ADIK IPAR

1369 Kata
Niken merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa dia memohon pada Fahri untuk melakukan hal lebih padanya. Padahal dalam hatinya sudah berusaha untuk mengatakan TIDAK, tapi bibirnya justru memohon pada Fahri. Dia merasa kalah dengan keadaan kenikmatan ini. Sementara Fahri masih terus memompa tubuh Niken. Peluh kedua manusia itu terus bercucuran dan bercampur menjadi satu. Sampai butiran-butiran cinta itu terhempas di dalam rahim Niken. "Kenapa kamu tidak menolak ajakanku?" Tanya Fahri. "Itu hanya akan semakin membuatku sakit. Lebih baik aku mengikuti saja permintaanmu." Jawab Niken. "Tapi kamu menikmatinya kan ?" Niken tidak menjawabnya. Dia pergi meninggalkan Fahri yang sedang menyulut rokoknya ke kamar mandi. ***** "Ada yang mau gue bicarain bang." Kata Niko saat dia tiba di kantor pagi ini. "Apa ?" Tanya Fahri singkat "Lu mukul Niken bang ?" Tanya Niko. Fahri meletakkna berkas yang sedari tadi dia pelajari di meja kerjanya. Dia melihat ke arah Niko yang masih berdiri di depannya. "Apa yang kalian bicarakan kemarin ?" "Gak ada. Jawab gue bang!" "Lalu bagaimana bisa kamu nuduh kalau saya mukul Niken?" "Gue bisa lihat bang dari lebam di wajah Niken. Lu boleh bang ga suka sama Niken, tapi jangan sampai sekasar itu sama dia." "Bukan urusan kamu!" "Lu kaya bukan abang gue yang dulu. Bang Fahri ga kaya gini." "Saya tidak suka dibantah dan dilawan. Apa yang saya lakukan adalah bentuk ketegasan saya pada Niken agar dia tak berani macam-macam dibelakang saya." "Kalau Shinta yang lu perlakuin kaya gitu, itu wajar. Tapi ini Niken bang, istri lu sendiri. Dia cinta sama lu bang, dia perempuan baik-baik yang menghormati lu sebagai suaminya. Jangan samain semua orang kaya Shinta." "Jangan terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga saya ! Pergilah ! Uruslah kuliah kamu. Akhir-akhir ini saya lihat kamu rajin ke kantor, ada apa ?" "Bang jangan mengalihkan pembicaraan !" "Keluarlah jika tidak ada yang perlu kamu bicarakan lagi. Saya sibuk!" Niko membuang nafas kesal, percuma dia berbicara pada Fahri, tidak akan ada hasilnya juga. Niko berlalu pergi dari ruangan kerja Fahri. Tak lupa Niko membanting pintu ruangan kerja Fahri. **** Pernikahan sudah usai. Niken dan Fahri kini sudah sah menjadi sepasang suami istri. Tiga hari setelah pesta pernikahan Niken langsung diajak Fahri untuk tinggal di kediaman pribadi Fahri yang sudah disiapkan Fahri untuk mereka berdua, di perumahan elit kota Palur Karanganyar. "Ini rumah kita, betah-betah kamu tinggal disini." Kata Fahri. "Iya mas. Bagus banget rumahnya." Kata Niken senang. "Kamu sudah mengajukan resign ?" "Sudah mas." "Bagus! Saya suka kalau kamu patuh sama saya." Kata Fahri tegas. Dia meninggalkan Niken sendirian yang masih berdiri di ruang tamu. Niken masih tak menyadari perubahan yang terjadi pada Fahri. Niken membereskan barang-barangnya di kamar sementara Fahri duduk di depan laptop sembari menyeruput kopi buatannya sendiri. "Mas ...... " Kata Niken mendekat saat Fahri sudah berbaring di tempat tidur. "Apa ?" Tanya Fahri. "Ummmm....... " Niken ragu untuk memulai pertanyaan kenapa Fahri tidak menyentuhnya juga dimalam ketiga pernikahan mereka. "Saya tidak akan menidurimu. Jangan pernah bermimpi untuk itu." Kata Fahri tegas tanpa melihat ke arah Niken sedikitpun. Mendengar itu mata Niken membulat sempurna. Bagaimana bisa suaminya, lelaki yang dia cintai berubah sikap seperti itu. "Jangan pernah berfikir bahwa saya menikahimu karena aku mencintaimu!" Lanjut Fahri. Niken menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya mendengar ucapan Fahri. Matanya masih menatap laptop yang berada di pangkuannya tanpa memperdulikan Niken sedikitpun disampingnya. "Saya menikahimu karena permintaan orang tuaku yang segera menginginkan saya menikah. Saya juga ingin menyelamatkan perusahaan yang selama ini sudah saya pimpin. Saya tidak bisa menyerahkannya pada Niko begitu saja jika saya tidak segera menuruti permintaan mereka untuk menikah." Jelas Fahri yang membuat Niken meneteskan air mata. "Jahat kamu mas. Bagaimana kamu bisa setega ini sama aku ?" "Tidak perlu banyak drama. Saya tau kamu juga tidak mencintai saya Jadi kita cukup seperti ini saja. Jangan pernah berharap lebih dari saya. Sebagai ucapan terimakasih saya sudah kuberikan atm dan kartu kreditkan untukmu ? Saya juga memberikanmu biaya bulanan. Jadi jangan menuntut lebih dari saya!" "Kenapa harus saya yang kamu jadikan korban atas permainan kamu mas ?" "Karena saya butuh wanita polos seperti kamu. Tipe kamulah yang di sukai oleh orang tua saya." Jawab Fahri sambil menutup laptopnya. "Jangan merasa menjadi korban. Ingatlah saya juga membayar setiap pengorbananmu. Lihat fasilitas yang saya berikan ke kamu, bahkan nanti juga ibumu. Tunggu saja !" Kata Fahri sambil beranjak meninggalkan Niken. "Ingat ! " Fahri mendekati Niken. "Hanya kamu dan saya yang tau! Kalau sampai ini bocor kamu tanggung akibatnya." Kata Fahri sambil berlalu meninggalkan Niken. ***** Tok tok tok tok ...... Suara ketukan pintu mengagetkan Niken yang sedang melamun di ruang tv. Dia melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 09.40, tidak biasanya ada tamu yang datang kemari, apalagi sampai bisa mengetuk pintu. "Tumben mas Fahri ketuk pintu ?" Tanya Niken pada dirinya sendiri. Niken melangkah pelan menuju ke pintu rumah. Dia takut jika ada orang yang tak dikenal masuk. Pasalnya kunci gerbang selalu dibawa oleh Fahri, jadi tidak mungkin ada orang yang bisa masuk bahkan sampai kehalaman rumahnya. Niken mengintip dari jendela rumahnya, ternyata yang datang adalah Niko. "Lama banget sih Ken buka pintunya ?" Tanya Niko begitu Niken membuka pintunya. "Niko? Kamu ngapain disini ? " Niken membulatkan matanya melihat Niko berdiri dihadapannya. Matanya melihat ke arah pintu pagar yang masih terkunci rapat. "Kamu kok bisa masuk ?" Tanya Niken lagi. "Lompat gue." Jawab Niko singkat. "Hah ? Lompat pager ? Kamu serius ? Itu tinggi lho Nik." "Cuma segitu doang. Santai aja. Sibuk nggak ?" "Enggak sih." "Keluar yuk." "Hah ? Kemana?" "Menghirup udara segar, kasihan kamu jadi tahanan rumah. Hahhahha." "Kamu gak takut sama kakakmu ?" "Enggaklah. Ngapain ? Aman lah. Ayok nanti gue bantu lompat pager." Niken menggelengkan kepalanya. Dia sebenarnya ingin pergi. Dia juga jenuh dirumah, tapi dia takut kepada Fahri. "Takut ya ?" Tanya Niko. Niken mengangguk. "Setakut itu lu sama abang gue ?" "Aku cuma berusaha untuk menjadi istri yang berbakti pada mas Fahri. Meskipun sampai hari ini mas Fahri tetap tidak pernah menghargaiku sedikitpun." Kata Niken sambil masuk ke rumah yang diikuti oleh Niko. "Dulu abang gue ga begini. Dia sosok pria dewasa, humoris, santai tidak sedingin ini, semua ini gara-gara Shinta. Dia bener-bener merubah abang gue, sampai gue sendiri gak bisa mengenalinya." Kata Niko sambil duduk di teras rumah. "Shinta ?" Niko mengangguk. "Seharusnya bukan hak gue buat cerita kaya gini. Tapi gue harus cerita sama elo agar elo bisa sabar ngadepin sikap dingin kakak gue. Karena gue yakin dibalik sikap dinginnya dia, dia sebenarnya cinta sama elo. Cuma caranya aja salah." Kata Niko. "Siapa Shinta ?" "Cinta pertama abang gue. Sekaligus pembunuh hati abang gue." "Sekitar 6 tahun lalu abang gue kenal sama Shinta. Awalnya dia baik, tapi lama kelamaan kelihatan betapa busuknya dia. Abang gue cinta mati sama Shinta, tapi Shinta cuma manfaatin duit abang gue. Abang gue setengah hati menjaga Shinta tapi Shinta malah menjual dirinya. Abang berusaha buat menutup mata dan telinga dia tentang perkataan tentang Shinta. Tapi karena ultimatum ayah dia akhirnya melepas Shinta." "Ultimatum ?" "Kami sekeluarga tau bagaimana tabiat Shinta, untuk itu kami tidak ada yang menyetujui hubungan abang sama Shinta. Sampai suatu ketika ayah ngancam kalau dia akan dihapus dari ahli waris jika tetap melanjutkan hubungan Shinta." "Jadi benar mas Fahri tidak pernah mencintaiku ? Jadi benar mas Fahri menikahiku hanya agar dia tidak dihapus dari ahli waris ?" "Gue rasa gak seperti itu juga. Ada rasa cinta di hati abang gue buat elo. Itulah kenapa dia menikahi elo." "Tapi cinta gak seperti ini. Dia bahkan mengurungku seperti ini." "Mungkin abang gue trauma. Dia memberikan kebebasan pada Shinta, tapi Shinta mendustainya. Dia tidak ingin elo melakukan kesalahan yang sama, makanya dia protektif padamu karena takut kecolongan." "Tapi tidak begini Niko. Aku tulus mencintai mas Fahri. Seharusnya mas Fahri bisa melihat itu. Aku merasa dia memperlakukan aku secara tidak adil." Niken menangis. "Elo yang sabar. Gue janji akan bikin abang gue berubah." Niko menenangkan Niken. Niken menangis menceritakan semuanya yang telah terjadi di dalam rumah tangganya selama 5 bulan ini, sesekali Niko mengepalkan tangannya karena ikut emosi mendengar perlakuan jahat kakaknya. Niko sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata Fahri jauh lebih jahat dari dugaan Niko selama ini. "Mas Fahri ?" Ucap Niken begitu dia melihat Fahri sudah berdiri di belakang Niko dengan wajah penuh emosi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN