Episode 5

2136 Kata
Semenit kemudian, ketiga elevator berkecepatan tinggi yang dinaiki oleh ketiga kelompok itu terbuka. Ya, ketiga kelompok itu mengambil kesimpulan yang sama. Zenith. Begitu sampai, mereka semua melihat ke langit-langit. Jelas terlihat lukisan para dewa di sana. Mereka mulai melihat-lihat sekeliling untuk mencari titik lokasi yang dimaksud oleh petunjuk pertama. Zeus menunjuk cermin yang ada di bagian selatan Zenith, lalu mengangkat cermin tersebut dan mengarahkannya ke langit-langit Zenith. Dua detik kemudian, kubah terbuka dan satu amplop putih diikat seutas pita panjang terulur turun. Poseidon dengan sigap segera mengambil sebuah kursi, menaikinya, dan menggapai amplop itu. "Dapat!" serunya girang. Dua kelompok lain melihat kelompok tiga sudah mendapatkan amplop petunjuk kedua, segera berpikir lebih keras. Demeter memperhatikan kubah yang sudah terbuka itu. Tidak ada amplop lain di sana. Dia lalu menunduk, dilihatnya pendaran cahaya yang merupakan pantulan dari sinar kubah hanya ada di satu ubin saja. Diketuk-ketuknya ubin tersebut. Sedetik kemudian ubin itu bergeser, menunjukkan adanya amplop di dalamnya. "Amplop petunjuk!" teriak Demeter pada teman-temannya. Tinggal kelompok satu yang belum memperoleh amplop petunjuknya. Athena melihat ke kubah, lalu ke lantai. Dua tempat itu sudah diketemukan oleh dua kelompok lain. "Terang di bias gelap. Terang di bias gelap," ujarnya berulang-ulang, lalu melangkah ke dinding. Dinding itu berwarna putih, dengan warna hitam hanya di bagian kubah saja. Dia lalu mengambil cermin yang ada di sisi utara Zenith, mengarahkannya ke keliling kubah. Tiba-tiba, sisi kiri Zenith bergeser, memperlihatkan sebuah kotak kecil. Ares yang melihat hal itu segera berlari ke sana, membuka kotak itu. "Good work, Athena! Ini dia petunjuknya!" Semua kelompok akhirnya sudah berhasil mendapatkan petunjuk masing-masing. Kelompok dua dan tiga sudah lebih dulu meninggalkan Zenith. Petunjuk kedua: Ketika kecepatan tertinggi bersemayam, Merkurius akan dengan bahagia bertahta. Kelompok dua dengan cepat pergi ke The Oracle sesudah menemukan petunjuk dua. Menggunakan komputer yang ada di sana, Hades dengan cepat mengetik 'Merkurius', 'Hermes', 'internet', 'server'. Sesudah mendapatkan hasil pencarian, Hades menuliskannya pada satu kertas yang tersedia di sana. Sesudah itu, dia menunjukkan hasil pencariannya ke Zeus dan Poseidon. "Kita berpencar mencari apa pun yang ada unsur Merkurius, Hermes, internet, atau bahkan server," ujarnya pada Zeus dan Poseidon. Zeus dan Poseidon mengangguk. Selagi Zeus dan Poseidon berlari ke antara rak-rak buku yang ada di sana, Hades kembali mengetik baris-baris perintah untuk mengontak komputer server di The Oracle. Setelah dua menit mengetik dengan sangat cepat, akhirnya dia menepuk tangannya sekali. "Akhirnya!" Segera dia berteriak, "Zeus, Poseidon, aku sudah dapat! Cepat ke sini!" Menembus firewall server The Oracle, Hades bisa menemukan instalasi program terbaru di jaringan tersebut. Begitu dibuka program tersebut, mengeluarkan petunjuk kedua. Zeus dan Poseidon mendekat, lalu membaca yang Hades tunjuk di layar monitor. Poseidon menuliskan petunjuk ketiga yang didapat oleh Hades. "Bumi hangus, Hades! Ayo pergi!" Hades mengangguk sambil tersenyum lebar. "Roger that![1]" Ditekannya beberapa tombol di keyboard, lalu layar menjadi kosong kembali. Segera dimatikannya komputer itu, lalu merapikan tempat duduk dan keyboard yang dipakainya tadi. "Ayo kita cari petunjuk tiga!" Kelompok tiga sampai tepat sesudah kelompok dua selesai menemukan petunjuk tiga. "Sudah menemukan petunjuk tiga?" tanya Persephone ke arah Zeus. Zeus tersenyum manis, dielusnya rambut Persephone. "Sudah, ayo kejar kami." Persephone membalas senyum itu sambil mengangguk. Dia masih memandangi punggung Zeus yang menjauh meninggalkan The Oracle. Melihat Persephone yang masih terpaku di tempat, Aphrodite langsung menggodanya. "Ah, ternyata cinta sudah bersemi di The Academy. Indahnya!" Persephone merona, lalu menarik tangan Aphrodite supaya mendekat. "Kamu ini, tidak ada apa-apa kok antara aku dan Zeus," elak Persephone. Pipi Persephone semakin memerah. Aphrodite tertawa. "Kamu pembohong yang buruk, Persephone sayang. Mataku bisa membedakan dengan jelas cinta yang ada di matamu itu. Juga di mata Zeus." "Benarkah? Zeus juga?" "Kena!" kekeh Aphrodite puas. Persephone mencubit lengan Aphrodite sambil menggerutu, "Kau ini. Aku kira kamu bisa melihatnya." "Sudah, mengaku sajalah!" "Uhm..., tapi jangan bilang siapa-siapa." "Iya, jadi kamu suka Zeus, kan?" Persephone terdiam sejenak, sebelum kemudian mengangguk dengan malu-malu. "Bagus! Zeus juga suka kamu, kok. Jangan kuatir!" "Dari mana kau tahu?" "Dari pengalaman tentu saja. Sudah, kita harus mencari petunjuk kedua," sahut Aphrodite lagi sambil merangkul bahu Persephone. Sementara itu Hermes sedang asyik mencatat sesuatu di kertas waktu Aphrodite dan Persephone mendekatinya. "Sudah dapat tempat mencari petunjuk kedua?" tanya Persephone. Hermes mengangguk. "Aku mendapatkan sebagian coretan di satu meja. Sepertinya seseorang dari kelompok dua meninggalkan petunjuk ini. Entah jebakan atau bukan." Aphrodite tertawa tergelak-gelak. "Cinta memang ajaib. Tentu saja bukan jebakan, Hermes! Itu pasti Zeus yang mencoba membantu Persephone." Hermes ikut tertawa. "Wah, cinta sudah bersemi ternyata? Baguslah, kita jadi diuntungkan dengan hal ini. Ditulis di sini, buku mitologi Yunani rak E8, nomor 415." Mereka segera mencari rak yang dimaksud, lalu mencari nomor buku itu. Begitu dibuka, terdapat selembar kertas petunjuk di dalamnya. Hermes segera mengambil petunjuk itu, lalu menutup buku Mitologi Yunani yang dipegangnya, memasukkannya kembali ke rak. "Ayo, kita harus cepat untuk menyusul kelompok dua!" Persephone dan Aphrodite segera mengangguk. Sambil berjalan cepat, Persephone menggeleng-geleng. "Kenapa dia malah meninggalkan petunjuk itu?" Hermes dan Aphrodite saling memandang satu sama lain, lalu tertawa kencang. "Tentu saja karena cinta. Apalagi?" goda Aphrodite lagi. Hermes tidak berkomentar apa-apa, tapi sambil tertawa dia berjalan cepat. "Ayo, nanti saja kalau mau mengobrol! Kita harus mengejar kelompok dua." Sekitar dua menit sesudah kelompok tiga meninggalkan The Oracle, barulah kelompok satu tiba. "Gawat! Kita yang paling belakang. Jangan-jangan dua kelompok yang lain sudah melesat jauh di depan kita!" keluh Athena. "Santai saja, Sayang. Lagipula kalau kalah juga tidak masalah. The Paradise sesudah minggu depan dan seterusnya masih bisa kita nikmati," sahut Ares sambil merangkul pinggang Athena. Athena segera menepis tangan Ares. Dipelototinya Ares. "Heh, laki-laki m***m! Aku peringatkan, ya, jangan pegang-pegang aku!" Ares tertawa. "Memang khas wanita. Lain di mulut lain di hati," balasnya sambil bersenandung. Hera ikut tertawa. "Sudah kalian berdua, jangan ribut! Ayo kita cari letak petunjuk dua." Kecepatan tertinggi bersemayam menunjukkan tempat dengan fasilitas yang memiliki kecepatan tertinggi. Tentu saja itu mengacu pada jaringan internet di The Oracle. Terlebih lagi petunjuk selanjutnya menyatakan dengan jelas hal itu. Merkurius, nama lain dari Hermes, yang dianggap sebagai dewa ilmu pengetahuan, akan dengan bahagia bertahta di sana. The Oracle merupakan tempat terdapatnya berbagai literatur dan sumber informasi yang bisa mereka akses. Athena segera mengakses komputer di situ. Waktu sedang mengetik, Athena mengernyit. Diangkatnya keyboard yang baru saja dipakainya. Ternyata ada satu amplop petunjuk di bawahnya. "Ini, petunjuknya!" Petunjuk ketiga: Di pusaran hitam dan putih, akan ditemukan kebijaksanaan. Apollo, menarilah! Kelompok pertama segera berlari ke elevator, turun, lalu keluar The Olympus. Mereka mengarah ke The Enlightenment. The Enlightenment memang di luar The Olympus, tapi mengingat Miss Veil sebagai kepala asrama The Olympus, wajar The Enlightenment dimasukkan ke dalam lokasi pencarian harta karun. Begitu sampai, di lantai The Enlightment memang terlukis bentuk pusaran hitam dengan garis putih. Begitu sampai, mereka bertemu dengan dua kelompok lainnya yang sedang mencari-cari petunjuk lainnya. Aphrodite tampak menari di tengah lingkaran itu. Tidak terjadi apa-apa. Hades mengetuk-ngetuk dinding di ruangan oktagonal itu. Juga tidak ada sesuatu yang bergerak keluar. Ares menatap kertas petunjuk ketiga sambil mengerutkan dahi. "Apollo, menarilah. Apollo itu dewa kesenian. Hm..., apa mungkin...?" gumamnya sambil melihat ke sekeliling, lalu menuju ke sudut. Ada satu harpa di sana. Diambilnya, lalu dipetiknya dawainya beberapa kali. Dari tembok di dekatnya, terbukalah sebuah kotak. "Aku dapat!" pekiknya. Athena dan Hera segera mendekati Ares, lalu mulai membaca petunjuk keempat. Sementara itu dua kelompok lain, yang datang ke The Enlightenment lebih dulu tapi belum juga mendapatkan petunjuk berikutnya, memperhatikan penemuan kelompok satu dengan kening berkerut. Petunjuk keempat: Es pun melebur, terang datanglah! Hera mengangguk. "Zero Point," bisiknya perlahan, hanya bisa didengar oleh Ares dan Athena. Bergegas mereka kembali ke The Olympus, tepatnya ke Zero Point. Begitu mereka sampai di Zero Point, terdengar suara jeritan samar-samar. Athena dan Hera bertukar pandang. "Itu tadi?" tanya Athena. "Kamu dengar juga?" sahut Hera. Ares ikut menajamkan telinga. "Dari arah bawah! Ayo kita ke sana!" "Tapi harta karunnya?" bantah Athena. "Kalau kita ke bawah, nanti kelompok lain bisa menyusul kita." Hera menggeleng. "The Paradise tidak akan ke mana-mana. Aku penasaran, ada apa di ruang bawah tanah itu?" Ares mengangguk. "Minggu depan kita masih bisa menikmati fasilitas di The Paradise. Miss Veil tidak pernah menunjukkan ruang bawah tanah itu. Ayo kita ke sana! Anggap saja ini petualangan kita." Dua melawan satu, Athena kalah suara. Akhirnya dengan diam, dia ikut masuk ke elevator, turun ke tingkat paling bawah. |Nadir| Begitu elevator terbuka, kembali bunyi teriakan terdengar. Aroma amis menyeruak. Athena segera menutup hidungnya. "Ayo kita kembali ke Zero Point. Aku takut!" Hera menarik tangannya. "Nanti kita lihat dulu. Kalau sudah jelas, baru kita ke Zero Point." Ares merogoh sakunya, mengeluarkan senter kecil dari dalamnya. Begitu senter disorotkan, dilihatnya ada beberapa mayat yang mulai membusuk. Juga ada seorang wanita yang terikat dengan rantai di sana. “Kalian berdua tetap di sini,” katanya pada Hera dan Athena. "To-long...," erang wanita itu. Ares bergegas mendekati wanita itu, ingin membuka rantai itu, tapi rantainya terlalu kuat. “Bertahanlah, Bu. Kami akan mencari bantuan.” Segera dia berlari ke arah Hera dan Athena. Dengan berbisik cepat, didorongnya kedua rekannya ke arah elevator. "Sekarang kita segera cari petunjuk keempat di Zero Point. Sesudah itu kita hubungi Miss Veil." Hera mengangguk. Athena menoleh ke arah wanita yang terikat itu. “Tapi wanita itu?” Ares menggeleng. “Kita harus menghubungi Miss Veil dan tidak bertindak sembrono.” Athena hanya menghela napas panjang, lalu akhirnya menuruti Ares dan Hera yang sudah berjalan lebih dulu ke arah elevator. |Zero Point| Belum ada siapa-siapa di Zero Point. Lampu ternyata digelapkan. Athena segera mencari saklar lampu. Begitu dia menemukannya, seluruh ruangan menjadi terang-benderang. Di tengah Zero Point, terdapat peti. Padahal tadinya tidak ada di sana. Ares segera berlari ke peti itu, lalu membukanya. Di dalamnya terdapat amplop. Segera dibukanya amplop itu. Tulisannya adalah: “Selamat! Kalian menemukan peti harta karun. Selamat menikmati The Paradise selama seminggu!” Ares mengangguk puas. "Kita sudah menemukan peti harta karunnya. Sekarang tinggal menunggu kelompok lain, juga Miss Veil." Athena dan Hera mengangguk. Athena tampak pucat. Dia masih belum bisa mengenyahkan dalam pikirannya bayangan mayat-mayat, bau menyengat itu, juga erangan wanita tadi. Bergegas dia mencari kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya di sana. “Kita tidak bisa menunggu terlalu lama. Lebih baik aku mencari Miss Veil. Kamu di sini saja, Ares,” perintah Hera. Ares menggeleng. “Tidak, lebih baik aku yang mencari Miss Veil. Kau temani Athena.” Tanpa menunggu jawaban Hera, Ares bergegas pergi mencari Miss Veil. |The Enlightenment| Sementara itu, kelompok dua dan tiga masih berkutat untuk mencari tempat petunjuk empat. Zeus mengerutkan kening. "Hm..., bunyi-bunyian?" gumamnya. Dia melihat ke sekeliling. Ada satu pemutar CD di sana, segera dinyalakannya pemutar CD itu. Lagu yang didalamnya adalah lagu opera bernada tinggi. Sekitar lima menit mereka mendengarkan alunan lagu itu. "Apa bukan ini, ya caranya?" gumam Zeus lagi. Dia mulai melihat-lihat lagi sekeliling. "Teman-teman, apa aku matikan saja CD Player ini?" "Tunggu dulu, Zeus! Siapa tahu memang itu cara untuk mendapatkan petunjuk empat. Tunggu sampai lagu habis!" sergah Poseidon. Tepat pada saat itu, sang penyanyi mencapai nada tertinggi. Sedetik kemudian terdengar bunyi pecahan kaca. "Zeus, petunjuk empat!" seru Poseidon sambil menunjuk ke arah satu kotak kaca yang pecah di dekat Hades. Hades dengan sigap segera mengulurkan tangan untuk meraih amplop yang ada di sana. Zeus segera mematikan pemutar CD itu, lalu mendekati Hades. Begitu juga dengan Poseidon. Tak lama mereka meninggalkan The Enlightenment. Sementara itu, Aphrodite, yang melihat kelompok dua sudah berhasil menemukan petunjuk keempat, mendengus keras. "Di mana petunjuknya, sih?" katanya gusar sambil mengentakkan kaki kuat-kuat ke lantai. Waktu dia melihat sekeliling, matanya melihat ada satu meja di dekat sofa panjang. Di atas meja itu ada 3 gelas kristal dan tempat air dari bahan keramik. Dari jauh dilihatnya gelas tersebut berisi air. Dia mengerutkan kening. "Hermes, Persephone, ikuti aku!" teriaknya pada kedua rekannya. Hermes dan Persephone segera mengekori Aphrodite yang sudah ada di dekat meja dengan perangkat minum itu. "Aneh kalau gelas-gelas ini diisi air. Sekarang bukan sesi konsultasi. Apa ini petunjuknya?" duga Hera. Persephone memperhatikan ketiga gelas kristal itu. "Tinggi air dalam ketiga gelas ini berbeda-beda. Bisa jadi ini memang tempat petunjuknya." Hermes langsung mengetuk-ngetuk ketiga gelas itu. Tidak terjadi apa-apa. "Kalian dengar tadi?" Aphrodite menatap Hermes dan Persephone bergantian. "Dengar apa?" tanya Hermes bingung. "Bunyinya! Bunyinya berbeda-beda!" sahut Persephone cepat. Persephone lalu melepaskan tusuk konde yang tersemat di rambut panjangnya. Dipukul-pukulnya gelas itu. Nada yang tercipta terdengar nyaring. Dipukul-pukulnya lagi beberapa kali dengan lebih kuat. Tiba-tiba meja itu bergetar. Bagian samping meja mencelat ke lantai. Aphrodite segera berlutut sambil mengintip ke bagian dalam meja. Lalu dirogohnya ke dalam, sedetik kemudian tangannya menggenggam amplop petunjuk keempat. "Akhirnya!" Mereka segera membaca kertas petunjuk keempat, lalu berlari ke Zero Point. Keterangan: [1] Diterima/setuju (dalam bahasa Inggris).
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN