wanita simpanan

1066 Kata
Kantor terasa berbeda saat aku memasuki ruang ganti, banyak mata yang memandang aku sinis. Aku menunduk berjalan menuju pantri untuk mengambil tugas hari ini. "Simpanan bos, makanya masuk kantornya seenaknya" itu kata kata yang ku dengar dari bisik bisik mereka. Dadaku terasa sesak, kupandang langit langit kantor untuk membendung air mata yang mau tumpah. Langkahku yang cepat terhenti saat ada sepasang kaki mensejajariku, aku menoleh. Senyum tulus seoarang laki laki tua mengembang, "Pak Mo" aku tersenyum getir. "Mba Ren, apa kabar? gimana jalan jalannya di Paris?" Aku memandang laki laki paruh baya itu tak mengerti, dari mana pak Mo tau. Aku mengernyitkan alis. "Pak Edo mengijinkan mba Ren pas ga masuk kemaren" "Oh..." "Mba Ren, ga usah di denger apa omongan orang orang, cukup mba Ren bekerja dengan baik. Orang iri itu dimana mana ada" Pak Mo berhenti dan menatapku sambil tersenyum mdmperlihatkan keriput di wajahnya. Aku mengangguk "Makasih, pak" semangatku sedikit pulih sekarang. didepan pintu masuk pantri, aku berpapasan dengan Bayu. Aku ingin menegurnya, tapi melihat wajah acuhnya aku mengurungkan niatku, sepertinya dia masih marah. Semua mata di pantri melihat ke arahku sampai sebuah sup panas tumpah terkena badanku, "Au..." aku meringis. "Makanya kalau jalan hati hati, punya mata, kan?" aku mendongak, melihat wajah cantik seirang gadis, yang kutahu dia koki yang membuat makanan buat kak Edo. "Mba Silla, apa aku ada salah? jelas jelas mba silla yang sengaja menabrakku dan menumpahkan sup panas itu ke aku" aku mencoba membela diri, benar aku melihat sendiri bahkan bukan cuma aku tapi semua yang ada di pantri juga ngeliat kalo mba Silla berjalan ke arahku dan sengaja menumpahkan sup itu ke aku. "Jadi kamu nyalahin aku?" "Bukan, tapi seharusnya mba Silla meminta maaf ke aku, bukan malah mengataiku" "Ya memang kamu ga punya mata, wanita simpanan, gatel" mba Silla melangkah pergi. Aku menghela nafas berat, sepertinya kantor akan menjadi lebih sulit. Bu Mia menghampiriku, "Bersihkan dulu badanmu! ganti dengan baju ini" dia menyodorkan seragam berwarna putih. "Nanti temui ibu lagi, Rena bantuin di dapur aja karena pak Edo dalam benerapa hari ga masuk kantor. Nanti ada meeting besar, pak Rudi sudah menyiapkan beberapa menu yang harus di sediakan" Aku mengangguk dan berlalu ke toilet untuk berganti baju, untung toilet sepi. Alhamdulillah ga melepuh, cuma sedikit merah aja kulitku karena tersiram kuah panas tadi, sergamku yang tebal menyelamatkan aku. Aku senyum senyum sendiri mematut di cermin, ternyata cocok juga aku pakai seragam koki. Senyumku yang mengembang terhenti saat ada dua gadis memasuki toilet. "Eh tahu ga cewe cantik cleaning service yang baru pindah dari bawah?" "He'eh, emang kenapa?" "Dia itu ternyata simpanan bos ganteng kita" "Masa?" "Iya, pasti sekarang dia lagi nangis nangis karena ditinggal nikah sama Pak Edo" "Hust" salah satu dari mereka menyadari keberadaanku, sambil melirik ke aku dia memperingatkan temannya. Mereka diam sambil tersenyum sinis, setelah membenarkan dandanannya mereka keluar toilet. Dilihat dari bajunya kayanya dia staff di kantor kak Edo. Huft.. apa rumor aku jadi jadi istri kak Edo bener bener sudah menyebar, aku memang simpanan sih. Ku seka air mataku yang meleleh. Rena kamu harus kuat, demi hutang dan biaya kuliah Haris, "hwaiting". **** Seharian aku membantu bu Mia dan mba silla di dapur, walau mba Silla tidak menyukaiku tapi dia tetap profesional dalam kerjaan. Bu Mia memuji hasil masakanku yang katanya enak, aku senang. Kulirik Bayu yang sesekali masuk ke pantri dan tetap mengacuh kanku, lama lama aku ga tahan. Setelah pekerjaan sudah tak sibuk, aku tarik Bayu ke atas gedung. "Bayu, aku mau ngomong" "Ngomong opo toh, mba Ren?" Suara medok Bayu yang lama ga ku dengar akhirnya aku dengar juga, aku tersenyum simpul. "Yu, kamu marah sama aku?" kutatap wajahnya yang tampan itu setelah kami berada di ruang terbuka. "Aku ga marah, mba. Cuma kecewa" dia berpaling menatap lurus memandangi gedung gedung pencakar langit lainnya. Aku tahu pasti dia sangat terluka, dia berulang kali bilang suka ke aku tapi selalu aku tolak dengan alasan masih pengen nyekolahin adekku. Tapi kenyataannya sekarang tiba tiba aku sudah bersama dengan kak Edo, pasti dia kecewa berat. "Maaf kalau aku bikin kamu kecewa, yu" aku menunduk sedih, Bayu adalah teman terbaikku dan sekarang aku mengecewakannya. "Kenapa mba Ren mau jadi simpanan pak Edo? apa karena dia kaya dan tampan?" "Apa kamu mau dengar alasanku, yu. Kamu ga bakal bilang kalau itu cuma alasan?" "Ya aku mau dengar alasannya" "Aku menikah siri dengan kak Edo dan itu ku lakukan demi uang" "Hahaha... ternyata benar, cuma karena uang" Bayu menatapku sinis. Entah mendengar ucapan Bayu bikin air mata yang berusaha aku tahan meleleh lagi. Bayu hendak pergi tapi aku menahan tangannya. "Dihari aku nangis di kantor waktu itu, adikku satu satunya dan merupakan keluarga satu satunya yang aku punya kecelakaan, yu. Dia harus dioperasi segera kalau ga dia dalam keadaan bahaya dan untuk biaya operasi perlu dana dua ratus juta, aku ga ada jalan lain" aku sesenggukan. Tiba tiba Bayu memelukku sambil menepuk punggungku, dia berusaha menenangkan aku. "Kenapa mba Ren ga ngomong, kalau cuma dua ratus juta aku nduwe, mba! aku bakal ngasih mba Ren tanpa syarat, ga harus kawin karo pak Edo" Aku menatap Bayu ga percaya. Bayu tertawa melihat ekspresiku, sepertinya dia sudah ga marah lagi. "Mba, aku memang cuma cleaning service ndok sini tapi aku ndue bisnis lain mba dan alhamdulillah menghasilkan, mungkin aku ga sesugih pak Edo tapi tabunganku lebih dari rongatus juta, mba" Bayu menepuk dadanya. "Hehehehe.." aku ga kuasa menahan buat ga ketawa. "Iya ya, yu. Kenapa aku ga kepikiran pinjam ke kamu, habis kamu ga pernah cerita kalau kamu punya banyak uang sih" entah ada rasa sesal kenapa dulu aku ga curhat ke Bayu soal biaya operasi. "Tapi semua sudah terlanjur, Bayu! mungkin ini sudah takdir aku" "Kalau mba Ren mau, mba Ren bisa ninggalin pak Edo, aku bisa ngasih uang yang pak Edo kasih ke mba Ren" Aku menggeleng, "Kak Edo sudah berbuat banyak ke aku dan adikku, aku ga bisa langsung pergi" "Tapi pak Edo nikah wes mba, engko lek istrinya tau mba Ren istrinya juga gimana? ndok kantor juga pegawai pada gunjingin mba Rena juga, opo ga papa?" Aku menunduk, "Itu difikirkan nanti aja, ayuk kita kembali ke pantri? nanti kita dicariin lagi" Bayu mengangguk dan berjalan mensejajariku. Aku lega Bayu kembali baik ke aku, mau dengar alasanku. Kamu memang teman yang baik Bayu, semoga kamu dapat wanita yang lebih baik dari aku. Aku melihat wajahnya sekilas sebelum dia berjalan menuju pak Mo yang memanggilanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN