-Maaf. Saya yang salah…Sekali lagi mohon maaf karena ga fokus..."
Ujar Arsih yang saat itu sudah di tolong secara Spontan oleh orang yang di tabrak nya.
Arsih menengadahkan wajahnya, lalu dahinya berkerut dan spontan dia melepaskan tangannya dari genggaman tangan si penabrak tadi.